Tampilkan postingan dengan label politik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label politik. Tampilkan semua postingan

Selasa, April 29, 2008

CARILAH ILMU WALAU SAMPAI NEGERI TURKI[1]

DR. Sidik Jatmika[2]

Kisah sukses strategi Partai “Islam” AKP mensiasati dominasi sekularisme pada Pemilu Turki 2007; merupakan salah satu hikmah yang bisa diambil Partai PKS untuk menyusun strategi bagi pemenangan Pemilu Indonesia 2009.
Mula pertama akan ditelaah studi perbandingan antara konteks sosial politik AKP dan PKS. Setelah itu dipaparkan berbagai
rekomendasi langkah-langkah strategi jangka pendek dan jangka panjang PKS untuk pemenangan Pemilu di Indonesia.



A. Kisah Sukses AKP Di Turki
Pada tanggal 28 Agustus 2007, anggota parlemen Turki memilih secara suara mayoritas mantan Menteri Luar Negeri Turki, Abdullah Gul (57 tahun) sebagai presiden Turki, untuk menjabat selama tujuh tahun. Peristiwa ini merupakan kelanjutan dari kisah sukses Partai Pembangunan Keadilan (Adalet ve Kalkınma Partisi, AKP) yang berideologi Islam memenangkan Pemilu di Turki yang bersistem sekuler. Sebelumnya, mereka telah memenangkan pemilihan umum parlemen Turki 2007 dimana partai pendukung Perdana Menteri (PM) Recep Tayyip Erdogan itu memperoleh dukungan suara sebesar 46,6%. Capaian ini meningkat 12 poin dibanding pemilu 2002. Dengan angka sebesar itu, AKP memperoleh 340 dari 550 kursi di parlemen. Hasil tersebut memperkuat bukti evolusi partai Islam AKP sebagai kekuatan politik di negara sekuler Turki.[3]
Peristiwa itu menarik untuk dikaji karena Abdullah Gul adalah kader dari Partai Pembangunan Keadilan (AKP) yang berideologi Islam. Padahal, dunia perpolitikan Turki sejak tahun 1924 telah didominasi oleh faham sekularisme yang disebarkan oleh Mustafa Kemal Attaturk.[4] Berbagai upaya depolitisasi Islam yang dilakukan rezim sekuler telah menjadikan politisi Islam akhirnya terpinggirkan posisinya dalam percaturan politik. Dengan istilah lain, sejak tahun 1924 itu, bisa dikatakan bahwa para politisi yang mengusung aspirasi umat Islam, terpinggirkan posisinya dan tidak determinan dalam proses pengambilan keputusan publik.
Pasca pemilu 2007, politisi Islam di Turki tidak lagi di posisi pinggiran tetapi menjadi pemimpin politik (elective-political leader)[5] atau pemain politik (political player) yang memiliki posisi tawar (bargaining-position) kuat dan menentukan dalam proses politik. Berbagai fakta terpilihnya para politisi Islam menjadi pemain politik (political player) dan pemimpin politik eksekutif (elective executive political leader) di dalam kancah politik Turki yang sekuler, menarik untuk dikaji karena hal itu belum pernah terjadi sebelumnya. Hal itu sangat menarik mengingat bertahun-tahun lamanya Turki dikuasai pemerintahan sekuler yang didukung militer.Selain itu, menarik untuk dikaji karena selama ini di Turki dan Dunia Islam pada umumnya keberadaan partai politik Islam masih sering menjadi kontroversi.
Telaah ini sekaligus melengkapi kajian mengenai sejarah panjang dinamika hubungan politisi Islam dengan politik di Turki dan Dunia Islam pada umumnya. Misalnya, perkembangan sejarah menunjukan bahwa kedudukan politisi Islam dalam pentas politik Turki mengalami pasang surut.




1. Turki Utsmaniyah Sebagai Pusat Peradaban Islam

Turki adalah sebuah negara besar di kawasan Eurasia (Eropa dan Asia), sehingga Turki dikenal sebagai negara transkontinental. Disebabkan oleh lokasinya yang strategis di persilangan dua benua, budaya Turki merupakan campuran budaya Timur dan Barat yang unik yang sering diperkenalkan sebagai jembatan antara dua buah peradaban. Kekuasaan Turki Ottonom (Turki Ustmaniyah ) didirikan oleh Bani Utsman, yang selama lebih dari enam abad kekuasaannya(1299-1923) dipimpin oleh delapan orang sultan. Salah satu ciri utama kekuasaannya adalah penerapan hukum-hukum Islam oleh negara di dalam negeri. Saat itu negara menerapkan hukum-hukum Islam di dalam wilayah yang tunduk di bawah kekuasaannya; mengatur muamalah, menegakkan hudûd, menerapkan sanksi hukum, menjaga akhlak, menjamin pelaksanaan syiar-syiar dan ibadah, serta mengurus seluruh urusan rakyat sesuai dengan hukum-hukum Islam.
Pada abad ke-16 dan abad ke- 17, kesultanan Utsmaniyah menjadi salah satu kekuatan utama dunia dengan angkatan lautnya yang kuat. Kekuatan Kesultanan Usmaniyah terkikis secara perlahan-lahan pada abad ke-19, sampai akhirnya benar-benar runtuh pada abad 20. Setelah berakhirnya Perang Dunia I, pemerintahan Utsmaniyah yang menerima kekalahan dalam perang tersebut, mengalami kemunduran ekonomi dan akhirnya benar-benar runtuh terpecah-pecah menjadi negara-negara kecil.

2. Dampak Sekularisme Bagi Politik Islam di Turki

Sejak didirikan tahun 1923, Republik Turki menyatakan diri sebagai negara sekuler. Pilihan untuk menjadi negara sekuler ini adalah sesuatu yang sangat luar biasa bagi Turki yang merupakan bekas pusat pemerintahan dunia Islam. Semenjak Kerajaan Ottonom mengalami kemunduran; kalangan sekuler melakukan berbagai kampanye bahwa berbagai kekalahan yang ada dialamatkan kesalahannya pada keberadaan Turki sebagai kerajaan Islam. Tahun 1924 Ataturk mengumumkan penghapusan lembaga khilafah dan menyatakan pemisahan urusan agama dari Negara. Kemudian Turki diputusan menjadi negara sekuler kelompok Nasionalis-Westernis di bawah pimpinan Mustafa Kemal Pasha (Kemal Ataturk) berhasil mengambil alih kekuasaan imperium Ustmani dan langsung melepaskan baju Islam serta memilih sekulerisme dengan membentuk Republik Turki
Mustafa Kemal Atatürk sendiri sebelum menjadi Bapak Pendiri Turki Modern, dikenal sebagai seorang perwira militer yang disegani. Pada masa-masa awal melakukan sekularisasi ia tidak segan-segan menggunakan kekuatan militer untuk menyingkirkan lawan-lawan politiknya, terutama sisa-sisa kekuatan Turki Utsmani. Hal tersebut secara tidak langsung telah menempatkan militer sebagai peran sentral dalam menjalankan ideologi Kemalisme. Dalam konteks itu, militer Turki memiliki karakter sebagai tentara politik. Dengan dukungan militer dan Barat, “wajah Islam” berusaha dihapuskan dari hati dan kehidupan rakyat Turki[6]
Ataturk telah memindahkan ibu Negara Turki dari Istambul ke Angora yang kini dikenal sebagai Ankara. Ia juga yang telah membentuk semua aspek kehidupan Rakyat Turki agar sesuai dengan tututan semasa yang kemudian dipanggil ideologi Kemalist. Idiologi ini bertujuan mengubah Turki kearah Negara modern, demokratik, dan negara sekuler,positif dan bertindak rasional. Secara resmi sekulerisme menjadi ideologi negara. Semua simbol Islam dilarang, penggunaan bahasa dan tulisan Arab diganti huruf Latin, sekolah-sekolah agama dihapus. Dakwah diawasi, Pemerintah Turki juga tidak mengijinkan warganya menjalankan sejumlah kewajiban agama mereka, termasuk melarang wanita memakai hijab di lingkungan kantor, sekolah dan universitas. Bahkan adzan berhasa Arab hampir dilarang karena ia ingin adzan dilantunkan dalam bahasa Turki. Tahun 1925 Attaturk melarang tarekat dan pergi haji. Pendidikan agama amat dibatasi. Pengadilan agama ditutup, hukum pernikahan Islam diganti dengan hukum positif Swedia.
Meski Turki tetap menganut demokrasi, tapi sejak saat itu militer mendapatkan posisi yang istimewa. Berkali-kali militer melakukan intervensi politik Turki selama masa ketidakstabilan sejak tahun 1960. Kuatnya dominasi militer dalam politik Turki Pada era tahun 1940-an, 1950-an, dan 1960-an, disebut masa perjuangan kekuatan Islam. Partai yang menentang sekularisme makin besar jumlah pendukungnya meski pembubaran partai-partai Islam terus terjadi. Namun, kaum Islamis selalu bersikap demokratis menghadapi keputusan pembubaran partai-partai Islam oleh lembaga militer.
Pada tahun 1960 ini pulalah muncul partai kiri pertama Turki, partai buruh, yang dihuni oleh terutama para intelektual, penulis, dan dosen universitas. Meski demikian marxisme tetap dilarang dan sensor terhadap penyair Nazim Hikmet tetap berlangsung. Karya-karya Che Guevara dilarang, bahkan buku André Malraux, L'Espoir tetap mengalami sensor. Kesulitan-kesulitan ekonomi yang melanda Turki kemudian diakhiri oleh munculnya Perdana Mentri Turgut Ozal (1983-1993). Ia berhasil menarik Turki dari krisis ekonomi yang menyulitkan Turki dan menganut sistem ekonomi ultra liberal. Model ekonomi yang ditiru Turki lebih dekat pada model liberal a la Amerika ketimbang model sosial Eropa. Posisi Islam di masa Turgut Ozal semakin diperkuat. Di bawahnya, bank Islam dari Arab Saudi diizinkan untuk berdiri. Partai-partai politik Islam pun muncul, tapi tetap berada di bawah naungan sekularisme. Tahun 1995 Partai Islam Refah menang dan Erbakan menjadi PM. Jargon politik Partai Refah menonjolkan etika, tradisi, keadilan sosial, dan menolakwesternisasi. Refah memperjuangkan Islam model khas Turki sesuai dengan aspirasi massa Islam. Refah bukan partai Islam militan atau fundamentalis, tetapi partai moderat yang menjunjung nilai demokrasi dan pluralisme. Namun, tahun 1997 Turki melalui tangan militer melarang partai itu ketika dianggap Partai Refah terlalu memperjuangkan Islam.
Keputusan Mahkamah Konstitusi Turki melarang partai Islam Fadilah (Virtue Party) yang menguasai 102 dari 550 kursi parlemen, melakukan aktivitasnya, merupakan bagian dari pertarungan panjang Ataturkisme dan Islamisme sejak diproklamasikannya negara Turki modern tahun 1923 yang menganut faham sekuler oleh Mustafa Kemal Ataturk. Keputusan itu mencakup pengusiran dua pimpinan Partai Fadilah dari keanggotaan parlemen, dan tiga pimpinan lainnya dilarang melakukan aktivitas politik selama lima tahun.
Dalih keputusan tersebut adalah Partai Fadilah melakukan aktivitas kontrakonstitusi negara Turki modern yang berbasis pada ideologi Kemal Ataturk dengan sendi faham sekularisme. Hilangnya partai Islam Fadilah dari pentas politik Turki saat ini, memperpanjang catatan sejarah partai Islam di negara tersebut yang dilarang melakukan aktivitas oleh Mahkamah Konstitusi yang dibentuk pada tahun 1962 itu. Sebelumnya, Mahkamah Konstitusi tersebut melarang aktivitas partai Islam Refah pimpinan mantan PM Necmettin Erbakan pada tahun 1998, dan partai Penyelamat Nasional yang juga dipimpin Erbakan pada awal tahun 1980-an.
Partai Fadilah (FP), yang dilarang aktivitasnya oleh Mahkamah Konstitusi, merupakan partai politik peraih suara terbesar ketiga pada pemilu 1999, setelah Partai Kiri Demokrat (DSP) dan Partai Aksi Demokrasi (MHP). FP pimpinan Recai Kutan meraih 15,41 persen suara atau 102 dari 550 kursi parlemen. Sedang DSP pimpinan PM Bulent Ecevit meraih 21.71 persen atau 136 kursi parlemen, dan MHP pimpinan Devlet Bahceli memperoleh suara 18,03 persen atau 128 kursi parlemen.

