Kamis, September 04, 2008

Taqwa dan Kecerdasan


بسم الله الرحمن الرحيم

Masih amat membekas di benak kita kisah tentang keteladanan seorang penggembala kambing di zaman Khalifah Umar ra. Inilah sosok pemuda yang akan terus menjadi ‘icon’ dakwah sepanjang masa. Betapa tidak, di tengah himpitan dan kerasnya pergulatan hidup ini tidak sekeping pun dari keimanannya, keyakinannya digadai, ditukar atau bahkan dijual demi mendapatkan kenikmatan hidup yang sesaat ini.

Yang menarik dari kisah ini adalah kata kunci yang menjadi eye catching dari keseluruhan kisah ini yaitu “fa aina Allah?”. Kalimat sederhana itu mengalir dari lidah tegar penuh optimis seorang mukmin sejati. Kalimat “fa aina Allah”’ itu tidak dialamatkan untuk mencuri perhatian Khalifah Umar RA atau sengaja ditujukan untuk mencari muka –carmuk—seperti yang sering dipertontonkan kebanyakan masyarakat di negeri ini saat kunjungan para pejabat ke mereka. Dia tidak lahir begitu saja, akan tetapi kalimat spektakuler ini dilafalkan dari sanubari hati yang paling dalam karena mahabbah kepada Allah SWT.

Demikianlah sikap kita dalam menjalani kehidupan dakwah ini. Sepanjang kultur “fa aina Allah” telah meresap dalam-dalam pada diri kita, inilah modal awal kita membangun optimisme dakwah. Bayangkan, seorang penggembala kambing yang hidup di tengah gurun, jauh dari pantauan siapa pun, tidak tersentuh teknologi tinggi –350 tahun lalu—mampu merekonstruksi ma’iyatullah begitu indah.

Sudah barang tentu tidak sulit bagi kita merekonstruksi dan menghayati nilai-nilai ma’iyatullah di era teknologi informasi sekarang ini. Allah SWT sudah pasti dan selalu menyertai hamba-hamba-Nya yang beramal, bergerak, berjuang, dan berjihad demi kemuliaan Islam dan kaum muslimin. Keyakinan ini sudah selayaknya menghujam pada diri kita, “Intanshurullah yanshurkum wa yutsabbit aqdamakum.” (Q.S. 47/Muhammad: 10); “Alladziina jaahadu fiina lanahdiyannahum subuulana wa innalaaha la ma’al muhsinin .”(Q.S. 29/Al-Ankabut: 29).

Ibadah à Tujuan à Mendidik Mu’min à Muttaqi à QS. 2 : 183, QS. 49 : 13, QS. 7 : 96.

MUTTAQI: Orang yang memiliki kecerdasan:

Þ Intelektual

Þ Emosional à SUKSES/BAHAGIA


Þ Spiritual

Þ Sosial DUNIA AKHIRAT

Þ DSB

1. Intelektual

à Ibadah mengajarkan à Hakikat & Tujuan hidup à Mengabdi kepada Allah SWT.

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: اِبْن آدَمَ أَطِعْ رَبَّكَ فَتُسَمَّى عَاقِلاً وَلاَتَعْصِهِ فَتُسَمَّى جَاهِلاً.{رواه أبو نعيم عن أبى هريرة}.

“(Wahai) Anak Adam, taatlah engkau pada Tuhanmu niscaya engkau akan disebut sebagai orang yang berakal (cerdas), dan janganlah engkau berbuat ma’shiyyat kepada-Nya, maka engkau akan disebut sebagai orang yang bodoh”. (HR. Abu Na’im dari Abu Hurairah).

TAAT à Cerdas

MA’SHIYYAT à Bodoh

Mengajarkan tadabbur ayat

à Ibadah Menuntut Ilmu

Melaksanakan pekerjaan dengan optimal

2. Emosional

à Ibadah à Sabar à الصَّوْمُ جُنَّةٌ (Puasa itu adalah perisai).

à Ibadah à Mampu mengendalikan diri

إِذَا شَتَمَكَ أَحَدٌ فَلْيَقُلْ إِنِّى صَائِمٌ

Seseorang marah tanpa sebab: Dijawab “Saya Sedang Berpuasa”

3. Spiritual

à Shaum mengajarkan Kedekatan dengan Allah

Keyakinan akan pengawasan Allah

Kejujuran

Kekuatan Kalbu untuk mengendalikan hawa nafsu.

Kekuatan ذِكْرُ اللهِ التسبيخ التحميد التهليل الدعاء

4.

Ibadah, seperti shaum, shalat, haji, dsb mengajarkan.

Sosial

à Kepekaan & Tanggungjawab Sosial

Kasih sayang Kepada قوم ضعفاء

Kesediaan berkorban untuk à Masyarakat

Ukhuwwah dan Jama’ah

DSB

Sabtu, Agustus 16, 2008

Memetik Pelajaran dari Sang Muhandis



Dasar Akidah dan Iman
Kondisi bi'ah (lingkungan) tempat seseorang tumbuh dan berkembang berkembang yang dipenuhi dengan nuansa keagamaan dan akidah yang kuat, punya pengaruh sangat signifikan dalam membentuk jiwa seseorang yang siap rela mengorbankan diri, jiwa dan hartanya untuk berjihad di jalan Allah. Dengan bi'ah seperti itu, maka jiwa seseorang akan memiliki pondasi iman yang kokoh dan kuat yang menjalar dalam seluruh tubuhnya, akan tumbuh subur dalam jiwanya sikap dan sifat terpuji seperti keikhlasan, kejujuran, tawakkal dan budi pekerti luhur. Itulah bekal utama seseorang yang ingin mendapatkan syahid fi sabilillah dan keteladanan yang dicatat oleh sejarah.
Meskipun Yahya Ayyasy telah meninggalkan kita untuk selama-lamanya, ia sudah menorehkan keberhasilannya untuk sampai dipuncak perjuangan dan kemenangan dalam jalan kehidupannya yang abadi. Meski begitu, sesungguhnya kita mempunyai kewajiban lain terhadap kisah perjalanannya, yaitu dengan mengikuti jejak jihadnya yang didasari oleh keimanan yang kokoh dan keteguhan hati yang matang. Kita juga harus mengikuti jejak kehidupannya yang dipenuhi dengan pelbagai pelajaran berharga yang sangat mudah bagi kita untuk mengikutinya. Juga mengikuti jejak pejuang besar nan abadi di tanah Palestina, dengan meneruskan jejak perjuangannya. Keberadaan Yahya Ayyasy mengindikasikan bahwa umat ini masih mampu mengeluarkan "produk" yang unggul, menghasilkan seorang pejuang yang bisa menyinarkan secercah cahaya sebagai penunjuk jalan bagi masa depan umat Islam. Dengan pondasi akidah dan iman yang kokoh, umat Islam bisa melahirkan pejuang yang besar sekelas Yahya Ayyasy yang bisa dijadikan sebagai sinar penunjuk kepada jalan kebenaran yang bisa diikuti oleh segenap umat Islam.
Penjelasan berikut menegaskan tentang syakhshiyah (kepribadian) Sang Muhandis. Pertama, gabungan sikap wara' dan takwa dengan kesucian ruhiyah dan kesederhanaan jiwa tertanam menyatu dalam kepribadian Sang Muhandis. Seorang Pemuda yang begitu ta'at kepada perintah Allah SWT dengan melakukan perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Ketaatan itu bisa terlihat dari kabiasaannya membaca Al Qur-an yang dilakukan secara rutin dan kontinyu, serta berusaha untuk menghafal dan menghayatinya. Dari kebiasaan menghayati Al Qur-an itulah muncul sebuah tekad dan kemauan yang kuat dan tanpa ragu untuk terus berjalan di atas jalan jihad fi sabilillah, walaupun kekuatan musuh terus menghadang.
Kedua, Muhandis Yahya Ayyasy adalah seorang sosok pribadi dan gaul. Ia selalu bersemangat dalam hidupnya, selalu mengunjungi teman-temannya, bersilaturahmi dengan seluruh koleganya. Juga dikenal sebagai pribadi yang mencintai dan menyayangi sesamanya. Dalam kesehariannya, Yahya Ayyasy sangat dikenal dengan sikap tanggung jawabnya dengan melaksanakan seluruh tugas dan kewajiban yang dibebankan di pundaknya. Itu bukan berarti Ayyasy adalah orang yang suci, namun ia hanya berusaha untuk menjauhi suasana lingkungan yang sudah terkontaminasi oleh "virus" budaya yang terkena polusi.
Ketiga, Muhandis Yahya Ayyasy selalu mengarahkan kehidupan dunianya untuk melakukan kebajikan semata. Ia memposisikan itu sebagai wasilah dan perantara untuk mencapai ridho Allah semata. Dari pemahaman seperti itulah, akhirnya ia selalu membantu setiap orang yang datang kepadanya meminta uluran tangan dan bantuannya. Keempat, Muhandis Yahya Ayyasy juga dikenal sebagai orang yang toleran dalam kesehariannya, baik di lingkungan rumah, kampus maupun kampung halamnnya. Ini terbukti bahwa ia tidak pernah dendam kepada orang yang berbuat jahat kepadanya. Kelima, ia juga mempunyai sikap yang kalem, bijaksana, teliti dan hati-hati dalam memutuskan setiap permasalahan. Saking telitinya, ia bagaikan menyelami semua permasalahan yang muncul sampai ke akar-akarnya. Itu semua dilakukan hanya untuk mencapai ridha Allah SWT, untuk menggapai posisi para Nabi-Nabi, Shidiqin dan syuhada.
Dan kelima, nampaknya, Muhandis Yahya Ayyasy tidak pernah merasakan kenikmatan dunia dan kemewahannya. Itu karena ia dikenal memiliki sikap iffah (menjaga diri) dan zuhud, tidak pernah mengharapkan apapun kecuali ridha Allah SWT. Bahkan ketika Hamas – tempat di mana ia mencurahkan segala aktifitasnya – mengirim uang untuk membantu kebutuhan keluarganya, ia kembalikan uang tersebut dengan nada marah, "Menyangkut masalah uang yang kalian kirimkan kepadaku, apakah uang itu sebagai balasan dari apa yang telah aku lakukan selama ini? Ketahuilah, aku tidak pernah mengharapkan balasan dari semua ini kecuali kepada Allah SWT. Aku memilih jalan jihad bukan untuk mendapatkan materi, sebab kalau aku menginginkan materi aku tidak akan pernah memilih jalan jihad ini. Janganlah kalian terlalu memperhatikanku, perhatikanlah kebutuhan keluarga syuhada' dan para tahanan politik. Sungguh, mereka lebih membutuhkan bantuan kalian daripada aku dan keluargaku".
Dan karena ia tidak mengharapkan apapun kecuali ridha Allah dan sorganya, maka ia selalu melakukan pekerjaannya secara rahasia dan sembunyi-sembunyi, jauh dari publikasi media dan kepentingan pribadi untuk mendapatkan popularitas. Kebiasaan untuk merahasiakan aksi itu mampu meminimalisir kegagalan rencana aksi yang ia lakukan, serta dapat meningkatkan ketajaman sasaran. Semua itu ia lakukan berdasarkan kesadaran dan kajian yang mendalam tentang makna sirriyyah (rahasia) dalam sebuah gerakan. Itu juga timbul dari pemahaman, bahwa pekerjaan yang ia lakukan menuntut waktu yang banyak dan keikhlasan yang tinggi untuk mencapai cita-cita dalam menghadapi konflik dengan penjajah.
Sekiranya Muhandis Yahya Ayyasy ingin melaksanakan aksinya dengan cepat, ia pasti mampu merealisasikan. Itu ia buktikan dengan hasil karya aksi jihad yang ia persembahkan, bukan hanya sekadar perkataan lisan. Karena pada hakikatnya ketika beraksi, ia telah mewakili sebuah organisasi dan sejarah, bukan mengatasnamakan dirinya. Tetapi sekali lagi, ia tidak menghendaki popularitas dari kesuksesan jihadnya. Ia hanya menginginkan balasan dari Allah SWT, dengan selalu mengulang-ngulang sebuah ayat al Qur-an, wamaa romaita idz ramaita walaakinnallaha romaa: dan bukanlah kamu yang melempar ketika kamu melempar, namun Allah lah yang melempar.
Al Sirriyyah Wal Kitman
Merahasiakan sesuatu merupakan suatu kebiasaan alami dalam kehidupan pribadi Yahya Ayyasy. Juga salah satu strategi dalam setiap amal dan aksi yang ia lakukan. Itu semua didasarkan kepada sebuah hadits Rasulullah SAW yang bersabda, ista'iinu 'alaa qodhooi hawaaijikum bil kitman: mintalah pertolongan dalam menyelesaikan urusan kalian dengan kitman (menutup-nutupi amal-kerja yang dilakukan). Muhandis Yahya Ayyasy, dan juga anggota pasukan berani mati Brigade Izzuddin Al Qassam lainnya, selalu bekerja dan beraksi dengan system rahasia (sirriyyah) dan ditutup-tutupi (kitman). Itu sudah menjadi kebijakan dasar dalam seluruh kegiatan dan aksi mereka. Itu semua untuk mengantisipasi agar rencana aksi dan aktifitas mereka tidak bocor ke tangan intelejen musuh sehingga rencana aksi gagal sebelum dilaksanakan. Dari pengalaman, keberhasilan pihak israel menggagalkan aksi yang mereka lakukan disebabkan oleh karena intelejen Israel berhasil mencuri informasi dari para mata-matanya.
Jihad adalah salah satu kewajiban kita umat Islam. Namun menggagalkan rencana jihad adalah strategi Zionis dan dunia internasional. Apalagi kini Islam telah dicap sebagai musuh nomor wahid bagi tatanan militer internasional dalam abad modern dan seluruh jaringannya. Dalam situasi seperti ini, maka kebiasaan Sang Muhandis dan pejuang lainnya untuk selalu merahasiakan gerakannya merupakan keharusan bagi kita untuk mengikutinya.