3. Strategi Partai Islam AKP Mensiasati Dominasi Kaum Sekuler

Tahun 1983, pada saat angin demokrasi bertiup di Turki, Recep Erdogan bergabung pada partai RP (Refah Partisi/Partai Kemakmuran) pimpinan Nechbetin Erbakan. Tahun 1994, Erdogan terpilih jadi Wali Kota Istanbul, sebuah kota metropolitan terbesar dengan penduduk sekitar 10 juta. Karena RP selalu dicurigai politisi sekuler, maka pemerintah membubarkan RP.
Recep Erdogan pernah menghabiskan waktu di penjara pada tahun 1999 karena membacakan puisi bernuansa Islam yang menurut jaksa telah menghina sistem sekuler Turki. Saat itu, Erdogan dianggap dapat mengguncangkan bangunan sekularisme setelah ia membacakan puisi yang bernuansa Islam. Dia ditangkap, kemudian dihukum 10 bulan, tapi entah apa sebabnya tiba-tiba dikurangi menjadi empat bulan.Sebagai politikus berbakat dan cerdik, setelah pembebasannya, Erdogan tidak menyia-nyiakan peluang politik yang semakin terbuka.
AKP terbentuk pada tanggal 14 Agustus 2001, dibawah kepemimpinan Recep Tayyip Erdogan. AKP sebagai penjelmaan kembali partai Islam Refah yang pernah berkuasa pada tahun 1996 hingga 1997; mengubah taktik dengan bersikap terbuka dan pro-Eropa ketimbang berpihak kepada pihak sekuler.[7] Saat itu,dia dan rekan-rekannya membentuk AKP dengan mengusung ideologi baru sebagai kubu demokrat konservatif yang berjalan berdampingan dengan sekularisme.[8]
Sejak pertama kali berdiri tahun 2001 AKP sudah menunjukkan kekuatannya di Turki. Pendekatan yang dilakukan oleh AKP yang memfokuskan usaha untuk mendampingi rakyat jelata di samping menampilkan manifestasi terhadap kewibawaan yang dipimpin oleh Erdogan selama ini. Pencapaian yang dicapai AKP-pun sangat luar biasa. Dalam pemilu November 2002, AKP keluar sebagai pemenang dengan meraup 363 dari 550 kursi yang tersedia di parlemen. Saat itu, sekitar 42 juta orang berhak memberikan suara pada pemilu dimana 14 partai berusaha memenangkan kursi pada parlemen yang beranggotakan 550 orang. Tetapi kamum sekuler tetap berupaya mencegah agar Erdogan jangan sampai menjadi perdana menteri dengan mengaitkan dosa baca puisi yang dianggap anti-sekuler itu. Tetapi Erdogan tidak kehilangan akal. AKP cepat mendukung upaya amendemen konstitusi yang membuka jalan baginya untuk jadi perdana menteri, dan berhasil. Tayyip Erdogan, walikota Istanbul, muncul dari partai politik Islam, yang sangat moderat, akhirnya menjadi perdana mentri setelah AKP memenangkan pemilu tahun 2002.[9] Pada Maret 2003 ia dilantik jadi perdana menteri.
Berbagai hasil Pemilu menunjukkan bahwa rakyat Turki memilih AKP lebih banyak didorong oleh prestasi pemerintahan Erdogan daripada orientasi ideologis sekularisme dan Islam. Dalam kampanyennyapun AKP lebih banyak membeberkan keberhasilan pemerintahan Erdogan.[10]. Kemenangan AKP menjadi bukti bahwa mayoritas rakyat Turki tidak terpengaruh dengan kampanye kalangan sekuler. Kaum pendukung sekularisme menuding PM Erdogan hendak merombak paham sekuler Turki dengan ideologi Islam.
Di Turki, sekularisme di agung-agungkan menjadi semacam pemahaman yang secara tradisional dikawal oleh angkatan bersenjata. Itulah sebabnya angkatan bersenjata memerangi segala bentuk dan siapa saja yang mengancam negara sekuler. Angkatan Bersenjata Turki mengancam akan turun tangan apabila Abdullah Gül - orang kedua di partai Islam AKP diangkat menjadi presiden. Para jenderal memandang Perdana Menteri Erdogan dan partai AKP-nya sebagai ancaman. Di mata angkatan bersenjata, Erdogan mempunyai kepentingan ganda. Para jenderal cemas, kalau partai AKP sampai menguasai semua posisi penting termasuk jabatan presiden, maka Erdogan akan melakukan kudeta Islam seperti di Iran. Ironisnya para jenderal tersebut juga mencari dukungan dari barat dan dari Uni Eropa untuk mengatasi krisis. Tetapi partai AKP juga pro Eropa dan menggunakan pencalonan keanggotaan Turki dalam Uni Eropa untuk membatasi kekuasaan angkatan bersenjata. Dengan kata lain Eropa terjebak dalam dua sekutu yang saling bertengkar dalam masalah-masalah yang sangat fundamental.
Dari tahun ke tahun, popularitas AKP semakin berkibar tak terbendung lagi. Dalam pemilu Juli 2007, untuk kedua kalinya AKP meraih kemenangan dengan 341 kursi di parlemen. Di tangan Erdogan, Islam menawarkan solusi, bukan slogan formalisme seperti yang diusung berbagai kelompok Islam sebelumnya. Pada 22 Juli 2007 diadakan pemilu Turki yang ke-16 untuk memilih Presiden Republik Turki ke-11. Sebelum ini Presiden Turki adalah Ahmet Necdet Sezer yang berasal dari kubu sekuler. Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang berbasis Islam pimpinan Recep Tayyip Erdogan memenangkan Pemilu 2007.
Hasil penghitungan suara menunjukkan AKP meraih 46,7 persen suara (340 dari 550 kursi parlemen), disusul Partai Rakyat Republik (CHP) yang berbasis sekuler 20,9 persen (113 kursi), kemudian Partai Aksi Nasionalis (MHP) yang berbasis nasionalis sekuler 14,3 persen (70 kursi), dan kubu independent 5,1 persen (27 kursi). Kemenangan sayap Islam ini mengejutkan negara yang berpenduduk 98 persen muslim ini.
Dengan demikian maka lengkap sudah dominasi partai Islam itu di dalam sistem politik Turki, setelah Perdana Menteri, Ketua Parlemen, Wali Kota Sampai Presiden dipegang oleh kader AKP . Itu berarti , setelah 84 tahun disingkirkan Attaturk dari percaturan politik, kini Islam telah kembali. Kemenangan gemilang AKP dalam pemilu parlemen 22 Juli lalu solah menunjukkan bahwa “hati” rakyat Turki adalah Islam. Sebelum AKP menang mutlak, perkembangan gerakan Islam di negara ini digambarkan bergerak cepat. Selama empat tahun terakhir, setelah partai ini terbentuk, kecenderungan berjilbab dikalangan perempuan Turki mencapai 60 persen. Meski demikian, AKP menyadari kemenangan ini bisa diambil paksa bahkan dengan kasar sewaktu-waktu, sebagaimana dilakukan Barat saat partai Islam menang secara fair di berbagai negara. Hal itu cukup beralasan sebab, belum lama ini, kubu sekuler Turki yang didukung sejumlah jendral dan kalangan militer yang selama ini dikenal pendukung utama sekulerisme Turki mengaku terancam jika Islam menang. Militer bahkan pernah mengerahkan jutaan orang turun ke jalan menolak Islam dan ingin mempertahankan sekulerisme dengan segala cara. .

4. Berbagai Pelajaran Dari Turki

Pertarungan kubu Islam dan sekuler, yang semakin marak sejak berhasilnya Partai Islam Refah pimpinan Necmettin Erbakan memegang kekuasaan pada tahun 1996. Partai-partai Islam Turki sejak era Partai Salamah, Partai Refah, Partai Fadilah, serta Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) ternyata sangat komitmen menghormati ideologi sekuler negara Turki modern yang dikemas Mustafa Kemal Ataturk. Bahkan, AKP pimpinan Tayyip Erdogan yang memenangkan pemilu tahun 2007 secara gemilang tidak mempertentangkan Islam dan ideologi sekuler. Berulangkali Erdogan menegaskan bahwa AKP dan pemerintahannya tetap berpijak pada prinsip dasar sekularisme yang selama ini menjadi tradisi dan dijunjung tinggi masyarakat Turki. Permainan politik cerdik partai Islam Turki itu membawa mereka semakin diterima masyarakat negara itu dan akhirnya bisa berkuasa melalui mekanisme konstitusional dan demokratis.
Berbagai prinsip strategi AKP mensiasati dominasi kaum sekuler, jika disederhanakan, antara lain berupa:
1. AKP adalah partai dakwah yang sangat militan dalam gerakan dakwah. Sehingga bisa meyakinkan massa Islam “santri” di Turki. Buktinya, banyak kader dan simpatisan berbagai Partai Islam di Turki hijrah ke AKP.
2. Menghadapi dominasi kaum sekuler yang sejak 1923 sudah berdiri kokoh di Turki, aktivis AKP melakukan strategi cerdik dengan tidak menghadapi mereka secara frontal; tetapi menerapkan “taqiyah” sebagai syiasyah dalam strategi besar Islamisasi kehidupan sosial-politik di Turki. AKP dalam melakukan dakwah politik dengan lebih memperbanyak dakwah bil hal (militansi karya nyata) dari pada sekedar dakwah bil lisan (mengumbar jargon Islam) dalam meraih dukungan rakyat Turki. Ibarat ikan di laut yang tidak asin; AKP tanpa harus meninggalkan jati diri keislamannya, bisa mengemas partainya sehingga bisa dimengerti, dan diterima oleh rakyat Turki yang sudah sekian lama hidup dalam dominasi kaum sekuler.

Dengan istilah lain, Partai Islam AKP secara cerdik mensiasati dominasi kaum sekuler di Turki dengan tidak segan-segan menggunakan berbagai jargon sekuler dalam kampanye; namun tetap militan dalam berbagai karya nyata tindakan Islami. Ibaratnya, bagi AKP: Partai Islam Yes, Jargon Sekuler “Yes”. Atau, Partai Sekuler NO, jargon Sekuler “Yes”.
Proses perluasan sumber-sumber kewibawaan dan jargon-jargon yang dikembangkan AKP sehingga bisa memenangkan Pemilu di Turki 2007, dapat dijelaskan dalam ilustrasi di bawah ini.
Gambar 1. Ilustrasi Perluasan Sumber Kewibawaan dan Sarana / Jargon
AKP Pada Pemilu Turki 2007 menurut DR. Sidik Jatmika
(Jogja: 30-1-2008)
Tergantung
Jangkauan Tindakan
Lokal Nasional dan Global

SUMBER
Intelektual Islam
Pejuang Khilafah Islamiyah
Jaringan Lembaga Dakwah
Jaringan Ekonomi Islam


JARGON
Kebangkitan Islam
Kebangkitan Khilafah
Dan Perjuangan penegakan syariat Islam

“LAMA”




Otonomi








“BARU”


SUMBER
Elite, Lawan, Pemerintah
-kaum sekuler
--militer

- Uni Eropa dan Amerika

JARGON
AKP menghormati nilai-nilai sekulerisme
AKP Cinta Tanah Air
Pengawalan Perbatasan
Turki Siap bergabung dengan Uni Eropa


342
Sumber: Modifikasi Model dari Charles Tilly, 1983, “Old” and “New” Repertoires in Western Europe and North America; dalam Sidney Tarrow, 1994, “Modular Collective Action”; dalam Power in Movement, Social Movement Collective Action & Politics, Cornel University – Cambridge University Press
Berbagai Hikmah Yang Bisa Diambil PKS
Berbagai penjelasan di atas membuktikan bahwa partai Islam AKP dengan cerdik telah berhasil dalam siasat politiknya di Republik Turki yang secara kesejarahan bisa dikatakan sebagai itu “embah-moyangnya” sekularisme di Asia dan dunia. Lantas bagaimana halnya dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Indonesia?
Kalau diamati lebih jauh, sesungguhnya sistem sosial politik Indonesia sebagai habitat yang membentuk konteks sosial-politik PKS dalam beberapa hal kondisinya tidak jauh berbeda dengan Turki. Masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam saat ini, walaupun secara resmi memang bukan negara sekuler, namun sesungguhnya juga tengah digempur oleh berbagai gelombang besar arus hedonisme dan sekularisme. Kalaupun ada bedanya, barangkali di Indonesia, secara simbol kebudayaan (icon) warga Indonesia lebih leluasa untuk mengekspresikan simbol-simbol keislaman dibanding Turki. Baik dalam cara berkebudayaan, mode-pakaian, berormas dan berpartai politik. Bahkan, kaum militer di Indonesia, berbeda dengan di Turki, tidak mudah menyuarakan ancaman kudeta untuk meraih kekuasaan.

1. Berbagai Sumber Kewibawaan dan Jargon “Lama” PKS
Dalam banyak hal, sesungguhnya PKS pada Pemilu 2004 juga telah melakukan berbagai langkah cerdik dalam menjajakan PKS sebagai Partai Islam kepada khalayak pemilih di Indonesia. Hasilnya PKS mengalami peningkatan signifikan dalam perolehan suara secara nasional sebanyak lebih dari 7% pada tahun 2004, dibanding suara Partai Keadilan (PK) sebanyak sekitar 2% pada tahun 1999. Hal itu antara lain tercermin pada penambahan kata “Sejahtera” pada nama Partai Keadilan (PK) dan simbol “Padi Emas”[11], merupakan langkah taktis yang secara psikologi-massa sangat menarik masa pemilih untuk lebih tertarik dan menjadikan PKS sebagai pilihan aspirasi politik.
Jika dikaji lebih jauh, sumber-sumber kewibawaan dan jargon-jargon yang dikembangkan PKS pada pemilu 2004, bisa disederhanakan al sbb:
SUMBER KEWIBAWAAN JARGON
1. PKS Sebagai Kelanjutan PK 1.Simbol Padi Emas Di Tengah Bulan Sabit Kembar
2. Platform PKS 2. Jujur Peduli
3. Lembaga Dakwah Kampus 3. Intelektual Muslim (Ulil Albab)
4. Jaringan Lembaga Dakwah 4. Gerakan Back To Masjid
5. JSIT 5. Membentuk Insan Kamil
6. Jaringan Wanita Islam 6. Keluarga Salimah
7. Korban Bencana Alam 7. Aksi Cepat Tanggap
8. Jaringan Ekonomi 8. Pemasyarakatan Ekonomi Syariah

2. Berbagai Isu “Negatif” Terhadap PKS Menjelang Pemilu 2009
Menjelang Pemilu 2009, ada beberapa isu negative yang sengaja dikembangkan oleh para pesaing politik PKS, antara lain:
a. PKS Kurang “Nasionalis”
b. PKS “Menjual Agama” Untuk Kepentingan Politik
c. “Kartu Mati” Bernama Keterpurukan Sektor Pertanian; Perumahan Rakyat serta
prestasi olah raga nasional. Yang kebetulan menterinya konon berasal dari kader PKS.

Disamping itu PKS juga terkena imbas dari masih adanya isu negatif yang sesungguhnya juga menimpa seluruh partai politik secara keseluruhan di Indonesia, yaitu masih kurangnya kesungguhan melaksanakan affirmative-action kuota 30 % sebagai bentuk penghargaan terhadap kader politik perempuan untuk duduk sebagai pemimpin politik.
3. Berbagai Peluang Isu Yang Bisa Dikembangkan PKS
Teori komunikasi politik, menyarankan bahwa sesungguhnya isu negatif itu sesungguhnya bisa berfungsi secara positif sebagai “vitamin” yang menyehatkan suatu lembaga. Dengan demikian sesungguhnya masih banyak peluang isu yang bisa dikembangkan oleh PKS (khususnya Bapilu) untuk mengolah dan mengubah berbagai isu negatif itu menjadi jargon dan sumber kewibawaan yang bisa memperkuat citra politik PKS di masa mendatang.
a. Isu PKS Kurang “Nasionalis”. Selama ini PKS sudah secara sangat pro aktif menjadikan momen-momen hari besar nasional untuk memperkuat citra diri PKS. Misalnya Hari Ibu dan Hari Kartini; Hari Pendidikan Nasional; Hari Pahlawan; dll. Slogan-slogan baru yang bisa dikembangkan misalnya: “PKS Cinta Tanah Air”; ataupun “PKS Sahabat TNI-POLRI”; melalui pendekatan “Teori Makan Bubur Panas”.[12] Hal itu antara lain bisa dilakukan dengan silaturahmi kader-kader DPP PKS ke Wilayah Terluar Indonesia, termasuk silaturahmi dengan personel TNI/Polri[13] serta rakyat yang bertugas di berbagai daerah perbatasan RI.[14] Hal serupa bisa dilakukan oleh kader PKS tingkat propinsi hingga kecamatan dan pedesaan. Bahkan, untuk lebih dekat dengan TNI/POLRI; PKS bisa mendorong kader-kader belia PKS untuk rame-rame masuk sebagai personil TNI/POLRI.[15]
b. Isu PKS “Menjual Agama” Untuk Kepentingan Politik; antara lain bisa
diatasi dengan tindakan PKS memperbanyak jargon-jargon “non agama” (menjaga dakwah bil-lisan) tanpa harus mengurangi militansi dakwah bil hal; sebagaimana kisah sukses AKP di Turki pada Pemilu 2007.

c. Penghargaan terhadap kader politik perempuan untuk duduk sebagai pemimpin politik; antara lain bisa dilakukan dengan penetapan caleg PKS tingkat Pusat hingga Daerah dengan metode “zig-zag”. Artinya nomor urut daftar caleg dilakukan secara berselang-seling antara laki laki-perempuan atau sebaliknya.

d. “Kartu Mati” Bernama Keterpurukan Sektor Pertanian; Perumahan Rakyat serta prestasi olah raga nasional. Yang kebetulan menterinya konon berasal dari kader PKS. Dalam jangka pendek, DPP PKS perlu meningkatkan komunikasi dan dukungan terhadap para kader yang duduk di Kabinet. Termasuk melanjutkan dan mengembangkan diplomasi “badminton” dan “bola volley” yang telah dirintis DPP sebelumnya. Dalam jangka menengah dan panjang, Tim ekonomi PKS juga perlu mempelajari sistem perbankan yang bisa meringankan rakyat banyak. Misalnya, dengan mempelajari Grameen Bank yang dikembangkan pemenang Hadiah Nobel, Muhammad Yunus di Bangladesh.
e. Kelompok Handicap/Difable, adalah mereka yang dalam beberapa hal mengalami kendala fisik maupun kesehatan. Kendala fisik, misalnya tuna netra, daksa, rungu, dll. Kendala kesehatan, misalnya kanker, leukemia, hemofilia, jantung, gagal ginjal, dll.
Per hatian tidak mesti harus bantuan keuangan, tetapi bias berupa perjuangan melalui perda/ UU tentang penyediaan akses bagi kaum difable; atau paling tidak berupa sentuhan rohani atau dukungan psikologis. Misalnya, pesertfikat penghargaan kepada tuna netra/ daksa berprestasi. Berbagai upaya perluasan sumber-sumber kewibawaan dan jargon “baru” PKS[16] tersebut, bisa disederhanakan dalam ilustrasi sbb:

Gambar 2. Ilustrasi Perluasan Sumber Kewibawaan dan Sarana / Jargon
PKS Menuju Pemilu 2009 menurut DR. Sidik Jatmika
(Jogja: 30-1-2008)

Tergantung
Jangkauan Tindakan
Lokal Nasional dan Global

SUMBER
PKS Pada Pemilu 2004
Lembaga Dakwah Kampus
Jaringan Lembaga Dakwah
JSIT
Jaringan Wanita Islam
Jaringan Ekonomi Islam
Korban Bencana Alam

JARGON
Jujur Peduli
Intelektual Muslim
Back to Masjid
Pembentukan Insan Kamil
Keluarga Salimah
Ekonomi Syariah
Cepat Tanggap

“LAMA”




Otonomi










“BARU”

SUMBER
Elite, Lawan, Pemerintah
-politik,
- ekonomi
-militer,

Perempuan
Kelompok Handicap/
Difable


Olahraga & Hobby

Kelompok Budaya
Non Jawa & Non Muslim
LSM
JARGON
PKS Cinta Tanah Air
- Hari Besar Nasional
-Peduli Petani & Tuna Wisma?
- PKS Sahabat TNI/POLRI
Daftar caleg Model zig-zag
Kebijakan Pro Handicap
-aksesibilitas sarana
-penghargaan thd tuna..
-perbaikan kesejahteraan
Olahraga Sebagai Sarana Diplomasi PKS
PKS Peduli Budaya Bangsa
Rekonsiliasi/multikulturalism
Mobilisasi Jaringan
Gema Keadilan
Bersih-Peduli-Profesional

342
Sumber: Modifikasi Model dari Charles Tilly, 1983, “Old” and “New” Repertoires in Western Europe and North America; dalam Sidney Tarrow, 1994, “Modular Collective Action”; dalam Power in Movement, Social Movement Collective Action & Politics, Cornel University – Cambridge University Press




4. Berbagai Rekomendasi


1. PKS perlu bersikap arif terhadap berbagai isu negatif. Terlepas apakah isu itu benar atau salah, isu negatif itu sesungguhnya bisa berfungsi secara positif sebagai “vitamin” yang menyehatkan suatu lembaga. Dengan demikian sesungguhnya masih banyak peluang isu yang bisa dikembangkan oleh PKS (khususnya Bapilu) untuk mengolah dan mengubah berbagai isu negatif itu menjadi jargon dan sumber kewibawaan yang justru bisa memperkuat citra politik PKS di kini dan masa mendatang.
2. Perluasan sumber kewibawaan dan jargon bagi PKS, bukan berarti meninggalkan sama sekali sumber kewibawaan dan jargon lama; tetapi lebih bersifat suplemen / komplementer (menambah) tanpa harus meninggalkan jati diri PKS sebagai partai yang militan dalam dakwah bil lisan maupun --terutama-- bil hal.
3. Dalam jangka pendek (2008). BAPILU DPP PKS (Kalau perlu dibantu pakar); perlu melakukan studi banding ke Turki untuk mencari hikmah dibalik kisah sukses strategi Partai Islam AKP memenangkan Pemilu Turki 2007. Berbagai hal yang bias dipelajari antara lain: bentuk, struktur dan strategi kampanye jangka pendek dan jangka panjang.
4. Untuk memperkuat strategi PKS pada pemilu 2009, Bapilu DPP PKS perlu mempertimbangkan taktik “Desa Mengepung Kota” atau Teori “Makan Bubur Panas”.
5. PKS perlu menghindari komentar terhadap isu-isu yang kontra-produktif, misalnya isu Negara Federal; maupun wacana pengampunan Soeharto