Meloloskan Diri Dari Intaian Musuh
Termasuk kecerdikan Sang Muhandis adalah kemampuannya menghadapi para penjajah, kelihaiannya bersembunyi dan meloloskan diri dari intaian ribuan mata-mata intelejen dan militer Israel yang dipilih dari kesatuan khusus militer Israel. Serta kemampuannya meloloskan diri dari pengawasan polisi penjaga perbatasan yang dilengkapi dengan berbagai peralatan canggih, juga anggota intelejen Syabak yang tersebar di setiap sudut kota. Mereka dikerahkan untuk melancarkan kebijakan rezim penjajah Israel yang memutuskan untuk mengasingkan Sang Muhandis. Itu dilakukan karena mereka kesullitan untuk menangkapnya. Karenanya, tidak mengherankan kalau intelejen Israel menggelarinya sebagai "Al 'Abqory" (Sang Jenius), "Carlos Tsa'lab" (Carlos Sang Srigala, seorang mafia asal Italia yang kesohor dengan kecerdikannya, selalu lolos dari kejaran polisi Italia) dan "Rajulun Bialfi Wajhin" (lelaki dengan seribu wajah). Selain itu, militer Israel juga biasa menyebutnya dengan sebutan "ar Rajulul Muqaddas" (lelaki suci) atau "ar Rajulu Dzu Sab'ati Arwahin" (lelaki dengan tujuh nyawa) yang terkadang tidak kelihatan oleh orang lain.
Sebenarnya, semua gelar dan sebutan yang mereka berikan itu hanyalah upaya untuk menyembunyikan ketidakmampuan intelejen Israel menangkap Sang Muhandis. Karena militer Israel dan segenap perangkatnya telah berusaha memburu dan mencarinya selama empat tahun dan selalu gagal. Sementara dalam jenjang waktu itu, Sang Mujahid Yahya Ayyasy selalu melakukan aksi tanpa henti. Dalam kurun waktu itu pula, ia kirimkan jiwa-jiwa perindu sorga ke segenap penjuru dan setiap waktu di dalam entitas Yahudi israel. Dan itu dilakukan secara tiba-tiba. Mereka (Israel) selalu dihebohkan oleh ledakan-ledakan bom yang membuat mereka kalang kabut. Dan saat itu, setiap ada ledakan bom di target Yahudi Israel, mereka hanya bisa mengkambing hitamkan sekelompok organisasi jihad. Dan setiap kali terjadi ledakan, militer Israel dan petinggi Syabak selalu mengatakan bahwa Yahya Ayyasy tidak bisa ditemukan, karena berada dalam persembunyian yang tidak bisa dijangkau oleh Israel. Menurut mereka, jangankan menemukan sosok Yahya Ayyasy, sekadar mendapatkan berita keberadaannya saja tak mampu mereka peroleh. Kecerdikan Sang Muhandis ini membuat petinggi intelejen Syabak semakin geram sekaligus bimbang dalam menghadapi "drama" yang diperankan oleh Yahya Ayyasy.
Dan merupakan pukulan telak bagi Israel dan perangkat militernya, ketika Sang Muhandis berhasil menembus masuk ke Gaza City. Padahal ketika itu ia dalam pengawasan yang super ketat. Kali ini pun memaksa mereka harus keunggulan Sang Muhandis. Berita tentang keberhasilan Sang Muhandis masuk menyebrang kota Gaza – yang sudah dijaga ketat agar Yahya Ayyasy tidak bisa masuk – membuat Yitzak Rabin berang. Dalam sebuah rapat antara petinggi militer dan pihak intelijen Israel, Rabin sampai memukul meja rapat dengan nada marah dan suara sangat tinggi. Rabin meminta seluruh perangkat keamanan Israel – mulai dari polisi, tentara sampai satuan intelejen Syabak – memberikan keterangan bagaimana Yahya Ayyasy bisa lolos dan masuk ke Jalur Gaza. padahal sudah dijaga oleh ribuan polisi, mata-mata dan tentara. Rabin nampaknya kehabisan akal untuk mengetahui bagaimana negaranya bisa kecolongan oleh seorang Yahya Ayyasy, Sang Insinyur yang nampak kampungan.
Jihad, Menang Atau Mati Syahid
Karakter lain menyangkut syakhshiyah (pribadi) Yahya Ayyasy, adalah keteguhannya melanjutkan semua aktifitas jihad dan melanjutkan semua aksi melawan Israel, serta kesiapannya untuk mati syahid di jalan Allah. Beliau menolak usulan sebagian orang yang menganjurkan dirinya keluar dari Palestina dan lari ke negeri tetangga. Meskipun sebenarnya hal itu sangat memungkinkan baginya. Orang seperti Yahya Ayyasy itulah yang ditakuti oleh para pemimpin penjajah Israel. Ia ditakuti semua tentara Israel bahkan semua warga Israel akibat aksi yang dilakukan. Karenanya tidak mengherankan kalau warga Yahudi menyimpan baik-baik photo Sang Muhandis dan ditempel di kantor-kantor mereka. Orang seperti Yahya Ayyasy sangat menyadari bahwa setiap ajal kematian telah ditentukan oleh Allah SWT. Dan kesadaran ini merupakan bekal dasar bagi seorang mujahid seperti dirinya, untuk terus mlenjutkan jalan jihad fi sabililillah, kemudian ia wariskan seluruh ilmu dan pengalamannya kepada saudaranya sesama pejuang Palestina.
Karenanya, Muhandis Yahya Ayyasy sangat marah ketika ada sebagian teman seperjuangannya mengusulkan agar dirinya meninggalkan Palestina. Sebaliknya ia jawab usulan itu dengan mengatakan, "Itu mustahil, aku bernadzar kepada Allah bahwa diriku adalah untuk Allah, kemudian untuk agama Islam. Maka tidak ada pilihan bagiku kecuali kemenangan atau mati syahid, karena perang melawan Israel itu harus terus berlanjut sampai semua orang Yahudi keluar dari setiap jengkal tanah Palestina."
(4)
Ia bagaikan halilintar yang ketika berhenti menggelegar, bukanlah pertanda berakhirnya hujan namun sebaliknya, hujan lebat nan deras baru dimulai. Begitulah Yahya Ayyasy, kesyahidan bukanlah akhir perjuangannya. Namun sebaliknya, kehidupan jihad di Palestina telah lahir kembali dengan semangat dan ruh baru.
Buronan Nomor Wahid
Berbagai keberhasilan Yahya Ayyasy dalam banyak aksi, membuat pasukan keamanan Israel baik militer atau kepolisian tercabik-cabik. Ini yang membuat Sang Muhandis sebagai buron Israel nomor wahid. Mereka pun akhirnya memutuskan memburu Sang Mujahid selama hampir lima tahun. Aparat keamanan Israel mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menangkap sang buron nomor wahid ini. Yaitu dengan membentuk Pasukan Khusus gabungan seluruh pasukan keamanan Israel antara militer, polisi dan intelejen. Pasukan khusus ini bertugas mengawasi setiap gerak-gerik Yahya Ayyasy. Untuk mengefektifkan system pengawasan terhadap, Pasukan Khusus ini akhirnya membentuk beberapa divisi yang dengan tugas masing-masing. Divisi satu bertugas mengkaji kepribadian dan kebiasaan hidup Yahya Ayyasy, divisi dua bertugas mengawasi seluruh teman-teman akrabnya dan divisi tiga bertugas mengawasi Yahya Ayyasy di setiap sudut kota, kamp pengungsian, hutan, gunung dan gua. Mereka ditugaskan mencari berita keberadaan Yahya Ayyasy selama dua puluh empat jam tanpa henti. Dengan kesigapan pasukan khusus itu, sehingga tidak satu sudutpun dari kota Tepi Barat yang lepas dari mata-mata pasukan khusus, untuk mencari Sang Pejuang legendaries, Muhandis Yahya Ayyasy.
Dalam banyak kesempatan Allah SWT telah menyelamatkan nyawa Yahya Ayyasy dari ancaman musuh-musuh Islam. Banyak kasus pengepungan tentara Israel yang gagal karena Ayyasy sudah mengetahuinya hanya beberapa menit sebelum mereka sampai ke tempat tujuan. Seperti kasus penyergapan yang terjadi di kampung Kashobah di kota Nablus dan di kampung Syeikh Ridhwan di Gaza City, yang mengakibatkan dua teman karib Sang Muhandis, Kamal Kahil dan Ibrahim Da'as gugur syahid.
Waktu penyergapan
Selama hampir empat tahun Yishak Rabin sibuk membuat rencana penangkapan terhadap Yahya Ayyasy, sampai-sampai ia posisikan Sang Muhandis sebagai target utama operasi penangkapan yang digelar militer Israel. Namun yang kemudian membuat semua kalangan terhenyak, baik internasional maupun regional Palestina, ketika tiba-tiba ia mati dibunuh seorang Yahudi radikal, di saat ia serius sibuk mempersiapkan penangkapan Yahya Ayyasy. Ia terbunuh sebelum pasukan intelejen Israel mampu menangkap Sang Muhandis. Dengan insiden terbunuhnya Yishak Rabin, berarti itu pukulan telak yang mencoreng kredibilitas lembaga keamanan Israel yang selama ini menjadi kebanggaan warga Yahudi. Mereka selama ini meyakini, bahwa intelijen Israel selalu berhasil mengungkap kejahatan sebelum terjadi.
Dinas intelijen yang selalu disebut-sebut sebagai yang paling bonafid di tingkat internasional, karena bisa mengungkap sebuah masalah dengan kemampuan meminimalisir perangkat yang digunakan dan kecepatan waktu yang tidak bisa disaingi oleh lembaga intelejen manapun, ternyata hanya isapan jempol belaka. Faktanya, mereka tidak bisa menjaga "bos" mereka sendiri dari telikung para pembunuh. Insiden itu sendiri telah membuat pamor lembaga intelejen Israel jatuh melorot tajam. Karena terbukti, lembaga itu tidak bisa berbuat apapun untuk negeranya. Bahkan menangkap seorang insinyur kampungan saja tidak mampu, terlebih menjaga Perdana Menteri mereka dari pembunuh. Dan ini membuat para petinggi militer Israel semakin kikuk menghadapi para pejuang Palestina dan tekanan dari warga Yahudi.
Sebagai solusi awal untuk mengembalikan pamor intelejen, keamanan dan militer Israel agar tidak hancur, mereka dituntut harus dapat melakukan sesuatu yang monumental di depan rakyat Israel. Tidak ada jalan lain bagi Shimon Peres, pengganti Rabin, menghabisi Yahya Ayyasy dan mencopot Kepala intelejen Syabak, Jendral Karemy Gilon. Itulah yang menjadi tuntutan kelompok-kelompok Yahudi, pencopotan Gilon sendiri baru dilakukan dua hari setelah penangkapan dan pembunuhan Sang Muhandis.
Pembunuhan Yahya Ayyasy sendiri, dalam prediksi sebagian besar kalangan militer dan pejabat pemerintahan Israel, menjadi satu-satunya solusi untuk mengembalikan pamor mereka yang hilang di tengah masyrakat Yahudi Internasional dan Israel akibat terbunuhnya Yitzaq Rabin. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk menghabisi Yahya Ayyasy dengan berbagai strategi yang mereka susun secara apik. Para pejabat militer dan intelejen Israel ingin membuktikan diri mereka tetap yang terbaik dan berhak mendapat peghargaan dari warganya. Mereka juga ingin membuktikan bahwa pemerintahan sekarang mampu membalas, aksi-aksi musuh yang telah banyak menelan korban warga Yahudi. Karenanya, para pejabat militer Israel berusaha sekuat tenaga menjadikan Yahya Ayyasy sebagai Common Enemy warga Yahudi dan pemerintah secara bersamaan. Dan bahwasannya, dengan membunuh Yahya Ayyasy berarti dendam mereka sudah terbalaskan. Untuk lebih meyakinkan rakyatnya, militer Israel mengawali dengan membunuh banyak aktifis jihad dan tokoh pejuang Palestina seperti Fathy Syaqoqy, Hany Abid, Kamal Kahil, Ibrahim Annafar dan Mahmud Khawaba.
Selain itu sebagian kalangan militer dan intelejen Israel meyakini, selama ini Yahya Ayyasy sudah menjadi ''maskot'' perlawanan dan jihad di Palestina. Ia sudah menjadi idola dan figure yang sangat berpengaruh bagi seluruh rakyat Palestina, baik dari gerakan Hamas ataupun dari gerakan perlawanan jihad lainnya. Sehingga dengan membunuhnya, berarti pemerintah Israel bisa menghentikan arus deras hawa jihad dan perjuangan yang sedang menggelora dan berkobar dalam dada setiap pemuda Palestina. Juga bisa meredam perlawanan total yang dilakukan pejuang Palestina yang selama ini banyak merepotkan pemerintah dan militer Israel. Mereka juga ingin memberi pelajaran kepada rakyat Palestina, bahwa perlawanan dan perjuangan mereka sudah berakhir. Bahwa rakyat Palestina harus realistis, karena tidak ada pilihan bagi mereka kecuali bekerja sama dengan Israel untuk menggalang perdamaian. Itulah ''khayalan" di benak dan otak para penjajah Israel.
Namun faktanya – walaupun pemerintah Israel berusaha meyakinkan semua pihak bahwa membunuh Yahya Ayyasy berarti menghentikan jihad – banyak kalangan dalam masyrakat Yahudi sendiri yang meragukan dan bahkan tidak percaya sama sekali, bahwa pembunuhan Yahya Ayyasy bisa menghentikan jihad dan perlawanan rakyat Palestina, serta mampu menghentikan perlawanan bersenjata yang banyak dilakukan oleh berbagai kalangan dan gerakan perlawanan Palestina.
Di kalangan masyrakat Palestina sendiri, pembunuhan Sang Muhandis – minimal bagi Hamas – telah memberi peluang untuk melakukan evaluasi bagi seluruh aktifitas jihad yang dilakukan selama ini, juga perjalanan Intifadhoh yang terbukti efektif membuat pemerintahan Zionis kalang kabut. Dari evaluasi itu, Hamas bisa menghitung untung rugi dari insiden syhahidnya Sang Muhandis. Karena, walaupun kehilangan salah seorang pejuang handalnya, sesungguhnya gerakan Hamas mendapatkan keuntungan dari insiden itu. Karena senyatanya pemenang dari pertarungan adu strategi tersebut adalah Hamas dan rakyat Palestina.
Sementara Israel, yang memiliki kelengkapan persenjataan adalah pihak yang kalah. Realitanya, mereka tidak bisa menangkap Sang Muhandis di luar Jalur Gaza. Padahal mereka sudah mengusirnya dari Jalur Gaza sejak empat tahun sebelumnya. Israel baru bisa menangkap dan membunuhnya, justru ketika Sang Muhandis berhasil menerobos penjagaan ketat militer dan polisi Israel di setiap sudut dan perbatasan Gaza City. Dan faktanya, selama dalam jangka waktu yang sangat singkat – sekitar 10 hari sebelum akhirnya ia tertangkap – Yahya Ayyasy berhasil mengkoordinir anak buahnya untuk melakukan 4 aksi bom syahadah (mati syahid) beruntun yang menewaskan puluhan orang Yahudi. Ini merupakan keberhasilan Hamas dan Yahya Ayyasy pada khususnya. Karena, meskipun situasi dan kondisi keamanan juga penjagaan super ketat dilakukan oleh tentara Israel, ternyata mereka berhasil menjalankan aksinya tanpa bisa dicegah oleh Israel.
Jum'at kelabu
Tanggal 10 Sya'ban 1416 H bertepatan dengan tanggal 5 Januari 1996 M, jatuh pada hari Jum'at. Hari itu memang beda dengan hari Jum'at lainnya, ketika televisi Zionis di seantero Israel mengumumkan Yahya Ayyasy sudah terbunuh ditangan tentara Israel dalam sebuah operasi penangkapan atas dirinya. Seluruh tanah Palestina seakan bergetar, terlebih ketika berita itu menyebar ke setiap telinga para pecinta jihad. Getaran syahidnya Sang Muhandis telah membuat seluruh rakyat Palestina bersimpuh lumpuh dan diselimuti rasa sedih yang tiada tara. Antara perasaan ragu dan tidak percaya, berkecamuk menjadi satu tanpa bisa dihalau. Kesedihan itupun menjadi kenyataan, ketika akhirnya Hamas – tempat Yahya Ayyasy bernaung – mengungumkan secara resmi kesyahidan Sang Mujahid, Muhandis Yahya Abdul Lathif Syati Ayyasy pergi untuk selamanya, menyusul meramaikan barisan syhada' Palestina.