***





Lampiran 1.
Teori Makan Bubur Panas/ TAKTIK “DESA MENGEPUNG KOTA”

Taktik ini pernah dipakai Jendral Soedirman dalam perang gerilya mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Ibarat pertempuran untuk merebut posisi sebagai pemenang pemilu, maka pada umumnya para petarung hanya terfokus perhatiannya pada wilayah metropolitan dan perkotaan, padahal PKS sesungguhnya sudah memiliki modal memadai di wilayah ini. Karenanya, menuju 2009, PKS bisa mencoba variasi taktik lain yaitu melakukan komunikasi politik dari sisi sebaliknya, yaitu dari wilayah yang paling pinggir dan jauh dari kendali pusat kekuasaan; baru begerak menuju ke pusat.
1. Tujuan kegiatan
a.Wilayah tersebut relatif bebas dari gerilya politik para pesaing.
b.Memandang dan merengkuh Indonesia dari sisi paling luar, akan membawa dampak positif
berupa pandangan yang lebih komprehensif dan empati terhadap perasaan rakyat.
c.Yang dimaksud pinggiran, selain dengan menggunakan pendekatan geografis (sebagaimana
termaktub pada no 2 dan 3) kemudian juga meluas kepada mereka yang di pinggir atau
terpinggirkan secara sosial, kultural, ekonomis dan politis.
d.Cara ini membawa dampak berupa menguatnya citra PKS yang cinta tanah air dan peduli
wong cilik.
e.Secara waktu, berbagai wilayah pinggiran tersebut tidak mungkin dijangkau secara merata
pada tahun 2009 karena jadwal kampanye amat ketat dan terbatas waktunya.


2. Alokasi Waktu dan Wilayah Sasaran
2006: Wilayah Terluar I
a.P. Miangas, Sangihe Talaud, Sulawesi Utara (perbatasan dengan Philipina)
b.P. Ende, Nusa Tenggara Timur (bekas pengasingan Bung Karno)
dan Atambua, Nusa Tenggara Timur (perbatasan dengan Timor Leste)
c.Merauke dan Boven Digul (Perbatasan dengan Papua Nugini dan bekas pengasingan para
pejuang kemerdekaan)
d. Pulau Weh dan Nias (perbatasan dengan India, dan bekas korban tsunami)


2007: Wilayah Terluar II dan Wilayah Paling Pedalaman
a. P. Natuna, Riau Kepulauan (perbatasan dengan Laut Cina Selatan)
b. Putussibau, Kalimantan Barat (perbatasan dengan Serawak, Malaysia)
c. Nunukan dan Blok Ambalat (perbatasan dengan Malaysia)
d. Namlea, P. Buru (bekas penjara TAPOL PKI)
e. Poso, Sulawesi Tengah (wilayah konflik antar- agama)






3. Bentuk Kegiatan dan Citra Yang Diharapkan
a.Di setiap lokasi mengunjungi SD sambil menyerahkan mesin ketik dan seperangkat alat
badminton (syukur-syukur bisa main badminton dengan guru dan murid); untuk membentuk
citra peduli pendidikan, nasib guru dan tumbuh kembang anak

b. Bertanding badminton (ganda campuran PKS – Militer – Pejabat Lokal-Tokoh Lokal).
Kunjungan ke zona perbatasan membangun citra PKS cinta tanah air dan peduli tugas TNI-
Polri membela negara. PKS akrab dengan militer – Polri, pejabat dan tokoh lokal.

c. Silaturahmi dengan para tokoh adat dan agama setempat. Membentuk citra PKS bisa
berdialog dan diterima berbagai kalangan.

d. Kunjungan berbagai tempat bekas pembuangan para tokoh gerakan kemerdekaan (Boven
Digul, Ende, Bengkulu; membentuk citra PKS memiliki rasa nasionalisme yang tinggi.
Tujuan untuk menarik simpati kaum nasionalis

e. Kunjungan ke P. Buru; secara simbolik untuk “menarik simpati” kalangan eks PKI dan tapol lainnya.

f. Kunjungan ke bekas lokasi bencana alam (P. Weh dan Nias) maupun bencana kemanusiaan (Poso) membentuk citra PKS peduli. Di lokasi bekas konflik atas nama agama, misalnya Poso, upayakan bisa badminton campuran dengan para tokoh dari lintas agama; dengan tujuan PKS bisa diterima berbagai pihak.


4. Prinsip dan Unsur Pendukung Pelaksanaan
a. Kegiatan di kawasan perbatasan dan pedalaman--- untuk alasan keamanan dan kenyamanan--- upayakan di musim kemarau.
b. Dalam pelaksanaan didukung Tim DPP, DPW, DPD dan pakar.
e. Untuk memperkuat citra, kader PKS bertemu dengan :
i. Kelompok “kurang beruntung” dalam kesehatan: leukimia, jantung, hemofilia, lansia, dll; ekonomi: penjaga palang pintu kereta api, penjaga mencusuar, pemulung, pengamen, dll.
ii. Buruh migran: TKI di Kuala Lumpur, Hongkong dan Qatar.
iii. Olah Raga : kunjungan ke pelatnas badminton dan sepakbola
iv. Seniman Islam dan non “Islam”.
v. Kunjungan ke redaktur media massa (PWI, Kompas, Metro TV, TVRI, dll)










Lampiran 2.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas
Nama : Sidik Jatmika
Tempat/ Tgl Lahir : Klaten, Jawa Tengah, 3 Mei 1969
Keluarga : dr. Eny Iskawati (istri)
M. Indrawan Jatmika (anak)
M. Ramadhani Jatmika (anak)
Nayla Syafira Iskawati (anak)

Riwayat Pendidikan:
2002 - 2005 : Program S-3 (Doktor) Sosiologi, Pasca Sarjana UGM Yogyakarta
1996 - 1998 : Program S-2 Ilmu Politik, Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta
1987 - 1992 : Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, UGM Yogyakarta
1984 - 1987 : SMA N I Klaten, Jawa Tengah
1981 - 1984 : SMP N I Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah
1975 - 1981 : SD N I Karanglo, Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah

Riwayat Pekerjaan
1993 - : Dosen Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
1998 - : Peneliti pada The Indonesian Society for Middle East Studies (ISMES)

2004 - 2006 : penyiar kajian khazanah budaya Melayu “Dendang Melayu” Radio
Retjo Buntung (RB) FM Jogja
2002 - : Litbang Radio Suara Al Mabrur (Salma) FM Klaten
1998 - 2004 : Penyiar “Dendang Nusantara” Radio PTDI Kotaperak FM Jogja
1993 :Asisten produksi film dokumenter “Discovery: Connection-2”, Principal Film
London-New York, untuk 4 episode
1991- 1995 : wartawan (stringer) Radio BBC London Seksi Indonesia
1989- 1991 : penyiar “Universitaria” RRI Nusantara II Yogyakarta

Karya Ilmiah
1. Kiai dan Politik Lokal : Penelitian Mengenai Reposisi Politik Kiai di Kebumen, Jawa Tengah (desertasi S-3, 2005)
2. Amerika Serikat Penghambat Demokrasi: Studi Kasus PLN AS di Saudi Arabia (tesis S-2, 1998)
3. Politik Luar Negeri Australia di Pasifik Selatan (skripsi S-1, 1998)
4. AS Penghambat Demokrasi, Penerbit Bigraf, Yogyakarta (2000)
5. Otonomi Daerah Perspektif Hubungan Internasional, Penerbit Bigraf, Yogyakarta, 2001
6. Gerakan Zionis Berwajah Melayu, Penerbit Wihdah Press, Yogyakarta, 2001
7. Otonomi Daerah Dagelan, Penerbit Lapera, Yogyakarta, 2002
8. Lagak Wong Melayu di Jogja, Penerbit Adicita, Yogyakarta, 2002
9. Dinamika Partisipasi Politik Perempuan Iran, Penerbit LPPI UMY, 2002

Alamat Kantor : Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Kampus Terpadu UMY, Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto
Kasihan Bantul Telp. (0274) 387 656 Fax (0274) 387 646
Alamat Rumah : Jl. Wonosari KM 7, RT. 15 Mojosari Raya, Baturetno, Banguntapan,
Bantul. Yogyakarta. HP: 081 827 9041. Telp. (0274) 7494288

[1] Naskah akademik, bagi Badan Pemenangan Pemilu (BAPILU), DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam rangkaian MUKERNAS PKS di Denpasar, Bali, Kamis, 30 Januari 2008
[2] Dosen Ilmu Hubungan Internasional, Fisipol, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
[3] http://www.republika.co.id/koran detail.asp?id=3001140&kat id=7, “Dibalik Kemenangan Abdullah Gul Di Pemilu Turki 2007”
[4] H.A.Mukti Ali,1994, Islam dan Sekularisme di Turki Modern, Penerbit Djambatan, Jakarta.
[5] Istilah pejabat politik di sini adalah menunjuk kepada “elective political leader” dimana pejabat mendapatkan kedudukan karena proses pemilihan umum. Hal itu berbeda dengan pemimpin birokrasi, yang menjadi pemimpin karena diangkat dalam suatu jabatan oleh pejabat yang berwenang. Lebih jauh baca Miftah Toha, 1991, Perspektif Perilaku Birokrasi (Dimensi-dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara Jilid II), Rajawali Press, Jakarta, h. 142.
[6] "http://ms.wikipedia.org/wiki/Mustafa_Kemal_Atat%C3%BCrk

[7] http://www.vhrmedia.net/home/index.php?id=view&aid=4870&lang
[8] http://musim.wordpress.com/2007/07/26/islam-politik-kuasai-parlemen-turki/
[9] http://anrizal.blogspot.com/2006/01/berkenalan-dengan-sejarah-turki-la_15.htm
[10] http://ichwanarifin.blogspot.com/2007_07_01_archive.html
[11] Gambar padi emas, memiliki pesona karena memiliki kedekatan psikologis (proximity) dan sudah sangat dikenal oleh pemilih. Bandingkan dengan mitos Dewi Sri pada saat panen padi sebagai simbol kemakmuran bagi petani; serta warna kuning keemasan sebagai simbol kesejahteraan dan kemasyhuran. Gambar Padi Emas, dengan mudah bisa difahami rakyat sebagai simbol masyarakat tamaddun: Baldatun Toyibatun Wa Robbun Ghafur. Tata titi tentrem, padha thukul kang sarwa tinandur.
[12] Penjelasan lebih mengenai “Teori Makan Bubur Panas”; lihat halaman berikutnya dari makalah ini.
[13] Pendekatan terhadap TNI/POLRI bias dilakukan melalui “jama’ah” TNI/POLRI dulu baru kemudian menuju “jam’iyyah” TNI/POLRI.
[14] Berbagai slot-gambar dokumentasi dari kegiatan ini bisa sangat impresif bagi video-clip kampanye PKS pada Pemilu 2009.
[15] Minimal bisa jadi menantu personil TNI/POLRI.
[16] Satu hal yang patut dicatat bahwa perluasan sumber kewibawaan dan jargon tersebut bukan berarti meninggalkan sama sekali sumber kewibawaan dan jargon lama; tetapi lebih bersifat suplemen / komplementer (menambah) tanpa harus meninggalkan jati diri PKS sebagai partai yang militan dalam dakwah bil lisan maupun --terutama-- bil hal.

Rabu, Desember 12, 2007

Refleksi 6 Tahun Reformasi

Sulit membayangkan wajah Indonesia saat ini , seandainya pada tahun 1998 Mahasiswa tidak bergerak menunjukkan peran serta tanggungjawabnya secara sosial politik, moral, dan intelektualnya terhadap masa depan bangsa Indonesia yang tercinta ini. Setidaknya ada tiga titik penting dan genting dlam gambar Indonesia yaang sedang berubah sejak tahun 1998 lalu. Pertama, Tekanan politik besar yang diproduksi secara nasional terhadap rezim Soeharto , sejak 8 April sampai 20 mei 1998. Kedua, eksistensi organ gerakan mahasiswa, terutama yang berbasis Islam yang outstanding dan leading di tengah-tengah kelesuan panjang ormas-ormas pergerakan mahasiswa. Ketiga, Performa handal pergerakan mahasiswa yang berbasis Islam sebagai kelompok aksi Demokrasi yang handal, visioner, konsisen dan moderat.

Pergerakan mahsiswa yang berbasis Islam telah menggoreskan tinta sejarahnya dengan kejatuhan inti rezim orde baru yaitu Soeharto pada 21 Mei 1998. Kita tidak boleh surut lagi ke belakang. Kapal perang telah kita bakar. Sekarang musuh birokrasi orde baru masih berada di depan kita semua. Sedangkan gelora laut kejenuhan dan kebosanan berjuang ada di belakang kita. Apabila tidak konsisten lagi berjuang, lalu mundur ke belakang maka badai samudera apatis dan putus asa akan menggulung kita.

Keterlibatan pergerakan mahasiswa berbasis Islam dalam Revolusi Mei bukan saja lembaran saksi peristiwa politik paling penting di Asia dalam 10 tahun terakhir ini.Tapi menunjukkan sebuah karya besar. Angkatan muda Islamdan gerakan mahasiswa lainnya boleh bersyukur telah melakoni peran itu secara baik. Kita tidak tahu apakah esok sebaik kemarin. Yang jelas kita telah menuliskan peran kita dalam lembaran sejarah. Kita telah menuliskansejarah kita sendiri. Sekarang pena dan tinta itu masih di tangan kita marikita terus kita goreskan kembali sejarah tersebut. Jangan titipkan reformasi kepada orang lain.

Karena kita pergerakan mahasiswa yang berbasis Islam yang memulai keran demokrasi ini. Kitalah yang harus bertanggungjawab dengan kelangsungan hidup reformasi. Reformasi bukanlah hadiah dari Pengunduran diri Soeharto. Reformasi adalah hasil perjuangan pergerakan mahasiswa Indonesia. Reformasi telah ditebus dengan keringat, darah, harta, serta jiwa-jiwa yang melayang, bukan saja dari mahasiswa tetapi seluruh nyawa ummat. Karena Kematian seorang manusia disebabkan oleh kezhaliman satu orang atau satu kelompok sama dengan kematian semua penduduk bumi ini.

Sekarang reformasi sedang stagnan. Sekarang reformasi sedang sekarat. Sekarang reformasi sedang mati suri. Anak yang berumur 6 tahun itu sedang mengalami sakit yang berat. Kanak-kanak mungil yang seharusnya menjadi penghibur hati di kala resah itu sekarang sedang terbaring di pembaringan dengan nafas yang sesak, tubuh kurus kering, dehidrasi, diserang oleh virus-virus, kuman-kuman penyakit yang semakin hari semakin menunjukkan keakutan yang tragis.

Enam visi reformasi sekarang sudah menjadi dagelan. Indikator kesehatan kanak-kanak reformasi itu sudah tidak layak dipakai lagi. Sekarang saatnya kita untuk menyelamatkan kanak-kanak reformasi itu. Saatnya kita kembali menyatukan langkah dan gerak. Saat kita menggaungkan kembali semboyan-semboyan pergerakan kebenaran. Saatnya kita kembali menggaungkan simbol-simbol perjuangan dan perlawanan. Kita adalah singa perubahan. Berlakulah sebagai Singa jangan keledai. Jadilah singa yang berhati malaikat.

Mari kita cermati apa yang dikatakan oleh singa dakwah Islam zaman Rasulullah , Umar Ibnul Khatab. “ jika ada seribu orang berjuang , Aku satu diantaranya. Jika ada seratus orang yang berjuang , aku satu diantaranya. Jika ada sepuluh orang yang berjuang, Aku satu diantaranya. Jika hanya ada satu orang yang berjuang, maka itulah Aku.” Namun saya ingin menambahkan, “Jika tidak ada lagi orang yang berjuang, Maka Aku telah syahid menghadap RabbKu.”

Saudara-saudara seperjuangan, sudah 6 tahun reformasi kita gaungkan, namun belum ada perubahan yang signifikan dalam kancah dan ranah perpolitikan, ekonomi, sosial budaya bangsa Indonesia. Saatnya kita sekarang menggaungkan semangat perlawanan untuk menuntuskan perubahan Rabbani. Dengan menggaungkan simbol dan seruan perjuangan : “ Bangkit ….. lawan…. Hancurkan Tirani ….. Tuntaskan Perubahan Rabbani !

Hidup mahasiswa ….. !!! Tuntaskan Perubahan Rabbani!!! Ya Allah sesungguhnya kami telah sampaikan apa yang ingin kami sampaikan karena kecintaan kami terhadap –Mu. Maka saksikanlah Ya Rabb seru sekalian alam. Kokohkanlah langkah kaki kami untuk berjuang di jalan-Mu. Wallahu’alam.

INGAT KONTRAK POLITIK MU WAHAI ANGGOTA DEWAN !

Senin siang (6/9)tahun 2004 ratusan mahasiswa yang tergabung dalam forum bersama untuk masyarakat Riau merupakan himpunan dari berbagai organisasi : HMI Cabang Pekanbaru, KAMMI Daerah Riau, PMII Riau, PMKRI Pekanbaru, GMKI Pekanbaru, PW IRM Riau, Bem UNRI, BEM UIR, BEM Unilak dan BEM UI Susqa, nyaris bentrok dengan aparat keamanan guna mendesak anggota DPRD Riau untuk menandatangani kontrak politik. setelah melakukan negosiasi dari pukul 13.00 WIB baru pukul 14.00 WIB, 21 anggota dewan dari jumlahnya 55 orang bersedia menandatangani kontrak politik yang isinya adalah :
KONTRAK POLITIK
ANGGOTA DPRD RIAU 2004 – 2009

Kami anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPRD) Riau masa bakti 2004-2009, berjanji akan melaksanakan aspirasi masyarakat Riau sebagai berikut :
1. Merealisasikan alokasi anggaran pendidikan 25 persen dari dengan APBD. Dengan titik tekan pada :
A. meningkatkan mutu sarana dan prasarana pendidikan
B. Meningkatkan mutu pendidikan dengan biaya murah untuk rakyat
C. Meningkatkan kualitas dan kesejahteraan guru
2. Bersedia untuk tidak melakukan tindakan pelanggaran hukum dan penyalahgunaan jabatan seperti : Tindakan Amoral, Korupsi, Kolusi, baik secara perorangan maupun kolektif.
3. Meningkatkan pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan rakyat kecil.
4. Proaktif melakukan pemberantasan penyakit masyarakat (PEKAT) seperti : Pelacuran, Pornografi, Pornoaksi dan Perjudian.
5. Bersama-sama pemerintah daerah melakukan peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat dengan biaya murah.
6. Bersama-sama pemerintah dan masyarakat untuk menyelamatkan lingkungan dengan memberantas penebangan hutan secara liar (illegal logging) dan pencemar lingkungan.
7. Menyusun APBD secara transparan, efektif dan efesien.

Untuk membuktikan kesungguhan kami dalam mengemban aspirasi rakyat, kami akan mempublikasikan laporan kerja dewan per enam bulan kepada masyarakat.
Apabila kami melanggar kontrak politik ini, kami bersedia meletakan jabatan sebagai wujud tanggung jawab.

Sengaja kami menyalin teks kontrak politik tersebut sesuai dengan aslinya. selanjutnya kami juga akan merinci nama-nama anggota Dewan Propinsi Riau yang menandatangani kontrak politik tersebut yaitu :
1. Partai Amanat Nasional : Taufan Andoso Yakin SE, MM, Drs. Djuharman Arifin, Apt, Mp ; Ir Yuda Bhati,
2. Partai Buruh Sosial Demokrat : Ir. Bambang Tri Wahyono
3. Partai Demokrasi Indonesia Perjuanagan : H. Suryadi Khusaini;
4. Partai Demokrat : Dr.H.Mohd.Jenu; Tommy Rusly Idar
5. Partai Golongan Karya : H. Syamsul Hidayah Kahar,BA;Drs.Mahlilum;Ir.Arsydjuliandi R;Suparman Ssos; A Rahman Jalil, Sag,MM;Zulfan Heri, Drh, H.Chaidir,MM; H.Ruspan Aman;
6. Partai Keadilan Sejahtera : Taufik Hidayatullah;Hasyim Aliwa, Ir.H. Ilham Msc, Mukti Sunjaya, SPd, Nurdin SE, Ak
7. Partai Persatuan Pembangunan : Ruslan Effendy SE, Sag; H.Syofyan Hamzah, BA;Drs.Azwir Alimuddin;H.Zanzibar Nong; Drs.H.Mursini

Kami ingatkan kembali kepada anggota dewan yang terhormat kontrak politik diatas yang barang kali sudah dilupakan. Kepada masyarakat yang pernah memilih para anggota dewan diatas kami menyerukan, ” Marilah kita tuntut janji-janji mereka, sehingga hak kita sebagai konstituen tidak mereka abaikan.

Eddy syahrizal
Direktur Malay Research Foundation (MRF)
waktu kontrak politik ditandatangani menjabat Ketua Umum KAMMI Daerah Riau 2002-2004

Meneroka Idealisme Melayu

Kekuatan Idiologi

Kekuatan pertama yang membuat suatu bangsa membuat perubahan dan merancang masa depan adalah kekuatan idiologi. Dengan adanya idiologi maka akan tergambar visi,misi dan tujuan yang akan dicapai. Kekuatan idiologilah yang membuat Hitler dan nazinya ingin menguasai dunia, namun sayang dipenuhi dengan kesombongan. Maka setelah adanya kekuatan idiologi yang diperlukan adalah kerendahan hati dari kader-kade idiologi tersebut untuk bisa hidup ajar dan alamiah dalam tatanan idiologi yang sangat mungkin berseberangan. Kekuatan idilogi seperti inilah yang ada dalam idiologi Islam. Banyak contoh kalau kita mau melihat, memperhatikan dan menganalisis sejarah kalau memang mempunyai keinginan untuk.

Dalam sejarah perjalanan Riau sendiri yang sangat diidentikkan dengan melayu. Kekuatan Idiologi inilah yang membuat melayu mampu menunjukkan keberadaan edan marwahnya di saat kejayaannya di masa yang silam. Kekuatan Idiologilah yang bisa menyatukan melayu Riau yang terdiri dari berbagai macam etnis mulai yang dianggap melayu “pribumi” Bugis, Banjar, Arab, Cina Portugis dan lain sebagainya. Maka sangat naiblah sekarang ini melayu digaungkan sebagai suatu etnis atau suku. Pernyataan ini adalah pernyataan yang tidak pada tempatnya. Pernyataan ini adalah suatu sikap egoisme yang sengaja di sulut untuk meruntuhkan melayu itu sendiri. Sungguh, melayu tidak akan pernah hilang di bumi.