Setelah malang melintang di jalan jihad, akhirnya Yahya Ayyasy mendapatkan apa yang ia cita-citakan, syahadah (mati syahid). Nampaknya telah tiba saatnya bagi Sang Mujahid menghadap Rabbnya.
Pada Jum'at pagi tanggal 5 Januari 1996, tangan-tangan kotor Zionis Israel merenggut nyawa sang mujahid. Setelah mereka menggunakan berbagai cara dan strategi tingkat tinggi, serta menggunakan teknologi canggih yang belum pernah digunakan oleh intelijen negara manapun. Yahya Ayyasy akhirnya gugur syahid setelah telepon genggam, milik salah satu temannya, yang ia gunakan ternyata sudah dipasang peledak oleh intelijen Israel, yang bekerja sama dengan aparat keamanan Otoritas Palestina.
Sesungguhnya Gerakan Perlawanan Islam Hamas – dengan syahidnya Sang Muhandis – yakin bahwa gerakan jihad dan perjuangan mengusir penjajah Israel tidak akan pernah berhenti. Perjuangan bangsa Palestina akan terus berjalan sampai cita-cita kemerdekaan tercapai dan hak-hak bangsa Palestina serta umat Islam dikembalikan. Sampai orang-orang Yahudi terusir dari Palestina. Itulah perjalanan jihad yang tidak ada pilihan lain kecuali dua hal; menang atau mati syahid!!
Seluruh isi Palestina menangis, deraian air membanjiri jalan-jalan Jalur Gaza. Seluruh seluruh penduduk Gaza, Nablus, Tulkarm dan Hebron bingung dibuatnya. Jum'at malam kelabu pun berlalu dengan sangat berat untuk dilewati oleh gunung-gunung, bukit-bukit dan seluruh manusia yang cinta akan jihad dan perjuangan. Dan ketika ombak-ombak berhenti berdesir menunggu kedatangan Sang Mujahid, tiba-tiba segerombolan orang berlomba berlari menuju rumah Sang Muhandis dibesarkan. Mereka memeluk penuh rindu, seraya bersumpah akan melakukan aksi balasan atas kebiadaban yang dipentaskan tentara Zionis Israel. Mereka begitu yakin dengan do'a ibunda Sang Muhandis, yang selalu mengatakan dalam dukanya, Rabbi wa Qolbi Rodhiina 'Alaik: hatiku dan Tuhanku, telah rela melepaskan kepergianmua."
Sekiranya mereka boleh meminta dan mendapat kesempatan, pastilah setiap orang yang berta'ziah pada waktu itu ingin sekali menjadi orang yang menguburkan jenazah Sang Mujahid. Atau minimal mendapat kesempatan untuk menyaksikan wajah Sang Mujahid. Atau sekedar meraba telapak tangannya supaya bisa belajar bagaimana cara memukul musuh yang baik, serta bagaimana seharusnya kita menjalani kehidupan ini.
Saat itu, setiap orang mendadak menjadi jelmaan Yahya Ayyasy, dan Yahya Ayyasy sudah menjelma dalam jasad setiap orang yang datang melayatnya. Keagungan syahadahnya (mati syahid) telah membuat rakyat Palestina tidak rela hanya menjadikannya sebagai warga kampung Rafat saja, atau hanya menjadi "anak" Hamas semata. Karena kehidupan dan seluruh aktifitasnya, ia korbankan untuk seluruh tanah dan bangsa Palestina. Maka kesyahidannya pun harus menjadi milik seluruh rakyat Palestina. Dengan kesyahidan Sang Muhandis, rakyat Palestina diberi secercah cahaya harapan dan cita. Ia bagaikan halilintar yang ketika berhenti menggelegar, bukanlah pertanda berakhirnya hujan namun sebaliknya, hujan lebat nan deras baru dimulai. Begitulah Yahya Ayyasy, kesyahidan bukanlah akhir perjuangannya. Namun sebaliknya, kehidupan jihad di Palestina telah lahir kembali dengan semangat dan ruh baru.
Respon optimal yang diperlihatkan rakyat Palestina yang muncul akibat kesyahidan Yahya Ayyasy, mengindikasikan beberapa hal penting:
Pertama, merupakan polling spontan dengan hasil bahwa pilihan jihad dan perlawanan masih terus menggelora di dalam hati dan jiwa rakyat Palestina. Kedua, rakyat Palestina juga memastikan bahwa siapa saja yang berjuang untuk tanah dan bangsa Palestina dengan ikhlas dan bertanggungjawab, seperti Imad Aqil, Yahya Ayyasy, Iwadh Salma, Usamah Halas dan juga yang lainnya, akan mendapatkan tempat khusus di hati umat Islam dan rakyat Palestina. Itu dapat disaksikan dalam proses penguburan jenazah Imad Aqil dan Yahya Ayyasy. Ketika ratusan ribu rakyat mengiringi kepergianya.
Ketiga, bahwa rasa geram yang membara dari setiap orang yang mengantarkan jenazah Yahya Ayyasy, mengindikasikan rasa kemarahan dan kongesti rakyat Palestina terhadap musuh Zionis. Karena dengan Intifadhoh Al Aqsha, seluruh kebohongan dari kesepakatan dalam perjanjian dengan zionis Yahudi terungkap lugas.
(5)
عَلَى الْكَرِيْمِ أَنْ يَخْتَارَ اْلمَيْتَةَ الَّتِي يُحِبُّ أَنْ يَلْقَى اللهَ بها
فَنِهَايَةُ اْلإِنْسَانِ لابُدَّ أَنْ تَأْتِي مَا دَامَ َقدَرُ اللهِ نَفَذَ
"Orang terhormat akan memilih cara kematian yang dia cintai untuk berjumpa dengan Allah, karena akhir kesudahan seorang manusia pasti akan datang juga selama Allah telah mentakdirkan."
(Muhandis Yahya Ayyasy)
Aksi-aksi Monumental Sang Muhandis
Ayyasy, yang menyalakan semangat perlawanan, lambang syahadah, sinar yang terus bersinar. Ia adalah cabang yang melahirkan ribuan tangkai, hingga iringan ''kafilah'' syuhada' terus berjalan sepanjang sejarah. Ia adalah bintang yang merangkul seluruh mujahidin dalam pengkuan syuhada. Ia adalah pohon selasih yang tumbuh di atas tanah Palestina, itulah sekuntum mawar yang terus menebar wewangian di atas tanah jihad Palestina. Begitulah kami mensifati seorang mujahid, Komandan Satuan Berani Mati dalam Brigade Izzuddin Al Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam Hamas.
Yahya Ayyasy, ia bukanlah manusia biasa dan bukan pula manusia yang miskin pengalaman dan bakat. Ia adalah seorang pribadi yang sulit ditemukan bandingannya di jaman ini, seorang mujahid yang sarat dengan pengalaman. Ia juga seorang komandan yang tegas, seorang mukmin yang wara', jiwanya dipenuhi iman, ruhiyahnya dipenuhi kejernihan, cahaya dan takwa. Yahya Ayyasy, tumbuh dalam keluarga yang ta'at agama sehingga bekal pengetahuan agama ia terima langsung dari keluarganya. Itu pula yang membuatnya menjadi hafidz Al Qur-an Al Karim. Ayyasy selalu rangking dalam setiap fase pendidikanya dari sejak Sekolah Dasar sampai di Sekolah Menengah Umum. Ini pula yang membuat Ayyasy mengambil keputusan melanjutkan kuliah di fakultas teknik lsitrik di Universitas Beir Zeit, yang ia tuntaskan pada tahun 1991.
Di Kampus, Ayyasy merupakan mahasiswa teladan dengan prestasi istimewa di tempat kuliahnya. Meski demikian, kesibukan belajar di kampus tidak pernah menghalanginya untuk memikirkan kondisi rakyat dan bangsanya yang sedang berusaha mengusir penjajah Israel. Karena kepeduliannya dengan kondisi bangsa dan umat Islam, maka ia memutuskan untuk mnggunakan kemampuan sesuai dengan bidang yang ia kuasai.
Ayyasy pun berusaha keras memberikan konstribusi perjuangan dengan membuat bahan peledak dan bom. Ia bahkan berhasil menciptakan banyak cara untuk meledakan bom dalam menjerat lawan. Ia juga sangat ahli dalam berkelit menghindari incaran Israel, serta gesit dalam bergerak. Terbukti, pada masa kepemimpinannya di Brigade Izzuddin al Qassam, aksi-aksi balasan ke target-target Israel tercatat paling dahsyah.
Salah satu kejeniusan Sang Muhandis adalah kemampuanya melakukan aksi bom syahid di daerah, yang menurut pengakuan pasukan keamanan Israel, sudah steril dari gangguan kemanan pihak manapun. Karena sudah dijaga ketat oleh tentara dan polisi Israel. Setelah berhasil melakukan berbagai aksi bom syahid ke markas-markas militer Israel dan kantor-kantor pusat pemerintah Israel, pasukan berani mati Brigade Izzuddin al Qassam berbagai aksi susulan pun siap dilancarkan. Di antara aksi-aksi bom syahadah yang paling monumental, yang diarsiteki oleh Sang Muhandis adalah:
1. Pada 6 April 1994. Seorang aktifis Brigade al Qassam, asy Syahid Raid Zakarina berhasil meledakan mobil penuh bahan peledak di dekat bus Israel di kota Ufulah. Aksi tersebut mengakibatkan sedikitnya 8 orang Israel tewas dan 30 orang lebih luka-luka. Menurut pernyataan resmi Hamas, aksi bom syahadah tersebut dilakukan sebagai aksi balasan atas pembantaian yang dilakukan oleh kelompok Yahudi radikal terhadap jama'ah muslim yang sedang sholat di masjid al Ibrahimy di kota Hebron.
2. Pada 13 April 1994. Terjadi aksi bom syahadah yang dilakukan oleh salah satu kader Hamas yang bernama Ammar Amarinah. Dengan membalut bom di badannya, Ammar ke dalam bus Israel di kota Khadhira dan meledakkan dirinya. Akibatnya, sekitar 5 orang Zionis tewas dan 10 orang lainnya luka-luka.
3. Pada 19 Oktober 1994. Seorang aktifis Hamas, Sholih Nazal yang juga anggota Pasukan Berani Mati Brigade al Qassam meledakan bom yang diikat pada tubuhnya dalam sebuah kendaraan umum Yahudi di jalan Deiz Naguf di kota Tel Aviv. Aksi tersebut mengakibatkan, sedikitnya, 22 orang Yahudi tewas dan melukai sekitar 40 orang lebih.
4. Pada 25 Desember 1994. Seorang anggota polisi Palestina, Usamah Radhi yang juga anggota rahasia Brigade al Qassam meledakan bom syahid dekat kendaraan militer Israel dan berhasil melukai 13 orang anggota militer Israel.
5. Pada 22 Januari 1995. Dua orang pejuang Palestina meledakan dirinya di maskas militer Zionis Israel di daerah Beit Leid, dekat daerah Nataniya. Aksi tersebut mengakibatkan 23 orang anggota militer Israel terbunuh dan melukai sekitar 40 orang lainnya. Aksi tersebut disinyalir merupakan aksi yang paling besar dari aksi-aksi sebelumnya. Menurut hasil penelitian dan pemeriksaan pihak militer Israel, dalam bahan peledak berhasil ditemukan sidik jari Yahya Ayyasy.
6. Pada 9 April 1995. Dua gerakan jihad Palestina, Hamas dan Jihad Islam, melancarkan dua aksi bom syahadah terhadap Pemukiman Yahudi di Jalur Gaza. Yang mengakibatkan tujuh orang pemukim Yahudi terbunuh. Dua aksi ini dilakukan sebagai aksi balasan terhadap kejahatan yang dilakukan oleh pasukan intelejen Israel yang meledakan satu rumah penduduk di kampung Syeikh Ridwan, yang menelan korban 5 orang Palestina mati syahid, salah satu korbannya adalah Kamal Kahil salah seorang komandan Brigade al Qassam.
7. Pada 24 Juli 1995. Salah seorang pejuang Palestina, yang juga murid Sang Muhandis dalam kesatuan Pasukan Berani Mati Brigade al Qassam, meledakan bom syahid dalam sebuah bus Zionis Israel di daerah Ramat Ghan, dekat kota Tel Aviv. Aksi tersebut menewaskan sedikitnya 6 orang Yahudi dan melukai sekitar 33 orang lainnya.
8. Pada 21 Agustus 1995. Serangan bom syahid terjadi dalam kendaraan umum di kampung Ramat Asykul, di kota Jerusalem. Mengakibatkan 5 orang Yahudi tewas dan 100 orang lebih terluka. Setelah kejadian tersebut, murid-murid Sang Muhandis langsung mengatakan bahwa mereka bertanggungjawab atas aksi di Ramat Asykul.
Itulah sepenggal cerita tentang kehidupan Sang Muhandis yang diwarnai oleh izzah dan keagungan. Sosok yang telah mengisi setiap detik umurnya dengan hal yang sangat istimewa. Yang membuat namanya terukir dalam deretan nama para pahlawan umat ini. Ia menjadi symbol dan figure yang diikuti oleh para generasi penerus jihad. Lembaran kehidupannya menjadi rujukan tarbiyah setiap pejuang kebenaran. Itu karena, pada hakikatnya, Yahya Ayyasy merupakan sosok yang menjelma dari sebuah "madrasah" yang mendidik kemuliaan akhlaq, pentingnya pengorbanan, jihad fi sabilillah dan mengutamakan kepentingan umat di atas kepentingan hawa nafsu pribadi yang sempit.
فَتَشَبَّهُوْا إِن لمَّ ْتَكُوْنُوْا مِثْلَهُمْ إِنَّ التَّشَبُّهَ بِاْلكِرَامِ فَلاَّحٌ
berusahalah meniru mereka
walaupun tidak bisa persis sama
sungguh, meniru orang yang mulia
adalah suatu kemenangan
Inilah target utama dan tujuan dasar kami menulis kembali mengenai sosok Sang Legendaris. Agar Yahya Ayyasy bisa tetap menjadi symbol perjuangan bagi seluruh umat Islam, meskipun kini ia sudah meninggalkan kita. Selain itu, kami juga ingin menjaga daya ingat umat islam akan makna seorang pahlawan, khususnya di tanah suci Palestina. Ini menjadi sangat urgen karena rakyat Palestina sedang menghadapi konspirasi musuh internasional yang ingin menghapus dan menghalangi jalan menuju semangat jihad yang baru. Yang memang sangat membutuhkan figure-figure handal. Walaupun kita juga sangat yakin bahwa musuh-musuh agama Allah itu tidak akan berhasil menghalangi lahirnya kembali para mujahid baru. Karena yang melahirkan Yahya Ayyasy menjadi seorang pahlawan, juga masih terus akan melahirkan pahlawan –pahlawan baru, orang-orang yang akan tetap consern dengan jihad.
Inilah dien Islam, dengan akidah, syariat dan keagungan ajaranya, dengan kitab suci Al Qur-an, Sunnah Rasul dan sejarah para pahlawannya yang suci, akan terus melahirkan pejuang-pejuang sejati. Selalu tunduk mengikuti sunnatullah "gugur satu tumbuh seribu''; kullama ghaba kaukabun thala'a kaukabun akhar: setiap kali terbenam bintang yang satu, akan segera muncul bintang yang lain. Begitulah sunnah para pejuang Islam, ketika satu pejuang hilang, akan lahir satu atau bahkan lebih pejuang yang lainnya, bahkan dengan kemampuan yang sangat kuat untuk menyinari malam yang gelap gulita.
إِذَا مَاتَ مِنَّا سَيِّدٌ قَامَ سَيِّدٌ قُؤُوْلٌ لِمَا قَالَ اْلكِرَامُ فَعُوْلُ
apabila satu pejuang telah hilang
akan datang pengganti yang lebih berpengaruh
semua orang akan mengikuti apa yang dikataka
Semoga Allah SWT. mengasihi orang yang kita cintai, Sang Munhadis, pencetak pejuang berani mati, arsitek dan ahli strategi, Yahya Abdul Latif Syathi Ayyasy. Semoga Allah menerimanya, juga semua syuhada dalam barisan hamba-Nya yang diridhai. Dan semoga Allah menolong semua pejuang penerus Sang Muhandis yang sedang berjalan di atas jalan jihad peninggalannya.
Generasi Islam yang agung, inilah jalan dan penunjuk yang benar! Jalan manakah yang akan kita lalui? Saudaraku, berjalanlah di jalan yang diberkahi Allah, yakinlah akan tibanya pertolongan-Nya. Yakinlah, Allah selalu bersama dan tidak akan meninggalkan kita. In tanshurullaaha yanshurkum wayutsabbit aqdaamakum; jika kalian menolong (agama) Allah, pasti Dia menolong kalian serta meneguhkan kaki-kaki kalian. (Warsito)