Melayu dan Idiologi

Lalu apakah sebenarnya melayu itu ? Kita ingin mendefinisikan melayu maka yang harus diketahui pertama kali adalah idiologi apa yang bisa menyatukan melayu. Idiologi itu adalah Islam. Maka saya memberanikan diri untuk mendefinisikan melayu itu adalah satu set nilai yang sudah mengakar dan menjadi kultur yang diayomo oleh suatu idiologi yaitu Islam.

Mental Idiologi Melayu Kini

Fenomena yang menarik dapat kita ambil dari Konggres Rakyat Riau II yang melahirkan opsi merdeka. Kita perlu menganalisa gaung opsi ini tidak dapat menaikkan posisi tawar Riau ke Pusat. Gerakan ini nampaknya hanya bersifat elitis dan sensational saja. Selain itu, opsi ini kurang mendapatkan dukungan dari pemerintahan daerah riau sendiri yang notabenen orang Riau. Mengapa itu bisa terjadi.

Jaaban pertama dapat kita lihat dari pernyatan Bapak Zulfan Heri dalam peluncuran Buku Prof. DR. Tabrani Rab “ Menuju Riau Merdeka Pilihan Konggres Rakyat Riau II “ . yaitu : gerakan ini belum mempunyai idiologi gerakan dan filosofi gerakan yang jelas. Kita dapat melihat efektivitas suatu gerakan dilihat dari dukungan massa rakyat yang kongkrit. Jangan masyarakat, aktivis mahasiswapun nampaknya masih ogah untuk mendukung gerakan ini. Disebabkan gerakan ini tidak jelas tujuan apa yang akan dicapainya.

Fenomena ini berlanjut dengan realita di lapangan yaitu pernyataan Al-Azhar sendiri yang menyatakan bahwa , “ Dokumentasi KRR II ini masih sangat amburaadul dan adanya ketidak seimbangan atara gerakan politik dan sosial budaya.” Selain itu, dari kalangan birokrat kita dapat melihat bahwa tindakan yang meraka lakukan adalah adalahn tindakan menyelamatkan diri sendiri. Mengapa demikian? Mereka lebih mementingkan kelselamatan diri sendiri darpada memperjuangkan kesejahteraan masyarakat. Lalu idiologi “ perutlah” yang lebih mereka pentingkan. Dari fenomena-fenomena ini kita dapat melihat bahwa mental idiologi melayu sekarang ini sedang terpuruk. Maka dapat disimpulkan sekarang sedang terjadi “pembusukan” dalam bidang idiologi. Hal ini ditunjukkan oleh para-tokoh-tokoh Riau dan kalangan birokrat yang bergerak tanpa idiologi yang jelas dan hanya berdasarkan kepentingan belaka.

Menanti Pejuang Idiologi yang Hilang

Tidak usah terlalu lama bersedih! Saatnyalah kita bangkit membangun negeri ini. Bergerak dalam landasan idiologi yang jelas dan jangan meraba-raba. Memang kita merasakan sudah cukup lama tersiksa dengan keadaan yang memilukan ini. Tampaknya tokoh untuk memperbaiki keadaan ini tidak bisa diharapkan terlalu banyak. Maka saatnyalah sekarang generasi muda negeri ini memotong dan memutus generasi tua dalam segi pemikiran idilogi dan pemikiran yang jelas. Kembali ke resam pemikiran yang Islami.

Memang memerlukan waktu yang cukup lama untuk memutus pemikiran tersebut.Namun kalau bukan sekarang kapan lagi ? Melayu khususnya Riau akan satu dan berkembang serta bangkit hanya dengan menerapkan idiologi Islam sebagai acuan dasar dalam bertindak para organ organiknya. Melahirkan generasi muda melayu yang baru dengan cara mengkaji dan mengaplikasikan Idiologi Islam dan sumber kesejarahan melayu lebih mendalam. Satu hal lagi yang harus ditanamkan dalam pribadi yang ingin menerapapkan idiologi Islam di daerah ini adalah adanya tanggungjawab spritual, moral dan intelektual yang jelas dalam rangka menjalankan tugas mulia ini. Rasa tanggungjawab ini akan melahirkan suatu sikap kedisiplinan pribadi dalam rangka menerapkan idiologi Islam yang telah kita kenal dengan syariat Islam. Rasa tanggungjawab ini harus dilandaskan pada akidah yang benar dan beragama yang lurus.

Kedisiplinan akan melahirkan sosok pribadi yang paling tidak mempunyai lima sifat yaitu :
Pertama, meletakkan syariat Islam sebagai bagian tertinggi hukum, sistem dan nilai sebagai ibadah kepada Allah. Kedua, keluar dari hokum-hukum syariat berarti dari iman, Islam ihsan dan keadilan. Ketiga, menolak sistem yang ada di luar Islam. Keempat tidak mengakui penguasa yang tidak menjalankan hokum-hukum selain syariat Islam. Kelima, menjaga hokum-hukum syariat terhadap orang yang bernai mengubahnya, baik dengan lisan, dann kekuasaan setelah menempuh jalan dakwah berupa hikmah, nasihat dan berargumentasi dengan baik. ( Figh Responsibilitas : DR. Ali Halim Abdul Mahmud)

Siapa yang berani memperjuangkan syariat Islam di Riau ? Sebagai pengugah semangat dengarlah dan pahamilah arti dan makna syair Umar bin Khattab berikut ini :
Apabila ada seribu mujahid berjuang
Aku satu diantaranya !
Apabila ada seratus Mujahid berjuang
Aku satu diantaranya !
Apabila ada sepuluh mujahid berjuang
Aku satu diantaranya !
Apabila hanya satu mujahid berjuang
Itulah aku !
Apabila tidak ada lagi mujahid berjuang
Berati aku telah gugur !

SINEMATOGRAFI PILGUBRI RIAU 2008

Dua Pekan lalu kalau ada yang menonton Republik Mimpi di Metro TV pasti akan ”nyambung” dengan tema ini. Tema pembahasan spesial hari pahlawan newsdot com itu ada anekdot yang yang akan kita ambil sebagai pembuka. Menjawab dua pertanyaan dari Si Jadul sang sekretaris sang kabinet yakni; Pertama apa hubungan antara semangat pahlawan dengan kemacetan lalu lintas. Pertanyaan kedua mengapa pahlawan Kapitan Pattimura bisa ditangkap Belanda ? Jawaban pertanyaan pertama adalah semua jalan yang bernama pahlawan bisa dipastikan macet, contoh jalan Gatot Subroto di Jakarta macet, Jalan Ahmad Yani di Makasar macet bahkan di Pekanbaru jalan Jendral Sudirman dan Tuanku Tambusai mengalami kemacetan pada jam-jam sibuk. Pertanyaan kedua singkat saja, hanya satu kata yakni takdir.

Kalau kita lihat parodi menjelang pilgubri Riau yang akan di helat 2008 persis sesuai dengan Sinetron. Opera sabun kata orang bule. Semua calon sudah mulai tampang aksi dengan gaya dan pose masing-masing. Sehingga tingkah laku mereka lebih mirip selebriti yang jual tampang dimana-mana demi mendongkrak popularitas. Karena Pilgubri Riau 2008 ini sudah mirip konser AFI. Kemenangan bukan ditentukan oleh potensi, tapi ditentukan oleh Piti (dana), koneksi dan aksi selebriti.

Mentrasformasi masyarakat menuju ke kehidupan yang lebih baik adalah kewajiban suci setiap kita. Setiap yang menyusun konsep di belakang ( para pemikir strategis ) atau yang turun langsung sebagai aktornya haruslah sekuat tenaga mengikuti jalur etika yang baik dan benar. Celakanya pada titik inilah para elite politik belum mampu mencontohkan budaya dan teladan yang baik dalam dunia perpolitikan. Sebaliknya tanpa rasa malu mereka mencontohkan perilaku yang keluar dari koridor moral, seperti isu korupsi, sikap boros yang anti sense of crisis berdampak logis pada pemisahan secara tegas dalam aspek moral dan aspek politik. Diam-diam rupanya para politisi kita saat sekarang ini menjadi penghayat setia ajaran Machiaveli ; politisi yang berbicara moral di wilayah politik adalah politisi yang tidak tahu dengan politik. Ini sangat bertentangan dengan wacana politik yang kita gulirkan sekarang yakni politik yang berlandaskan moral

Charles F Andrain dalam buku Political and Social Change :An Introduction of Political Science (1990) membedakan ada tiga tipe kepemimpinan. Pertama, tipe ilmuwan, tujuannya mengkaji peristiwa yang bersifat empirik dan actual untuk mengetahui keadaan sebenarnya dalam masyarakat. Pendekatan yang mereka lakukan adalah metode ilmiah yang obyektif dan universal. Sedangkan pengaruhnya hanya pada kalangan terbatas kecuali kalau sarannya di pakai oleh penguasa. Ini grup pembisik dalam istilah politik bangsa Indonesia.
Kedua, tipe politisi mempunyai tujuan memperoleh dan mempertahankan kekuasaan, membuat dan melaksanakan keputusan. Pendekatan mereka adalah metode pangambilan keputusan yang bersifat segera dan jangka pendek. Pengaruhnya langsung dan menentukan nasib orang banyak. Dalam bahasa kita penguasa.

Ketiga tipe negarawan, tujuannya merenungkan kondisi yang terjadi di masyarakat sekarang dan mengantisipasi kemungkinan yang terjadi di masa yang akan datang. Pendekatannya metode filosofis dengan panduan etika dan moral. Sedangkan pengaruhnya ssekarang mungkin belum terasa baru terungkap di masa yang akan datang. Tetapi di masa transisi bisa dijadikan rujukan. Masyarakat kita menyebutnya penasehat spritual.

Setelah lelah dengan banyak teori kita lihat kenyataan di lapangan saat sekarang ini. Ilmuwannya banyak yang memberikan informasi semu kejadian sebenarnya masyarakat. Termasuk manipulasi survey dan polling tingkat ketokohan calon penguasa. Politisinya cenderung enggan melepas kekuasaan dan mengorbankan kepentingan nasib orang banyak. Sedangkan yang paling kacau adalah penasehat spritualnya adalah parnormal alias dukun. Cukup meraba masa depan dengan mengandalkan penerawangan saja.

Yang dibutuhkan dunia saat sekarang ini bukan politisi tapi pemimpin. Ini adalah kata-kata perdana Menteri Singapura yang akhirnya menjadi maskot di sana, pernyatan ini dilontarkan para politisi di sana berkaitan dengan digantinya ia oleh perdana mentri Lee yang dianggap terlalu jinak, sopan dan elegan dalam berpolitik. Tidak seperti mentornya yang tegas dan agak bertangan besi. Kita semua harus berubah. Ya pemimpinnya, ya masyarakatnya. Dan jangan pernah ada kata mundur dalam berjuang. Karena dalam sejarah hanya memberikan empat tiket tempat duduk. Menjadi pembuat sejarah, aktor sejarah, pembaca dan pecandu sejarah atau yang paling tragis menjadi korban sejarah. Pilihan tetap ada di tangan kita.

Perubahan ke arah yang lebih baik adalah suatu keharusan di mana sasaran dari perubahan tersebut adalah individu, kelompok dan lembaga yang ditunjuk sebagai sasaran perubahan. Perubahan itu harus mencakup paling tidak 3 aspek dasar yaitu ;
Pertama, sifat perubahan yaitu aksi bukan reaksi suatu kondisi. Karena perubahan reaksi tidak tidak memiliki idealisme dan semata di dorong oleh kepentingan manusiawi. Seperti aksi saling biokot antara Riau satu dan Riau dua yang nampaknya sudah perang terbuka diatas tanah. Kalau kemarin masih di bawah tanah. Isu yang sudah diangkat oleh harian ini dalam fokus minggunya bahwa disinyalir ada aksi demo-mendemo seorang tokoh untuk mendiskreditkannya. Walaupun tidak ada yang mengakui hal itu, yah itulah politik. Senyum di depan tikam di belakang.