Rabu, Agustus 13, 2008

Identifying Rocks and Minerals

Steven Dutch, Natural and Applied Sciences, University of Wisconsin - Green Bay
First-time Visitors: Please visit Site Map and Disclaimer. Use "Back" to return here.


Minerals

Before you identify rocks, you have to be able to identify the minerals that make them up. Here's a strategy to follow. These are guidelines designed to get you to the most likely identifications fastest. Bear in mind that exceptions are possible.

First Principle: Suspect the most likely mineral first. There's a saying among medical students that applies here, too: "When you see hoof prints, think horses, not zebras." Doctors could waste a huge amount of time and money if they tested for every rare disease that might produce a given set of symptoms, but almost always the more common explanation is correct. The same is true of identifying rocks and minerals.

Metallic Luster

Suspect a sulfide first, especially if you can detect a sulfur smell. Next most likely, an oxide, then perhaps a metallic element or compound of one of the semi-metals (As, Se, Bi, Te). Non-metallic luster could indicate any other group. However, some of the sulfide minerals are non-metallic, notably sphalerite, orpiment, realgar and cinnabar. The last three are identified by their bright colors.

Not many minerals can appear either metallic or non-metallic. Hematite and sphalerite are the most common. Muscovite mica can appear silvery.

High Density

Suspect a sulfide first, especially if you can detect a sulfur smell. Next most likely, an oxide, then perhaps an element or compound of one of the semi-metals (As, Se, Bi, Te). Few non-metallic minerals have high density; barite and sphalerite are the most common. Light colored dense minerals are most likely barium or lead minerals.

Hardness

If a mineral can scratch glass and is non-metallic, suspect a silicate first, then perhaps one of the oxide minerals like corundum or rutile. Always suspect quartz first, then a feldspar. If it's metallic in luster, suspect an oxide. Very soft non-metallic minerals that can be scratched easily with a knife are most likely to be carbonates, halides or sulfates.

Cleavage

  • Cubic or octahedral, soft, non-metallic: suspect a halide
  • Cubic and metallic: suspect a sulfide
  • Rhombohedral: suspect a carbonate. Check with acid test
  • Other soft mineral with good cleavage: suspect a sulfate
  • Thin sheets: suspect a mica
  • Hard splintery mineral: suspect a chain silicate
  • Hard, with good blocky cleavage: suspect a feldspar

Color

Color is far down the list because it is easily the least reliable characteristic of minerals. Color can always be due to an impurity or surface stain. As an undergraduate, I was once asked to try to identify a hard bright blue mineral. I even had X-ray data to help. After running through all the copper minerals with no luck, I looked at the X-ray data for all minerals and found a perfect match with diopside. We had a common pyroxene mineral that is normally white, but in this case was stained by copper. So always suspect that color may be due to impurities.

  • Bright blue to green: suspect a copper mineral. Dull greens are usually not copper greens, nor are blues that have a violet cast.
  • Earth tones are almost always due to iron, either as a principal ingredient or as an impurity or surface coating.
  • Bright yellow, orange or red: suspect one of the non-metallic sulfides, then one of the transition metal radicals (chromate, vanadate, etc.). A few oxides are also brightly colored. Some uranium minerals are bright yellow or yellow-green.
  • Pink: if hard, suspect potassium feldspar. The common manganese minerals rhodonite (silicate) and rhodochrosite (carbonate) are also pink, and manganese can stain other minerals pink as well. Some lithium silicates are also pink or lavender.
  • Black or dark green: if hard, suspect a ferromagnesian silicate

Geologic Setting

Sedimentary rocks

  • Common minerals: calcite, dolomite, gypsum, glauconite, celestite, barite, fluorite
  • Arid or well-protected settings: halides and sulfates, also be alert for borates, nitrates in extremely dry settings

Igneous rocks

  • Quartz never occurs with olivine, nepheline, leucite, melilite or corundum
  • Common minerals: Quartz, feldspars, pyroxenes, amphiboles, olivine, micas.
  • Granitic rocks may include epidote, tourmaline, beryl, apatite, topaz, zircon, and sphene
    • A pea-green mineral in granitic rocks is almost always epidote.
    • An intensely black mineral, especially with elongated crystals, is most likely tourmaline. A rounded triangular cross-section clinches it.
  • In pegmatites, you may find lithium and rare-earth minerals.
  • Mafic rocks may contain calcic plagioclase, pyroxenes, amphiboles, olivine, nepheline, leucite, corundum, magnetite, spinel, or zeolites

Metamorphic Rocks

  • May include any minerals found in the parent rocks
  • Distinctive metamorphic minerals include:
    • Low temperature: chlorite, talc, chloritoid
    • Low pressures: andalusite, cordierite
    • Medium temperatures: actinolite, tremolite, epidote, diopside, anthophyllite, cummingtonite
    • High temperatures: staurolite, garnet, kyanite, sillimanite, wollastonite, forsterite, periclase, graphite.
    • High pressures: glaucophane, jadeite, lawsonite

Rocks

Identifying rocks is less critical in some ways than identifying minerals. A dense, gray mineral is either galena or it isn't. On the other hand, sandstone can grade into siltstone, limestone into dolostone, gabbro into diorite. If a rock is on the borderline between two types, it's usually not all that critical where you place it.