Kedua perubahan bergerak dari sesuatu yang tidak teratur menjadi lebih teratur. Sekarang ini sudah terasa pansanya hawa politik. Semua calon dan pendukungnnya sudah pasang kuda-kuda untuk saling bertarung. Senyum manis sudah berubah menjadi kecut. Kalau dalam ilmu kepribadian biasanya senyum yang baik itu ukuran lebar bibir yang terbuka serasi dan selaras. Namun sekarang sudah mencong-sana mencong sini tidak simetris kata orang matematika.

Ketiga terkait dengan aset perubah yaitu manusianya sendiri. Manusia yang yang menjadi pemimpin itu harus memiliki kekuatan yang cukup, potensi yang memadai untuk dioptimalkan dan bisa mempotensikan orang lain. Cukup rumit bahasanya, serumit bagaimana melaksanakannya. Ada adagium ahli sejarah dan sosiologi menyatakan untuk melihat bgaimana tingkat peradaban sebuah masyarakat di lihat dengan opini yang disuarakan oleh para pemimpinnya. Bila anggota dewan sibuk dengan laptopnya dan lainnya dengan sapi dan rumahnya. Maka tingkat peradaban mereka, Hanya sebatas sapi margin bawahnya, rumah di margin tengahnya dan laptop margin atasnya.

Ketika hujjah tidak lagi terasa tajam menyentuh tembok kesadaran. Disaat nilai-nilai sudah longgar dan tidak bisa terbantahkan lagi. Semua serba membingungkan. Kita serasa hadir dalam ruang dan waktu bukan sebagai manusia lagi. Namun serasa berada dalam ruang dan waktu yang berbeda dengan kemaslahatan bersama. Saat ini kita bertanya-tanya soal kemunafikan-kemunafikan yang menyeruak di sentero jagad. Sehingga akhirnya kita tediam dan menyadari bahwa kita adalah manusia yang kehilangan semangat kemanusiaannya.

Nah apakah kondisi kekinian dalam sikut menyikut dalam peran aksi pilkada ini akan terus ditampilkan di panggung sinetron pilkada pemilihan gubernur Riau saat sekarang ini ? sebagian teman-teman yang saya ajak berdiskusi ada yang berkesimpulan sesuai dengan dengan jawaban si jadul menteri sekretaris kabinet Republik Mimpi, Mengapa kapitan pattimura dan pahlawan lain tertangkap ? yah ... sudah takdi barangkali. Mengapa Pilkada Gubernur Riau seperti ini ... ? Yah sudah takdir barangkali. Selamat helat raya Ncik dan Puan, semoga semua mimpi kita jadi kenyataan.

Boikot AS, Siapa Takut ?

Serangan Amerika Serikat Kepada Negara Muslim Irak yang tidak berdaya dan merupakan negara yang sangat kropos merupakan bentuk terorisme yang amat nyata. Negeri seribu satu malam itu sekarang berubah menjadi negeri seribu satu mesiu, seribu satu teriakan,seribu satu tangisan. Korban sudah mulai berjatuhan. Skenario Afganistan kedua mulai kembali dipertontonkan oleh generasi Bush yang gila perang.
Saya menangkap nada kebimbangan, keraguan akan kemampuan kita bangsa Indonesia dan wabil khusus warga Riau dan masyarakat Pekanbaru untuk memboikot produk Amerika dan Yahudi..Keraguan ini diungkapkan oleh beliau bukan karena membela Amerika, tetapi melihat realita ketergantungan Indonesia yang yang sangat tinggi dengan negara Paman Sam tersebut.
Fenomena ini beliau istilahkan dengan pepatah “ Anjing menggonggong, Kafilah berlalu” Karena kalau paginya resetoran McD di datangi pendemo, maka setelah mereka membubarkan diri,Tempat itu kembali dipenuhi pengunjung. Maka pertanyaan itu terulang kembali ‘Sanggupkah kita memboikot Amerika ?’
Sebelum Boikot- memboikot kita harus tahu dulu, apa untungnya kita boikot dan atas alasan apa kita memboikot ? Dalam buku Quantum Learning dinyatakan kita harus mengetahui lebih dahulu AMBAK dalam melakukan segala sesuatu. AMBAK aritnya Apa Manfaatnya Bagiku? Kita harus memberikan pendidikan politik dan pengetahuan kepada masyarakat sebelum kita memboikot. Setelah itu apakah permasalahannya selesai ? tentu tidak. Kita juga harus memberikan produk alternatif. . Maka ini menjadi tugas besar kita bersama. Harus ada jiwa-jiwa pendobrak yang diwakili pergerakan Mahasiswa,harus ada teladan dari Pemimpin bangsa ini, Harus ada yang mengopinikan yang ini diwakili oleh insan Pers. Demikian juga maysarakat kita yang masih banyak tidak mau boikot karena perasaan ada gengsi yang harus dipertahankan. Pokoknya harus ada kerja sama dari semua pihak.
Alasan pertama adalah alasan keyakinan dan rasa keagamaan kita. Dengan pembelian McDonald’s saja berapa banyak Muslim Indonesia yang ikut andil membelikan peluru tajam yang digunakan tentara Zionis Israel untuk ditembakkan kepada anak-anak Palestina? Tahukah anda wahai masayarakat Indonesia dan Pekanbaru? Bahwa Chief Executivee (CEO) McDonald’s Jack M. GreenBerg –menurut situs resmi McDonald’s sendiri (www.mcdoalds.com/corporate/info/exec_bios/cor-greenberg/index.html http://www.mcdonalds.com/corporate/info/exec_bios/greenberg/index/html), menjabat Direktur Kehormatan Kamar Dagang dan Industri Amerika Israel negara bagian Chicago. McDonalds Corporation juga merupakan sponsor utama lembaga nirlaba Jewish United Fund yang menjadi penyuplai dana bagi militer prekonomian Israel. Coba cek pada situs www.juf.org/cent//partner.asp http://www.juf.org/cent/partner.asp)
Hal ini dikarenakan jasa-jasanya yang besar bagi zionis –Israel,oleh Jewish Fund, McDonald’s dianugrahi Jubilee Award.McDonald’s merupakan perusahaan raksasa ketiga yang terbesar menyalurkan dananya untuk Israel.Tulis situs Israel tersebut Februari 2002.
Hanya itukah yang punya andil membunuhi rakyat Palestina? Tidak juga.Muslim Indonesia hampir tiap hari berbelanja aneka barang kebutuhan rumah tangga bermade-in Amerika dari warung-warung kecil di pelosok kampung hingga supermal di kota besar.Makanya Ulama besar Dr.Yusuf Qaradhawi jauh-jauh hari telah mengeluarkan fatwa,”Tiap Riyal,Dirham,atau mata uang apapun yang anda belanjakan untuk membeli produk Amerika, maka disitu ada beberapa sen yang akan dibelikan senjata oleh Amerika untuk membunuhi Muslim Palestina dan muslim di belahan Bumi lainnya
“Haram Hukumnya membeli produk dagangan Yahudi dan Amerika .Hal itu merupakan salah satu dosa Jihad memerangi Amerika dan Zionis Israel, serta siapapun yang membantunya saat ini hukumnya fardhu ain bagi setiap muslim.Itu disebabkan Yahudi telah menghalalkan segala apa yang diharamkan Allah, serta tidak mengindahkan semua norma moraldan nilai-nilai kemanusiaan serta hukum Internasional .(Fatwa Dr.Yususf Qaradhawi)
Kedua, kita memboikot karena alasan kesehatan. Menghindarkan diri dari membeli produk Amerika seperti Fastfood (makanan cepat saji) dan softdrink (minuman ringan) ternyata ada manfaatnya, karena makanan tersebut cendrung membahayakan.Di negara asalnya, fastfood lazim dikenal sebagai junkfood (makanan sampah). Makanan sampah Amerika yang populer saat ini di Indonesia dan Pekanbaru adalah hamburger, ayam goreng (FriedChicken),hotdog, pizza, kentang goreng(french-fries),es krim,susu campur dan minuman ringan (softdrink).
Tiap hari hampir 30 persen orang Dewasa Amerika memakan hotdog yang mengandung kolesterol,gula dan garam yang sangat tinggi. Para praktisi kesehatan sedunia sepakat makanan seperti sekarang ini terbukti secara langsung mendorong terjadinya serangan jantung,stroke diabetes,kegemukan dan penyakit ginjal. Pola makan ala barat inilah yang menjadi penyebab utama penyakit modern mematikan ini.
Kecaman terhadap makanan sampah ini juga datang dari badan kesehatan Dunia (WHO) badan milik PBB ini mengingatkan jangan sering mengkonsumsi softdrink karena mengandung gula yang tinggi.Delapan anak Amerika diberitakan pernah mengajukan gugatan kepada Restoran McDonald’s di Newyork karena memderita obesitas (kegemukan) setelah mengkonsumsi Burger Big Mac nyaris tiap hari.Kejadian ini juga pernah terjadi di Eropa dan Australia.
Dalam draft Laporannya WHO mendesak pemerintah setempat untuk memperketat iklan-iklan TV mengenai makan tersebut. Peraturan yang diterapkan antara lain : setiap iklan softdrink harus jujur mencantumkan kadar gula. Dan pemerintah harus memberlakukan pajak tinggi untuk produk ini. Tapi bagaimana dengan Indonesia ? pemerintahnya adem ayem saja. Malah yang dinaikkan adalah BBM dan pencabutan subsidi BBM.Maka dipertanyakan keberpihakan pemerintah sekarang terhadap kesehatan dan keamanan rakyatnya.
WHO bahkan merekomendasikan agar mesin-mesin penjual minuman yang lazim ada disekolah-sekolah di bara harus dilarang sebuah harian Sidney Morning Herald (SMH 13/01/03) menurunkan berita tersebut. Ada lagi yang lebih mengejutkan. Sebuah penelitian di Universitas terkenal di Amerika Harvard melaporkan para gadis yang mememinum minuman bersoda seperti Coca Cola, Sprite, Pepsi lebih cendrung mengalami kerapuhan bahkan patah tulang.
Garyce Whyshak, asisten doen pada Harvard School of Public Health and Harvard Medical School berpendapat bahwa para gadis yang meminum soft drink tidak mengkonsumsi susu yang mengandung kalsium untuk menguatkan tulang akan berbahaya. Selain itu dai juga menunjukkan ada satu senyawa dalam Coca Cola yaitu assm fosforik yang ditengarai mampu melemahkan tulang..Penelitian ini lalu diterbitkan dalam Archives Of Pediatric and Adolescent Medicine.
Nah sekarang jelas bukan makanan sampah itu tidak mengandung bahan bermanfaat bagi tubuh dan cendrung membahayakan.Alhamdulillah sekarang dunia Islam sudah punya produk alternatif. Untuk Coca Cola kita dapat ganti dengan Zam-zam Cola buatan muslim Iran atau Mecca Cola yang hadir di Perancis.
Mecca Cola menyisihkan 10 persen penjualan satu botolnya untuk membantu anak palestina dan 10 persen lainnya membantu fakir miskin di Perancis. Malah dalam weaktu dekat ini akan mendirikan Restoran cepat saji muslim yang memenuhi standar kesehatan akan diberi nama “Al Hilal Fried Chicken”.
Peran Pemerintah sangat besar untuk menggaungkan aksi boikot ini. Di Negara tetangga kita Malaysia saja, beredar kabar mereka akan menggunakan Dinar Emas sebagai pengganti dolar dalam lapangan bisnis ekspor impor. Rencananya akan diterapkan mulai pertengahan tahun ini dalam upaya menggeser superioritas dolar. PM Mahathir sendiri menyetujui hal tersebut.
Sekarang kita pertanyakan Komitmen pemerintah kita Megawati dalam hal ini. Indonesia butuh bukti bukan janji. Jadi wajar kalau masyarakat tidak punya kepercayaan diri memboikot Amerika karena Pemimpinnya sendiri tak berani boikot.Malah memilih diam dan membuat bingung setiap orang. Menjual negara dan harga diri negara kepada Antek Yahudi. Terutama dalam divestasi Indosat.
Sekarang kita tinggal bertanya kepada mereka yang suka makanan sampah dan minuman berbuih itu, apakah dengan demikian mereka akan dapat menyamai Amerika dalam bidang teknologi seperti membuat satelit misalnya. Kalau ya maka makanlah terus ! kalau tidak marilah kita sedikit punya hati nurani untuk melakukan boikot demi izzah dan kehormatan kita.
Sungguh mengherankan orang tidak bangga lagi dengan makan ayam panggang atau ayam goreng buatan ibunya atau neneknya, tidak bangga makan pecel lele atau dendeng yang sangat diminati oleh orang barat tersebut. Kalau ini terus terjadi maka kita akan menjadi sampah dalam pergulatan peradaban ini. Seperti yang kita lihat sekarang ini. Indonesia tidak hanya dipandang sebelah mata, tapi dilihat dengan mata kaki. Indonesia akan jadi bangsa budak. Maukah kita jadi bangsa budak ? Jawabannya ada pada diri kita masing-masing.

Sekarang kami ingin melihat respon masyarakat.Kami rasa mahasiswa sudah sering bergerak. Bahkan sebelum serangan itu benar-benar terjadi. Namun kami hanya ditonton oleh masyarakat tanpa mau ikut serta.Tetap saja membeli produk amerika dan dedengkotnya. Siapa yang salah? Kami kira kita semua. Marilah kita semua bertobat,memperbaiki diri dan berusaha berbuat lebih baik. Insya Allah, Allah bersama kita.
Sumber:
1.Majalah Sabili No.14 Thn.X 30 Januari 2003
2. www.eramuslim.com
3. www.islamonline.com
4. www.myquran.com.

TRANSFORMASI EMOSIONAL MENUJU KREATIF

Indonesia terkenal dengan negeri pengamat dan komentator. Dari komentator bola sampai ke komentator politik. Pemerhati lingkungan sampai dengan pemerhati sosial. Fenomena ini mungkin karena budaya tutur lebih melekat daripada budaya menulis dalam kebudayaan bangsa kita. Sehingga bangsa kita ini lebih banyak memperhatikan daripada menganalisa, lebih banyak melihat tinimbang meneliti, lebih banyak mendengar daripada mencari kebenaran .
Bahkan kita lebih banyak hanya merasa kasihan dari pada empati. Perbedaan antara kasihan dan empati ini tentu sangat jauh berbeda. Kasihan hanya melihat dan merasa sedih dengan keadaan. Sedangkan empati, melihat keadaan lalu merasa sedih, memikirkan apakah yang akan terjadi kalau keadaan tersebut terjadi pada dirinya. Tidak cukup sampai disitu saja setelah itu ia tergerak dan bergerak untuk merubah keadaan tersebut.
Sebuah Hadist Rasulullah Saw mengatakan bahwa mencegah kemungkaran dengan kekuatan dan kekuasaan adalah iman yang paling mumpuni. Mencegah kerusakan dengan lisan adalah yang paling tinggi. Sedangkan dengan perasaaan adalah selemah-lemahnya iman. Kita hanya mengambil subtansi hadist tersebut karena bunyi hadist tersebut bukanlah demikian.
Menyatakan kita adalah bangsa yang terlalu terbawa perasaan adalah tidak terlalu naïf. Karena kita sudah membuktikan bangsa ini akan bersatu dan bergerak kalau ada ruang perasaan kita yang terusik. Tsunami di Aceh adalah contohnya dalam waktu yang tidak lama milyaran bahkan triliunan rupiah mengucur deras ke bumi serambi Mekkah yang porak poranda. Ketika lagu rasa sayang sayange dan lagu daerah kita yang lain dicaplok Saudara serumpun Malaysia kita meradang dan ambil posisi siap perang. Masih banyak contoh yang dapat kita tunjukkan sebagai bukti yang mengukuhkan bahwa kita adalah bangsa yang emosional.
Kita harus berubah dari masyarakat yang emosional menjadi masyarakat yang kreatif dan inovatif dan ujungnya adalah produktif. Dr. Ali Al Hamadi seorang pakar psikologi dunia dalam buku edisi terjemahan Indonesia ; 30 cara menjadi kreatif menyatakan proses kreatif merupakan proses sistematis di dalamnya seseorang akan membatasi tujuannya secara jelas. Kemudian dia menghimpun seluruh kekuatan akal, jiwa dan kata-kata untuk merealisasikan tujuan itu melalui pemikiran dan penemuan kreatif.
Tujuan adalah hasil akhir yang akan dicapai. Sasaran adalah langkah-langkah tahapan dan target dalam setiap tahapan untuk mencapai tujuan akhir tersebut. Sehingga tergambar dengan jelas posisi kita saat sekarang ini seperti apa. Daya dukung kita untuk memcapai tujuan akhir sudah sampai dimana, kekurangan kita di bidang apa, peluang kita bagaimana inilah yang saya sebut dengan membuka jalan kreatif. Apabila jalan sudah jelas maka kita akan nyaman untuk meneruskan langkah.
Proses kreatif ini memerlukan ilmu dan pengetahuan. Mengapa kita katakan ilmu dan pengetahuan ? karena ilmu adalah apa yang harus kita pelajari untuk hidup sedangkan pengetahuan adalah ilmu yang diperlukan untuk memperbaiki taraf kehidupan. Jadi ilmu itu adalah kebutuhan pokok kita sedangkan pengetahuan adalah pokok kehidupan kita.
Orang yang kreatif adalah orang yang sukses. Orang yang sukses adalah orang yang mengetahui apa yang bisa menyampaikannya pada tujuannya. Setelah itu menempuh segala kemungkinan untuk bisa mencapainya dengan cara-cara kreatif pula. Kekurangan yang mendasar kedua dari bangsa kita adalah narsisme. Ego, keakuan, merasa diri sendiri benar dan kurang respek dengan lingkungan dan orang lain. Cendrung berpikir bagaimana kenyang, menang dan senang. Lamak di waang surang kata orang kita minang.
Akibatnya kita selalu melakukan hal yang sama untuk menyelesaikan persoalan yang sama dalam waktu yang berlainan. Hal ini sudah dikritik oleh sun tzu dengan mengatakan dalam war of artnya ;” aku tidak akan menggunakan strategi yang sama dalam medan dan lawan yang sama”.
Kita adalah sosok yang yang selalu melihat sesuatu dengan dengan kaca mata kita. Itupun masih bagus daripada dengan kaca mata kuda. Bijaksana sekali sabda Rasulullah dalam mendidik anak dengan memperlakukan mereka sesuai dengan umur jasmani dan umur sosiologis dan psikiologisnya. Saat usia balita jadikan ia sebagai teman sepermainan anda, ketika remaja jadikan ia sahabat anda, di saat dewasa jadikan ia teman anda.
Luar biasa, ini merupakan konsep pendidikan yang mengajarkan semua pihak untuk dapat memandang dengan berbagai sudut pandang. Masa balita adalah masa anak-anak yang ada dalam pikirannya hanyalah bermain dan tidak ingin memikirkan kesusahan pikiran sama sekali. Dia membutuhkan teman sepermainan yang dapat menemaninya. Orang tua mendapat nilai tambah dengan bias menyederhanakan persoalan apabila ada masalah pada anaknya. Karena biasanya mereka selalu bias menyelesaikan masalah besar dengan cara yang sederhana.
Ini sudah dibuktikan oleh ahli manajemen dunia dengan menanyakan dua pertanyaan sederhana kepada para eksekutif dan anak TK. Tetapi hasilnya sangat jauh berbeda. Anak TK bisa menjawab semuanya dengan baik, sedangkan banyak kaum eksekutif tidak dapat menjawabnya dengan baik.
Pertanyaan pertama, bagaimana caranya memasukkan gajah ke dalam kulkas. Anak TK menjawab buka pintu kulkas dan masukkkan gajahnya. Sedangkan kalangan eksekutif menyatakan dengan rumit. Ada yang menyuruh menyembelih dulu gajahnya dagingnya dipotong-potong masukkan kedalam kulkas. Atau ide yang lain buat kulkas yang ukuranya sebesar kandang gajah dan masukkan gajahnya setelah itu.
Pertanyaan kedua, bagaimana memasukkan zebra ke dalam kulkas tadi. Anak TK menjawab buka pintu kulkas, keluarkan gajahnya kemudian masukkan zebranya dan tutup pintu kulkasnya supaya zebranya tidak lari melihat gajah. Sedangkan jawaban eksekutif beragam tergantung jawaban awalnya.
Kita lihat perbedaaannnya bukan ? kita juga adalah bangsa yang split personality. Melihat yang sederhana dengan kompleks. Dan terlalu menyederhanakan sesuatu yang rumit. Setelah itu hanya yakin dengan pendapat sendiri dan tidak mau untuk memikirkannya sesuai dengan pemikiran orang lain.
Marilah kita mencoba sekali-kali untuk melihat sebuah persoalan dengan memakai kacamata anak kecil, ibu, ayah, pembantu, penjual, pembeli, tetangga, teman, masyarakat, keluarga atau yang lainnya.
Dalam dunia ilmu pengetahuan dalam suatu survey di Indonesia ditemukan fenomena 80% lebih penelitian skripsi, tesis dan disertasi menggunakan metode survey pustaka tanpa terjun ke lapangan sekalipun. Celakanya lagi terutama skripsi malah survey pustaka dengan skripsi lain alias plagiat.
Inilah bangsa kita apa adanya. Kita memang masih bangsa yang sedang tumbuh baru 62 tahun merdeka dari kolonialisme. Sedangkan Amerika membutuhkan waktu 200 tahun untuk bangkit. Cina juga punya siklus 200 tahun jatuh bangun dinasti. Cuma dinasti dalam Islam seperti dinasti terakhir Ustmani yang bias bertahan selama 650 tahun. Sedangakn dinasti lain tumbuh dan bertahan rata-dalam waktu 120-150 tahun.
Sebagai hiburan maka kita menyatakan ini wajar karena masih muda. Tapi kalau kita berpegang pada terori siklus perabadaban Ibnu Khaldun yang dipakai sampai sekarang oleh universitas apapun di atas dunia ini kita melihat Indosesia sudah sampai pada fase kedua peradaban.
Menurut Ibnu Khaldun dalam Mukaddimahnya siklus peradaban itu dimulai dari tumbuh, berkembang, eksistensi dan runtuh dan akan digantikan oleh peradaban lain. Beliau menyebutkan lama fasenya bervariasi antara 40-100tahun. Kenyataan dilapangan kalau kita meneliti keadaan sejarah sebuah bangsa atau peradaban memerlukan waktu tumbuh kurang dari 40 tahun, sedangkan waktu berkembang, eksistensi dan runtuhnya bervariasi.
Kalau kita ambil masa tumbuhnya 40 tahun berarti kita sudah 22 tahun dalam masa berkembang. Wajar keadaan kita masih jauh dari harapan yang ingin kita capai. Karena masa stabil adalah fase eksistensi. Kita masih memerlukan lebih kurang waktu 18 tahun lagi untuk menggapainya kalau kita beranggapan bahwa fase minimal adalah 40 tahun. Karenanya sudah sangat tepat kalau kita punya visi 2020. walaupun lebih sangat tepat lagi kalau kita membuat visi 2018.