The Three Great Rock Families

Suspect a rock is of a given type if it has one or more of these characteristics:

Sedimentary

  • Has obvious stratification
  • Very soft (easily scratched by a knife)
  • Obviously made of particles cemented together
  • Contains fossils

Igneous-Volcanic

  • Contains numerous bubble-like cavities that may or may not be lined with minerals
  • Has obvious bubbly or frothy texture
  • Is fine-grained, uniform in texture, and hard
  • Glassy or highly vesicular rocks are almost always igneous

Igneous-Plutonic

  • Made of discrete mineral grains locked together (may be loosened by weathering)
  • Contains large crystals in a finer-grained mass
  • Rock mass obviously cuts across other rock structures.

Metamorphic

  • Has a fine texture with an obvious directional grain (foliation)
  • Has obvious bands, streaks or clumps of different minerals
  • Is made mostly of quartz or calcite but is coarse-grained and lacks sedimentary features
  • Contains distinctive metamorphic minerals like garnet or kyanite
  • May often have features of original rock but is recrystallized or chemically changed.

Sedimentary Rocks

Obvious Fragments Visible

  • Borderline of visibility: siltstone
  • Sand-sized: sandstone (did you really need me to tell you that?)
    • Abundant feldspar: arkose
    • Rock fragments and mafic silicates: graywacke
  • Pebbles: conglomerate
  • Angular pebbles: breccia

No Fragments Visible

  • Soft and fizzes vigorously in acid: limestone
  • Soft, often buff color, fizzes slowly in acid: dolostone
  • Very soft, light color, may be granular with obvious cleavage visible: gypsum or rock salt. Confirm salt with taste test. Consider other evaporites like borates in arid areas.
  • Mudrocks are opaque, usually very soft, but may be quite hard if well-cemented. They may fizz if they have significant carbonate minerals.
    • Vigorous fizzing in acid: marl
    • Obvious sheet-like or flaky bedding: shale
    • Massive but made largely of clay: argillite
    • Gritty texture to feel or when bitten (seriously!), but particles borderline in visibility: siltstone

Sedimentary-Volcanic

These are rocks created by volcanic action but deposited by mechanisms similar to sedimentary rocks. Some people classify them as volcanic, others as sedimentary.

  • Unconsolidated powder with occasional larger fragments: ash
  • Small rock pellets: lapilli
  • Large fragments, hand-sized and up: bombs
  • Consolidated ash or lapilli: tuff
  • Large broken fragments in finer material; may be ejecta blocks, mudflow, or due to explosion: volcanic breccia. Mudflow deposits are often called lahars.

Igneous-Volcanic

  • Dark, fine-grained massive rock: basalt or andesite. Difficult to tell apart without chemical or microscopic study. Olivine is most likely to indicate basalt.
  • Fine-grained massive rock, may be any color. Often porcelain-like in texture and may have quartz or feldspar visible: rhyolite.
  • Glassy: obsidian. If it is the cooling crust of a lava flow call it by the volcanic rock name, for example, basaltic glass.
  • Frothy, but still sinks readily: scoria
  • Frothy: floats or is only a bit heavier than water: pumice

Igneous-Plutonic

  • Contains quartz and potassium feldspar: granite
    • Extremely large crystals: pegmatite
    • Fine, sugary dike or sill rock: aplite
    • Plagioclase more abundant than potassium feldspar: granodiorite
  • Contains abundant potassium feldspar but no quartz: syenite
  • Dominated by plagioclase feldspar: diorite or gabbro

Metamorphic

If the original rock type can be recognized, the rock can be described by prefixing meta- to it: metaconglomerate, metarhyolite, metabasalt, etc. Often this is the only way of naming the rock.

  • Fine platy texture but no visible grains: slate
  • Fine platy texture with a visible sheen: phyllite
  • Coarse platy texture, visible mica and other minerals: schist
  • Obvious bands and streaks of minerals: gneiss
  • Dark greenish or bluish, massive or weakly foliated: greenstone
  • Made mostly of amphibole, usually aligned: amphibolite
  • Massive and made mostly of quartz: quartzite
  • Massive and made mostly of calcite or dolomite: marble

Selasa, April 29, 2008

CARILAH ILMU WALAU SAMPAI NEGERI TURKI[1]

DR. Sidik Jatmika[2]

Kisah sukses strategi Partai “Islam” AKP mensiasati dominasi sekularisme pada Pemilu Turki 2007; merupakan salah satu hikmah yang bisa diambil Partai PKS untuk menyusun strategi bagi pemenangan Pemilu Indonesia 2009.
Mula pertama akan ditelaah studi perbandingan antara konteks sosial politik AKP dan PKS. Setelah itu dipaparkan berbagai
rekomendasi langkah-langkah strategi jangka pendek dan jangka panjang PKS untuk pemenangan Pemilu di Indonesia.



A. Kisah Sukses AKP Di Turki
Pada tanggal 28 Agustus 2007, anggota parlemen Turki memilih secara suara mayoritas mantan Menteri Luar Negeri Turki, Abdullah Gul (57 tahun) sebagai presiden Turki, untuk menjabat selama tujuh tahun. Peristiwa ini merupakan kelanjutan dari kisah sukses Partai Pembangunan Keadilan (Adalet ve Kalkınma Partisi, AKP) yang berideologi Islam memenangkan Pemilu di Turki yang bersistem sekuler. Sebelumnya, mereka telah memenangkan pemilihan umum parlemen Turki 2007 dimana partai pendukung Perdana Menteri (PM) Recep Tayyip Erdogan itu memperoleh dukungan suara sebesar 46,6%. Capaian ini meningkat 12 poin dibanding pemilu 2002. Dengan angka sebesar itu, AKP memperoleh 340 dari 550 kursi di parlemen. Hasil tersebut memperkuat bukti evolusi partai Islam AKP sebagai kekuatan politik di negara sekuler Turki.[3]
Peristiwa itu menarik untuk dikaji karena Abdullah Gul adalah kader dari Partai Pembangunan Keadilan (AKP) yang berideologi Islam. Padahal, dunia perpolitikan Turki sejak tahun 1924 telah didominasi oleh faham sekularisme yang disebarkan oleh Mustafa Kemal Attaturk.[4] Berbagai upaya depolitisasi Islam yang dilakukan rezim sekuler telah menjadikan politisi Islam akhirnya terpinggirkan posisinya dalam percaturan politik. Dengan istilah lain, sejak tahun 1924 itu, bisa dikatakan bahwa para politisi yang mengusung aspirasi umat Islam, terpinggirkan posisinya dan tidak determinan dalam proses pengambilan keputusan publik.
Pasca pemilu 2007, politisi Islam di Turki tidak lagi di posisi pinggiran tetapi menjadi pemimpin politik (elective-political leader)[5] atau pemain politik (political player) yang memiliki posisi tawar (bargaining-position) kuat dan menentukan dalam proses politik. Berbagai fakta terpilihnya para politisi Islam menjadi pemain politik (political player) dan pemimpin politik eksekutif (elective executive political leader) di dalam kancah politik Turki yang sekuler, menarik untuk dikaji karena hal itu belum pernah terjadi sebelumnya. Hal itu sangat menarik mengingat bertahun-tahun lamanya Turki dikuasai pemerintahan sekuler yang didukung militer.Selain itu, menarik untuk dikaji karena selama ini di Turki dan Dunia Islam pada umumnya keberadaan partai politik Islam masih sering menjadi kontroversi.
Telaah ini sekaligus melengkapi kajian mengenai sejarah panjang dinamika hubungan politisi Islam dengan politik di Turki dan Dunia Islam pada umumnya. Misalnya, perkembangan sejarah menunjukan bahwa kedudukan politisi Islam dalam pentas politik Turki mengalami pasang surut.




1. Turki Utsmaniyah Sebagai Pusat Peradaban Islam

Turki adalah sebuah negara besar di kawasan Eurasia (Eropa dan Asia), sehingga Turki dikenal sebagai negara transkontinental. Disebabkan oleh lokasinya yang strategis di persilangan dua benua, budaya Turki merupakan campuran budaya Timur dan Barat yang unik yang sering diperkenalkan sebagai jembatan antara dua buah peradaban. Kekuasaan Turki Ottonom (Turki Ustmaniyah ) didirikan oleh Bani Utsman, yang selama lebih dari enam abad kekuasaannya(1299-1923) dipimpin oleh delapan orang sultan. Salah satu ciri utama kekuasaannya adalah penerapan hukum-hukum Islam oleh negara di dalam negeri. Saat itu negara menerapkan hukum-hukum Islam di dalam wilayah yang tunduk di bawah kekuasaannya; mengatur muamalah, menegakkan hudûd, menerapkan sanksi hukum, menjaga akhlak, menjamin pelaksanaan syiar-syiar dan ibadah, serta mengurus seluruh urusan rakyat sesuai dengan hukum-hukum Islam.
Pada abad ke-16 dan abad ke- 17, kesultanan Utsmaniyah menjadi salah satu kekuatan utama dunia dengan angkatan lautnya yang kuat. Kekuatan Kesultanan Usmaniyah terkikis secara perlahan-lahan pada abad ke-19, sampai akhirnya benar-benar runtuh pada abad 20. Setelah berakhirnya Perang Dunia I, pemerintahan Utsmaniyah yang menerima kekalahan dalam perang tersebut, mengalami kemunduran ekonomi dan akhirnya benar-benar runtuh terpecah-pecah menjadi negara-negara kecil.

2. Dampak Sekularisme Bagi Politik Islam di Turki

Sejak didirikan tahun 1923, Republik Turki menyatakan diri sebagai negara sekuler. Pilihan untuk menjadi negara sekuler ini adalah sesuatu yang sangat luar biasa bagi Turki yang merupakan bekas pusat pemerintahan dunia Islam. Semenjak Kerajaan Ottonom mengalami kemunduran; kalangan sekuler melakukan berbagai kampanye bahwa berbagai kekalahan yang ada dialamatkan kesalahannya pada keberadaan Turki sebagai kerajaan Islam. Tahun 1924 Ataturk mengumumkan penghapusan lembaga khilafah dan menyatakan pemisahan urusan agama dari Negara. Kemudian Turki diputusan menjadi negara sekuler kelompok Nasionalis-Westernis di bawah pimpinan Mustafa Kemal Pasha (Kemal Ataturk) berhasil mengambil alih kekuasaan imperium Ustmani dan langsung melepaskan baju Islam serta memilih sekulerisme dengan membentuk Republik Turki
Mustafa Kemal Atatürk sendiri sebelum menjadi Bapak Pendiri Turki Modern, dikenal sebagai seorang perwira militer yang disegani. Pada masa-masa awal melakukan sekularisasi ia tidak segan-segan menggunakan kekuatan militer untuk menyingkirkan lawan-lawan politiknya, terutama sisa-sisa kekuatan Turki Utsmani. Hal tersebut secara tidak langsung telah menempatkan militer sebagai peran sentral dalam menjalankan ideologi Kemalisme. Dalam konteks itu, militer Turki memiliki karakter sebagai tentara politik. Dengan dukungan militer dan Barat, “wajah Islam” berusaha dihapuskan dari hati dan kehidupan rakyat Turki[6]
Ataturk telah memindahkan ibu Negara Turki dari Istambul ke Angora yang kini dikenal sebagai Ankara. Ia juga yang telah membentuk semua aspek kehidupan Rakyat Turki agar sesuai dengan tututan semasa yang kemudian dipanggil ideologi Kemalist. Idiologi ini bertujuan mengubah Turki kearah Negara modern, demokratik, dan negara sekuler,positif dan bertindak rasional. Secara resmi sekulerisme menjadi ideologi negara. Semua simbol Islam dilarang, penggunaan bahasa dan tulisan Arab diganti huruf Latin, sekolah-sekolah agama dihapus. Dakwah diawasi, Pemerintah Turki juga tidak mengijinkan warganya menjalankan sejumlah kewajiban agama mereka, termasuk melarang wanita memakai hijab di lingkungan kantor, sekolah dan universitas. Bahkan adzan berhasa Arab hampir dilarang karena ia ingin adzan dilantunkan dalam bahasa Turki. Tahun 1925 Attaturk melarang tarekat dan pergi haji. Pendidikan agama amat dibatasi. Pengadilan agama ditutup, hukum pernikahan Islam diganti dengan hukum positif Swedia.
Meski Turki tetap menganut demokrasi, tapi sejak saat itu militer mendapatkan posisi yang istimewa. Berkali-kali militer melakukan intervensi politik Turki selama masa ketidakstabilan sejak tahun 1960. Kuatnya dominasi militer dalam politik Turki Pada era tahun 1940-an, 1950-an, dan 1960-an, disebut masa perjuangan kekuatan Islam. Partai yang menentang sekularisme makin besar jumlah pendukungnya meski pembubaran partai-partai Islam terus terjadi. Namun, kaum Islamis selalu bersikap demokratis menghadapi keputusan pembubaran partai-partai Islam oleh lembaga militer.
Pada tahun 1960 ini pulalah muncul partai kiri pertama Turki, partai buruh, yang dihuni oleh terutama para intelektual, penulis, dan dosen universitas. Meski demikian marxisme tetap dilarang dan sensor terhadap penyair Nazim Hikmet tetap berlangsung. Karya-karya Che Guevara dilarang, bahkan buku André Malraux, L'Espoir tetap mengalami sensor. Kesulitan-kesulitan ekonomi yang melanda Turki kemudian diakhiri oleh munculnya Perdana Mentri Turgut Ozal (1983-1993). Ia berhasil menarik Turki dari krisis ekonomi yang menyulitkan Turki dan menganut sistem ekonomi ultra liberal. Model ekonomi yang ditiru Turki lebih dekat pada model liberal a la Amerika ketimbang model sosial Eropa. Posisi Islam di masa Turgut Ozal semakin diperkuat. Di bawahnya, bank Islam dari Arab Saudi diizinkan untuk berdiri. Partai-partai politik Islam pun muncul, tapi tetap berada di bawah naungan sekularisme. Tahun 1995 Partai Islam Refah menang dan Erbakan menjadi PM. Jargon politik Partai Refah menonjolkan etika, tradisi, keadilan sosial, dan menolakwesternisasi. Refah memperjuangkan Islam model khas Turki sesuai dengan aspirasi massa Islam. Refah bukan partai Islam militan atau fundamentalis, tetapi partai moderat yang menjunjung nilai demokrasi dan pluralisme. Namun, tahun 1997 Turki melalui tangan militer melarang partai itu ketika dianggap Partai Refah terlalu memperjuangkan Islam.
Keputusan Mahkamah Konstitusi Turki melarang partai Islam Fadilah (Virtue Party) yang menguasai 102 dari 550 kursi parlemen, melakukan aktivitasnya, merupakan bagian dari pertarungan panjang Ataturkisme dan Islamisme sejak diproklamasikannya negara Turki modern tahun 1923 yang menganut faham sekuler oleh Mustafa Kemal Ataturk. Keputusan itu mencakup pengusiran dua pimpinan Partai Fadilah dari keanggotaan parlemen, dan tiga pimpinan lainnya dilarang melakukan aktivitas politik selama lima tahun.
Dalih keputusan tersebut adalah Partai Fadilah melakukan aktivitas kontrakonstitusi negara Turki modern yang berbasis pada ideologi Kemal Ataturk dengan sendi faham sekularisme. Hilangnya partai Islam Fadilah dari pentas politik Turki saat ini, memperpanjang catatan sejarah partai Islam di negara tersebut yang dilarang melakukan aktivitas oleh Mahkamah Konstitusi yang dibentuk pada tahun 1962 itu. Sebelumnya, Mahkamah Konstitusi tersebut melarang aktivitas partai Islam Refah pimpinan mantan PM Necmettin Erbakan pada tahun 1998, dan partai Penyelamat Nasional yang juga dipimpin Erbakan pada awal tahun 1980-an.
Partai Fadilah (FP), yang dilarang aktivitasnya oleh Mahkamah Konstitusi, merupakan partai politik peraih suara terbesar ketiga pada pemilu 1999, setelah Partai Kiri Demokrat (DSP) dan Partai Aksi Demokrasi (MHP). FP pimpinan Recai Kutan meraih 15,41 persen suara atau 102 dari 550 kursi parlemen. Sedang DSP pimpinan PM Bulent Ecevit meraih 21.71 persen atau 136 kursi parlemen, dan MHP pimpinan Devlet Bahceli memperoleh suara 18,03 persen atau 128 kursi parlemen.

3. Strategi Partai Islam AKP Mensiasati Dominasi Kaum Sekuler

Tahun 1983, pada saat angin demokrasi bertiup di Turki, Recep Erdogan bergabung pada partai RP (Refah Partisi/Partai Kemakmuran) pimpinan Nechbetin Erbakan. Tahun 1994, Erdogan terpilih jadi Wali Kota Istanbul, sebuah kota metropolitan terbesar dengan penduduk sekitar 10 juta. Karena RP selalu dicurigai politisi sekuler, maka pemerintah membubarkan RP.
Recep Erdogan pernah menghabiskan waktu di penjara pada tahun 1999 karena membacakan puisi bernuansa Islam yang menurut jaksa telah menghina sistem sekuler Turki. Saat itu, Erdogan dianggap dapat mengguncangkan bangunan sekularisme setelah ia membacakan puisi yang bernuansa Islam. Dia ditangkap, kemudian dihukum 10 bulan, tapi entah apa sebabnya tiba-tiba dikurangi menjadi empat bulan.Sebagai politikus berbakat dan cerdik, setelah pembebasannya, Erdogan tidak menyia-nyiakan peluang politik yang semakin terbuka.
AKP terbentuk pada tanggal 14 Agustus 2001, dibawah kepemimpinan Recep Tayyip Erdogan. AKP sebagai penjelmaan kembali partai Islam Refah yang pernah berkuasa pada tahun 1996 hingga 1997; mengubah taktik dengan bersikap terbuka dan pro-Eropa ketimbang berpihak kepada pihak sekuler.[7] Saat itu,dia dan rekan-rekannya membentuk AKP dengan mengusung ideologi baru sebagai kubu demokrat konservatif yang berjalan berdampingan dengan sekularisme.[8]
Sejak pertama kali berdiri tahun 2001 AKP sudah menunjukkan kekuatannya di Turki. Pendekatan yang dilakukan oleh AKP yang memfokuskan usaha untuk mendampingi rakyat jelata di samping menampilkan manifestasi terhadap kewibawaan yang dipimpin oleh Erdogan selama ini. Pencapaian yang dicapai AKP-pun sangat luar biasa. Dalam pemilu November 2002, AKP keluar sebagai pemenang dengan meraup 363 dari 550 kursi yang tersedia di parlemen. Saat itu, sekitar 42 juta orang berhak memberikan suara pada pemilu dimana 14 partai berusaha memenangkan kursi pada parlemen yang beranggotakan 550 orang. Tetapi kamum sekuler tetap berupaya mencegah agar Erdogan jangan sampai menjadi perdana menteri dengan mengaitkan dosa baca puisi yang dianggap anti-sekuler itu. Tetapi Erdogan tidak kehilangan akal. AKP cepat mendukung upaya amendemen konstitusi yang membuka jalan baginya untuk jadi perdana menteri, dan berhasil. Tayyip Erdogan, walikota Istanbul, muncul dari partai politik Islam, yang sangat moderat, akhirnya menjadi perdana mentri setelah AKP memenangkan pemilu tahun 2002.[9] Pada Maret 2003 ia dilantik jadi perdana menteri.
Berbagai hasil Pemilu menunjukkan bahwa rakyat Turki memilih AKP lebih banyak didorong oleh prestasi pemerintahan Erdogan daripada orientasi ideologis sekularisme dan Islam. Dalam kampanyennyapun AKP lebih banyak membeberkan keberhasilan pemerintahan Erdogan.[10]. Kemenangan AKP menjadi bukti bahwa mayoritas rakyat Turki tidak terpengaruh dengan kampanye kalangan sekuler. Kaum pendukung sekularisme menuding PM Erdogan hendak merombak paham sekuler Turki dengan ideologi Islam.
Di Turki, sekularisme di agung-agungkan menjadi semacam pemahaman yang secara tradisional dikawal oleh angkatan bersenjata. Itulah sebabnya angkatan bersenjata memerangi segala bentuk dan siapa saja yang mengancam negara sekuler. Angkatan Bersenjata Turki mengancam akan turun tangan apabila Abdullah Gül - orang kedua di partai Islam AKP diangkat menjadi presiden. Para jenderal memandang Perdana Menteri Erdogan dan partai AKP-nya sebagai ancaman. Di mata angkatan bersenjata, Erdogan mempunyai kepentingan ganda. Para jenderal cemas, kalau partai AKP sampai menguasai semua posisi penting termasuk jabatan presiden, maka Erdogan akan melakukan kudeta Islam seperti di Iran. Ironisnya para jenderal tersebut juga mencari dukungan dari barat dan dari Uni Eropa untuk mengatasi krisis. Tetapi partai AKP juga pro Eropa dan menggunakan pencalonan keanggotaan Turki dalam Uni Eropa untuk membatasi kekuasaan angkatan bersenjata. Dengan kata lain Eropa terjebak dalam dua sekutu yang saling bertengkar dalam masalah-masalah yang sangat fundamental.
Dari tahun ke tahun, popularitas AKP semakin berkibar tak terbendung lagi. Dalam pemilu Juli 2007, untuk kedua kalinya AKP meraih kemenangan dengan 341 kursi di parlemen. Di tangan Erdogan, Islam menawarkan solusi, bukan slogan formalisme seperti yang diusung berbagai kelompok Islam sebelumnya. Pada 22 Juli 2007 diadakan pemilu Turki yang ke-16 untuk memilih Presiden Republik Turki ke-11. Sebelum ini Presiden Turki adalah Ahmet Necdet Sezer yang berasal dari kubu sekuler. Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang berbasis Islam pimpinan Recep Tayyip Erdogan memenangkan Pemilu 2007.
Hasil penghitungan suara menunjukkan AKP meraih 46,7 persen suara (340 dari 550 kursi parlemen), disusul Partai Rakyat Republik (CHP) yang berbasis sekuler 20,9 persen (113 kursi), kemudian Partai Aksi Nasionalis (MHP) yang berbasis nasionalis sekuler 14,3 persen (70 kursi), dan kubu independent 5,1 persen (27 kursi). Kemenangan sayap Islam ini mengejutkan negara yang berpenduduk 98 persen muslim ini.
Dengan demikian maka lengkap sudah dominasi partai Islam itu di dalam sistem politik Turki, setelah Perdana Menteri, Ketua Parlemen, Wali Kota Sampai Presiden dipegang oleh kader AKP . Itu berarti , setelah 84 tahun disingkirkan Attaturk dari percaturan politik, kini Islam telah kembali. Kemenangan gemilang AKP dalam pemilu parlemen 22 Juli lalu solah menunjukkan bahwa “hati” rakyat Turki adalah Islam. Sebelum AKP menang mutlak, perkembangan gerakan Islam di negara ini digambarkan bergerak cepat. Selama empat tahun terakhir, setelah partai ini terbentuk, kecenderungan berjilbab dikalangan perempuan Turki mencapai 60 persen. Meski demikian, AKP menyadari kemenangan ini bisa diambil paksa bahkan dengan kasar sewaktu-waktu, sebagaimana dilakukan Barat saat partai Islam menang secara fair di berbagai negara. Hal itu cukup beralasan sebab, belum lama ini, kubu sekuler Turki yang didukung sejumlah jendral dan kalangan militer yang selama ini dikenal pendukung utama sekulerisme Turki mengaku terancam jika Islam menang. Militer bahkan pernah mengerahkan jutaan orang turun ke jalan menolak Islam dan ingin mempertahankan sekulerisme dengan segala cara. .

4. Berbagai Pelajaran Dari Turki

Pertarungan kubu Islam dan sekuler, yang semakin marak sejak berhasilnya Partai Islam Refah pimpinan Necmettin Erbakan memegang kekuasaan pada tahun 1996. Partai-partai Islam Turki sejak era Partai Salamah, Partai Refah, Partai Fadilah, serta Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) ternyata sangat komitmen menghormati ideologi sekuler negara Turki modern yang dikemas Mustafa Kemal Ataturk. Bahkan, AKP pimpinan Tayyip Erdogan yang memenangkan pemilu tahun 2007 secara gemilang tidak mempertentangkan Islam dan ideologi sekuler. Berulangkali Erdogan menegaskan bahwa AKP dan pemerintahannya tetap berpijak pada prinsip dasar sekularisme yang selama ini menjadi tradisi dan dijunjung tinggi masyarakat Turki. Permainan politik cerdik partai Islam Turki itu membawa mereka semakin diterima masyarakat negara itu dan akhirnya bisa berkuasa melalui mekanisme konstitusional dan demokratis.
Berbagai prinsip strategi AKP mensiasati dominasi kaum sekuler, jika disederhanakan, antara lain berupa:
1. AKP adalah partai dakwah yang sangat militan dalam gerakan dakwah. Sehingga bisa meyakinkan massa Islam “santri” di Turki. Buktinya, banyak kader dan simpatisan berbagai Partai Islam di Turki hijrah ke AKP.
2. Menghadapi dominasi kaum sekuler yang sejak 1923 sudah berdiri kokoh di Turki, aktivis AKP melakukan strategi cerdik dengan tidak menghadapi mereka secara frontal; tetapi menerapkan “taqiyah” sebagai syiasyah dalam strategi besar Islamisasi kehidupan sosial-politik di Turki. AKP dalam melakukan dakwah politik dengan lebih memperbanyak dakwah bil hal (militansi karya nyata) dari pada sekedar dakwah bil lisan (mengumbar jargon Islam) dalam meraih dukungan rakyat Turki. Ibarat ikan di laut yang tidak asin; AKP tanpa harus meninggalkan jati diri keislamannya, bisa mengemas partainya sehingga bisa dimengerti, dan diterima oleh rakyat Turki yang sudah sekian lama hidup dalam dominasi kaum sekuler.

Dengan istilah lain, Partai Islam AKP secara cerdik mensiasati dominasi kaum sekuler di Turki dengan tidak segan-segan menggunakan berbagai jargon sekuler dalam kampanye; namun tetap militan dalam berbagai karya nyata tindakan Islami. Ibaratnya, bagi AKP: Partai Islam Yes, Jargon Sekuler “Yes”. Atau, Partai Sekuler NO, jargon Sekuler “Yes”.
Proses perluasan sumber-sumber kewibawaan dan jargon-jargon yang dikembangkan AKP sehingga bisa memenangkan Pemilu di Turki 2007, dapat dijelaskan dalam ilustrasi di bawah ini.
Gambar 1. Ilustrasi Perluasan Sumber Kewibawaan dan Sarana / Jargon
AKP Pada Pemilu Turki 2007 menurut DR. Sidik Jatmika
(Jogja: 30-1-2008)
Tergantung
Jangkauan Tindakan
Lokal Nasional dan Global

SUMBER
Intelektual Islam
Pejuang Khilafah Islamiyah
Jaringan Lembaga Dakwah
Jaringan Ekonomi Islam


JARGON
Kebangkitan Islam
Kebangkitan Khilafah
Dan Perjuangan penegakan syariat Islam

“LAMA”




Otonomi








“BARU”


SUMBER
Elite, Lawan, Pemerintah
-kaum sekuler
--militer

- Uni Eropa dan Amerika

JARGON
AKP menghormati nilai-nilai sekulerisme
AKP Cinta Tanah Air
Pengawalan Perbatasan
Turki Siap bergabung dengan Uni Eropa


342
Sumber: Modifikasi Model dari Charles Tilly, 1983, “Old” and “New” Repertoires in Western Europe and North America; dalam Sidney Tarrow, 1994, “Modular Collective Action”; dalam Power in Movement, Social Movement Collective Action & Politics, Cornel University – Cambridge University Press
Berbagai Hikmah Yang Bisa Diambil PKS
Berbagai penjelasan di atas membuktikan bahwa partai Islam AKP dengan cerdik telah berhasil dalam siasat politiknya di Republik Turki yang secara kesejarahan bisa dikatakan sebagai itu “embah-moyangnya” sekularisme di Asia dan dunia. Lantas bagaimana halnya dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Indonesia?
Kalau diamati lebih jauh, sesungguhnya sistem sosial politik Indonesia sebagai habitat yang membentuk konteks sosial-politik PKS dalam beberapa hal kondisinya tidak jauh berbeda dengan Turki. Masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam saat ini, walaupun secara resmi memang bukan negara sekuler, namun sesungguhnya juga tengah digempur oleh berbagai gelombang besar arus hedonisme dan sekularisme. Kalaupun ada bedanya, barangkali di Indonesia, secara simbol kebudayaan (icon) warga Indonesia lebih leluasa untuk mengekspresikan simbol-simbol keislaman dibanding Turki. Baik dalam cara berkebudayaan, mode-pakaian, berormas dan berpartai politik. Bahkan, kaum militer di Indonesia, berbeda dengan di Turki, tidak mudah menyuarakan ancaman kudeta untuk meraih kekuasaan.

1. Berbagai Sumber Kewibawaan dan Jargon “Lama” PKS
Dalam banyak hal, sesungguhnya PKS pada Pemilu 2004 juga telah melakukan berbagai langkah cerdik dalam menjajakan PKS sebagai Partai Islam kepada khalayak pemilih di Indonesia. Hasilnya PKS mengalami peningkatan signifikan dalam perolehan suara secara nasional sebanyak lebih dari 7% pada tahun 2004, dibanding suara Partai Keadilan (PK) sebanyak sekitar 2% pada tahun 1999. Hal itu antara lain tercermin pada penambahan kata “Sejahtera” pada nama Partai Keadilan (PK) dan simbol “Padi Emas”[11], merupakan langkah taktis yang secara psikologi-massa sangat menarik masa pemilih untuk lebih tertarik dan menjadikan PKS sebagai pilihan aspirasi politik.
Jika dikaji lebih jauh, sumber-sumber kewibawaan dan jargon-jargon yang dikembangkan PKS pada pemilu 2004, bisa disederhanakan al sbb:
SUMBER KEWIBAWAAN JARGON
1. PKS Sebagai Kelanjutan PK 1.Simbol Padi Emas Di Tengah Bulan Sabit Kembar
2. Platform PKS 2. Jujur Peduli
3. Lembaga Dakwah Kampus 3. Intelektual Muslim (Ulil Albab)
4. Jaringan Lembaga Dakwah 4. Gerakan Back To Masjid
5. JSIT 5. Membentuk Insan Kamil
6. Jaringan Wanita Islam 6. Keluarga Salimah
7. Korban Bencana Alam 7. Aksi Cepat Tanggap
8. Jaringan Ekonomi 8. Pemasyarakatan Ekonomi Syariah

2. Berbagai Isu “Negatif” Terhadap PKS Menjelang Pemilu 2009
Menjelang Pemilu 2009, ada beberapa isu negative yang sengaja dikembangkan oleh para pesaing politik PKS, antara lain:
a. PKS Kurang “Nasionalis”
b. PKS “Menjual Agama” Untuk Kepentingan Politik
c. “Kartu Mati” Bernama Keterpurukan Sektor Pertanian; Perumahan Rakyat serta
prestasi olah raga nasional. Yang kebetulan menterinya konon berasal dari kader PKS.

Disamping itu PKS juga terkena imbas dari masih adanya isu negatif yang sesungguhnya juga menimpa seluruh partai politik secara keseluruhan di Indonesia, yaitu masih kurangnya kesungguhan melaksanakan affirmative-action kuota 30 % sebagai bentuk penghargaan terhadap kader politik perempuan untuk duduk sebagai pemimpin politik.
3. Berbagai Peluang Isu Yang Bisa Dikembangkan PKS
Teori komunikasi politik, menyarankan bahwa sesungguhnya isu negatif itu sesungguhnya bisa berfungsi secara positif sebagai “vitamin” yang menyehatkan suatu lembaga. Dengan demikian sesungguhnya masih banyak peluang isu yang bisa dikembangkan oleh PKS (khususnya Bapilu) untuk mengolah dan mengubah berbagai isu negatif itu menjadi jargon dan sumber kewibawaan yang bisa memperkuat citra politik PKS di masa mendatang.
a. Isu PKS Kurang “Nasionalis”. Selama ini PKS sudah secara sangat pro aktif menjadikan momen-momen hari besar nasional untuk memperkuat citra diri PKS. Misalnya Hari Ibu dan Hari Kartini; Hari Pendidikan Nasional; Hari Pahlawan; dll. Slogan-slogan baru yang bisa dikembangkan misalnya: “PKS Cinta Tanah Air”; ataupun “PKS Sahabat TNI-POLRI”; melalui pendekatan “Teori Makan Bubur Panas”.[12] Hal itu antara lain bisa dilakukan dengan silaturahmi kader-kader DPP PKS ke Wilayah Terluar Indonesia, termasuk silaturahmi dengan personel TNI/Polri[13] serta rakyat yang bertugas di berbagai daerah perbatasan RI.[14] Hal serupa bisa dilakukan oleh kader PKS tingkat propinsi hingga kecamatan dan pedesaan. Bahkan, untuk lebih dekat dengan TNI/POLRI; PKS bisa mendorong kader-kader belia PKS untuk rame-rame masuk sebagai personil TNI/POLRI.[15]
b. Isu PKS “Menjual Agama” Untuk Kepentingan Politik; antara lain bisa
diatasi dengan tindakan PKS memperbanyak jargon-jargon “non agama” (menjaga dakwah bil-lisan) tanpa harus mengurangi militansi dakwah bil hal; sebagaimana kisah sukses AKP di Turki pada Pemilu 2007.

c. Penghargaan terhadap kader politik perempuan untuk duduk sebagai pemimpin politik; antara lain bisa dilakukan dengan penetapan caleg PKS tingkat Pusat hingga Daerah dengan metode “zig-zag”. Artinya nomor urut daftar caleg dilakukan secara berselang-seling antara laki laki-perempuan atau sebaliknya.

d. “Kartu Mati” Bernama Keterpurukan Sektor Pertanian; Perumahan Rakyat serta prestasi olah raga nasional. Yang kebetulan menterinya konon berasal dari kader PKS. Dalam jangka pendek, DPP PKS perlu meningkatkan komunikasi dan dukungan terhadap para kader yang duduk di Kabinet. Termasuk melanjutkan dan mengembangkan diplomasi “badminton” dan “bola volley” yang telah dirintis DPP sebelumnya. Dalam jangka menengah dan panjang, Tim ekonomi PKS juga perlu mempelajari sistem perbankan yang bisa meringankan rakyat banyak. Misalnya, dengan mempelajari Grameen Bank yang dikembangkan pemenang Hadiah Nobel, Muhammad Yunus di Bangladesh.
e. Kelompok Handicap/Difable, adalah mereka yang dalam beberapa hal mengalami kendala fisik maupun kesehatan. Kendala fisik, misalnya tuna netra, daksa, rungu, dll. Kendala kesehatan, misalnya kanker, leukemia, hemofilia, jantung, gagal ginjal, dll.
Per hatian tidak mesti harus bantuan keuangan, tetapi bias berupa perjuangan melalui perda/ UU tentang penyediaan akses bagi kaum difable; atau paling tidak berupa sentuhan rohani atau dukungan psikologis. Misalnya, pesertfikat penghargaan kepada tuna netra/ daksa berprestasi. Berbagai upaya perluasan sumber-sumber kewibawaan dan jargon “baru” PKS[16] tersebut, bisa disederhanakan dalam ilustrasi sbb:

Gambar 2. Ilustrasi Perluasan Sumber Kewibawaan dan Sarana / Jargon
PKS Menuju Pemilu 2009 menurut DR. Sidik Jatmika
(Jogja: 30-1-2008)

Tergantung
Jangkauan Tindakan
Lokal Nasional dan Global

SUMBER
PKS Pada Pemilu 2004
Lembaga Dakwah Kampus
Jaringan Lembaga Dakwah
JSIT
Jaringan Wanita Islam
Jaringan Ekonomi Islam
Korban Bencana Alam

JARGON
Jujur Peduli
Intelektual Muslim
Back to Masjid
Pembentukan Insan Kamil
Keluarga Salimah
Ekonomi Syariah
Cepat Tanggap

“LAMA”




Otonomi










“BARU”

SUMBER
Elite, Lawan, Pemerintah
-politik,
- ekonomi
-militer,

Perempuan
Kelompok Handicap/
Difable


Olahraga & Hobby

Kelompok Budaya
Non Jawa & Non Muslim
LSM
JARGON
PKS Cinta Tanah Air
- Hari Besar Nasional
-Peduli Petani & Tuna Wisma?
- PKS Sahabat TNI/POLRI
Daftar caleg Model zig-zag
Kebijakan Pro Handicap
-aksesibilitas sarana
-penghargaan thd tuna..
-perbaikan kesejahteraan
Olahraga Sebagai Sarana Diplomasi PKS
PKS Peduli Budaya Bangsa
Rekonsiliasi/multikulturalism
Mobilisasi Jaringan
Gema Keadilan
Bersih-Peduli-Profesional

342
Sumber: Modifikasi Model dari Charles Tilly, 1983, “Old” and “New” Repertoires in Western Europe and North America; dalam Sidney Tarrow, 1994, “Modular Collective Action”; dalam Power in Movement, Social Movement Collective Action & Politics, Cornel University – Cambridge University Press




4. Berbagai Rekomendasi


1. PKS perlu bersikap arif terhadap berbagai isu negatif. Terlepas apakah isu itu benar atau salah, isu negatif itu sesungguhnya bisa berfungsi secara positif sebagai “vitamin” yang menyehatkan suatu lembaga. Dengan demikian sesungguhnya masih banyak peluang isu yang bisa dikembangkan oleh PKS (khususnya Bapilu) untuk mengolah dan mengubah berbagai isu negatif itu menjadi jargon dan sumber kewibawaan yang justru bisa memperkuat citra politik PKS di kini dan masa mendatang.
2. Perluasan sumber kewibawaan dan jargon bagi PKS, bukan berarti meninggalkan sama sekali sumber kewibawaan dan jargon lama; tetapi lebih bersifat suplemen / komplementer (menambah) tanpa harus meninggalkan jati diri PKS sebagai partai yang militan dalam dakwah bil lisan maupun --terutama-- bil hal.
3. Dalam jangka pendek (2008). BAPILU DPP PKS (Kalau perlu dibantu pakar); perlu melakukan studi banding ke Turki untuk mencari hikmah dibalik kisah sukses strategi Partai Islam AKP memenangkan Pemilu Turki 2007. Berbagai hal yang bias dipelajari antara lain: bentuk, struktur dan strategi kampanye jangka pendek dan jangka panjang.
4. Untuk memperkuat strategi PKS pada pemilu 2009, Bapilu DPP PKS perlu mempertimbangkan taktik “Desa Mengepung Kota” atau Teori “Makan Bubur Panas”.
5. PKS perlu menghindari komentar terhadap isu-isu yang kontra-produktif, misalnya isu Negara Federal; maupun wacana pengampunan Soeharto


***





Lampiran 1.
Teori Makan Bubur Panas/ TAKTIK “DESA MENGEPUNG KOTA”

Taktik ini pernah dipakai Jendral Soedirman dalam perang gerilya mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Ibarat pertempuran untuk merebut posisi sebagai pemenang pemilu, maka pada umumnya para petarung hanya terfokus perhatiannya pada wilayah metropolitan dan perkotaan, padahal PKS sesungguhnya sudah memiliki modal memadai di wilayah ini. Karenanya, menuju 2009, PKS bisa mencoba variasi taktik lain yaitu melakukan komunikasi politik dari sisi sebaliknya, yaitu dari wilayah yang paling pinggir dan jauh dari kendali pusat kekuasaan; baru begerak menuju ke pusat.
1. Tujuan kegiatan
a.Wilayah tersebut relatif bebas dari gerilya politik para pesaing.
b.Memandang dan merengkuh Indonesia dari sisi paling luar, akan membawa dampak positif
berupa pandangan yang lebih komprehensif dan empati terhadap perasaan rakyat.
c.Yang dimaksud pinggiran, selain dengan menggunakan pendekatan geografis (sebagaimana
termaktub pada no 2 dan 3) kemudian juga meluas kepada mereka yang di pinggir atau
terpinggirkan secara sosial, kultural, ekonomis dan politis.
d.Cara ini membawa dampak berupa menguatnya citra PKS yang cinta tanah air dan peduli
wong cilik.
e.Secara waktu, berbagai wilayah pinggiran tersebut tidak mungkin dijangkau secara merata
pada tahun 2009 karena jadwal kampanye amat ketat dan terbatas waktunya.


2. Alokasi Waktu dan Wilayah Sasaran
2006: Wilayah Terluar I
a.P. Miangas, Sangihe Talaud, Sulawesi Utara (perbatasan dengan Philipina)
b.P. Ende, Nusa Tenggara Timur (bekas pengasingan Bung Karno)
dan Atambua, Nusa Tenggara Timur (perbatasan dengan Timor Leste)
c.Merauke dan Boven Digul (Perbatasan dengan Papua Nugini dan bekas pengasingan para
pejuang kemerdekaan)
d. Pulau Weh dan Nias (perbatasan dengan India, dan bekas korban tsunami)


2007: Wilayah Terluar II dan Wilayah Paling Pedalaman
a. P. Natuna, Riau Kepulauan (perbatasan dengan Laut Cina Selatan)
b. Putussibau, Kalimantan Barat (perbatasan dengan Serawak, Malaysia)
c. Nunukan dan Blok Ambalat (perbatasan dengan Malaysia)
d. Namlea, P. Buru (bekas penjara TAPOL PKI)
e. Poso, Sulawesi Tengah (wilayah konflik antar- agama)






3. Bentuk Kegiatan dan Citra Yang Diharapkan
a.Di setiap lokasi mengunjungi SD sambil menyerahkan mesin ketik dan seperangkat alat
badminton (syukur-syukur bisa main badminton dengan guru dan murid); untuk membentuk
citra peduli pendidikan, nasib guru dan tumbuh kembang anak

b. Bertanding badminton (ganda campuran PKS – Militer – Pejabat Lokal-Tokoh Lokal).
Kunjungan ke zona perbatasan membangun citra PKS cinta tanah air dan peduli tugas TNI-
Polri membela negara. PKS akrab dengan militer – Polri, pejabat dan tokoh lokal.

c. Silaturahmi dengan para tokoh adat dan agama setempat. Membentuk citra PKS bisa
berdialog dan diterima berbagai kalangan.

d. Kunjungan berbagai tempat bekas pembuangan para tokoh gerakan kemerdekaan (Boven
Digul, Ende, Bengkulu; membentuk citra PKS memiliki rasa nasionalisme yang tinggi.
Tujuan untuk menarik simpati kaum nasionalis

e. Kunjungan ke P. Buru; secara simbolik untuk “menarik simpati” kalangan eks PKI dan tapol lainnya.

f. Kunjungan ke bekas lokasi bencana alam (P. Weh dan Nias) maupun bencana kemanusiaan (Poso) membentuk citra PKS peduli. Di lokasi bekas konflik atas nama agama, misalnya Poso, upayakan bisa badminton campuran dengan para tokoh dari lintas agama; dengan tujuan PKS bisa diterima berbagai pihak.


4. Prinsip dan Unsur Pendukung Pelaksanaan
a. Kegiatan di kawasan perbatasan dan pedalaman--- untuk alasan keamanan dan kenyamanan--- upayakan di musim kemarau.
b. Dalam pelaksanaan didukung Tim DPP, DPW, DPD dan pakar.
e. Untuk memperkuat citra, kader PKS bertemu dengan :
i. Kelompok “kurang beruntung” dalam kesehatan: leukimia, jantung, hemofilia, lansia, dll; ekonomi: penjaga palang pintu kereta api, penjaga mencusuar, pemulung, pengamen, dll.
ii. Buruh migran: TKI di Kuala Lumpur, Hongkong dan Qatar.
iii. Olah Raga : kunjungan ke pelatnas badminton dan sepakbola
iv. Seniman Islam dan non “Islam”.
v. Kunjungan ke redaktur media massa (PWI, Kompas, Metro TV, TVRI, dll)










Lampiran 2.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas
Nama : Sidik Jatmika
Tempat/ Tgl Lahir : Klaten, Jawa Tengah, 3 Mei 1969
Keluarga : dr. Eny Iskawati (istri)
M. Indrawan Jatmika (anak)
M. Ramadhani Jatmika (anak)
Nayla Syafira Iskawati (anak)

Riwayat Pendidikan:
2002 - 2005 : Program S-3 (Doktor) Sosiologi, Pasca Sarjana UGM Yogyakarta
1996 - 1998 : Program S-2 Ilmu Politik, Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta
1987 - 1992 : Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, UGM Yogyakarta
1984 - 1987 : SMA N I Klaten, Jawa Tengah
1981 - 1984 : SMP N I Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah
1975 - 1981 : SD N I Karanglo, Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah

Riwayat Pekerjaan
1993 - : Dosen Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
1998 - : Peneliti pada The Indonesian Society for Middle East Studies (ISMES)

2004 - 2006 : penyiar kajian khazanah budaya Melayu “Dendang Melayu” Radio
Retjo Buntung (RB) FM Jogja
2002 - : Litbang Radio Suara Al Mabrur (Salma) FM Klaten
1998 - 2004 : Penyiar “Dendang Nusantara” Radio PTDI Kotaperak FM Jogja
1993 :Asisten produksi film dokumenter “Discovery: Connection-2”, Principal Film
London-New York, untuk 4 episode
1991- 1995 : wartawan (stringer) Radio BBC London Seksi Indonesia
1989- 1991 : penyiar “Universitaria” RRI Nusantara II Yogyakarta

Karya Ilmiah
1. Kiai dan Politik Lokal : Penelitian Mengenai Reposisi Politik Kiai di Kebumen, Jawa Tengah (desertasi S-3, 2005)
2. Amerika Serikat Penghambat Demokrasi: Studi Kasus PLN AS di Saudi Arabia (tesis S-2, 1998)
3. Politik Luar Negeri Australia di Pasifik Selatan (skripsi S-1, 1998)
4. AS Penghambat Demokrasi, Penerbit Bigraf, Yogyakarta (2000)
5. Otonomi Daerah Perspektif Hubungan Internasional, Penerbit Bigraf, Yogyakarta, 2001
6. Gerakan Zionis Berwajah Melayu, Penerbit Wihdah Press, Yogyakarta, 2001
7. Otonomi Daerah Dagelan, Penerbit Lapera, Yogyakarta, 2002
8. Lagak Wong Melayu di Jogja, Penerbit Adicita, Yogyakarta, 2002
9. Dinamika Partisipasi Politik Perempuan Iran, Penerbit LPPI UMY, 2002

Alamat Kantor : Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Kampus Terpadu UMY, Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto
Kasihan Bantul Telp. (0274) 387 656 Fax (0274) 387 646
Alamat Rumah : Jl. Wonosari KM 7, RT. 15 Mojosari Raya, Baturetno, Banguntapan,
Bantul. Yogyakarta. HP: 081 827 9041. Telp. (0274) 7494288

[1] Naskah akademik, bagi Badan Pemenangan Pemilu (BAPILU), DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam rangkaian MUKERNAS PKS di Denpasar, Bali, Kamis, 30 Januari 2008
[2] Dosen Ilmu Hubungan Internasional, Fisipol, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
[3] http://www.republika.co.id/koran detail.asp?id=3001140&kat id=7, “Dibalik Kemenangan Abdullah Gul Di Pemilu Turki 2007”
[4] H.A.Mukti Ali,1994, Islam dan Sekularisme di Turki Modern, Penerbit Djambatan, Jakarta.
[5] Istilah pejabat politik di sini adalah menunjuk kepada “elective political leader” dimana pejabat mendapatkan kedudukan karena proses pemilihan umum. Hal itu berbeda dengan pemimpin birokrasi, yang menjadi pemimpin karena diangkat dalam suatu jabatan oleh pejabat yang berwenang. Lebih jauh baca Miftah Toha, 1991, Perspektif Perilaku Birokrasi (Dimensi-dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara Jilid II), Rajawali Press, Jakarta, h. 142.
[6] "http://ms.wikipedia.org/wiki/Mustafa_Kemal_Atat%C3%BCrk

[7] http://www.vhrmedia.net/home/index.php?id=view&aid=4870&lang
[8] http://musim.wordpress.com/2007/07/26/islam-politik-kuasai-parlemen-turki/
[9] http://anrizal.blogspot.com/2006/01/berkenalan-dengan-sejarah-turki-la_15.htm
[10] http://ichwanarifin.blogspot.com/2007_07_01_archive.html
[11] Gambar padi emas, memiliki pesona karena memiliki kedekatan psikologis (proximity) dan sudah sangat dikenal oleh pemilih. Bandingkan dengan mitos Dewi Sri pada saat panen padi sebagai simbol kemakmuran bagi petani; serta warna kuning keemasan sebagai simbol kesejahteraan dan kemasyhuran. Gambar Padi Emas, dengan mudah bisa difahami rakyat sebagai simbol masyarakat tamaddun: Baldatun Toyibatun Wa Robbun Ghafur. Tata titi tentrem, padha thukul kang sarwa tinandur.
[12] Penjelasan lebih mengenai “Teori Makan Bubur Panas”; lihat halaman berikutnya dari makalah ini.
[13] Pendekatan terhadap TNI/POLRI bias dilakukan melalui “jama’ah” TNI/POLRI dulu baru kemudian menuju “jam’iyyah” TNI/POLRI.
[14] Berbagai slot-gambar dokumentasi dari kegiatan ini bisa sangat impresif bagi video-clip kampanye PKS pada Pemilu 2009.
[15] Minimal bisa jadi menantu personil TNI/POLRI.
[16] Satu hal yang patut dicatat bahwa perluasan sumber kewibawaan dan jargon tersebut bukan berarti meninggalkan sama sekali sumber kewibawaan dan jargon lama; tetapi lebih bersifat suplemen / komplementer (menambah) tanpa harus meninggalkan jati diri PKS sebagai partai yang militan dalam dakwah bil lisan maupun --terutama-- bil hal.