Rabu, Desember 12, 2007

Inilah Saatnya Menangis Wahai Mujahid !

Sahabat ! setiap bait yang antum semua tuliskan mampu meneteskan airmata ini mejadi kristal bening lalu membeku. Kristal beku itu akhirnya menjadi berlian yang sangat keras dan mampu menghancurkan apa saja yang menghadang di hadapannya. Bak berlian yang merupakan senyawa yang paling kuat dan bening. Sedangkan ia terjadi dari rangkaian ikatan rantai karbon yang padu. Bukankah ikatan rantai karbon itu memenuhi ruang empat dimensi. Jika hanya dua atau tiga dimensi yang terlihat adalah kehitaman dan kebeningan yang buram. Ruang dimensi akal. Ruang dimensi emosi dan perasaan ruang dimensi spritual yang dlingkupi dimensi keempat yaitu wahyu dan ra’yu dari ALLAH Swt.

Sahabat! Bagiku hanya tiga kesempatan seorang Mujahid pantas untuk menangis!
Pertama, Saat ia melihat kondisi yang tidak sesuai mimpi besarnya. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa karena kelalaian ataupun keterbatasan dari kekuatan dirinya untuk melakukan kerja dan amal dalam menggapai mimpi tersebut.
Kedua, saat ia mengadu kepada Kekasihnya yang hakiki tentang kelemahannya, serta meminta tambahan kekuatan untuk mewujudkan mimpi tersebut.
Ketiga, saat mimpi –mimpi yang dirajutnya diperlihatkan 4JJI. Walaupun tidak terwujud sepenuhnya.

Saat itulah kempat dimensi itu bergerak dan berputar membentuk rotasi dalam kehidupannya, dalam ruang jiwanya dimana terdapat lokus-lokus diri sehingga tanpa sadar tangisannya keluar membentuk berlian yang akan digunakan untuk merajut mimpi yang selanjutnya.

Bukankah ALLAH Swt menyatakan apabila engkau telah selesai dengan satu pekerjaan maka bersiaplah untuk melakukan pekerjaan selanjutnya?

Oh jiwa yang bertualang dalam kesepian
Sekarang engkau sudah mendapatkan teman
Sunguh perjuangan ini sangat panjang jalannya
Ia tidak seusia satu generasi
Ia seusia bumi yang makin renta menuju kematian

Kawan seperjuangan ! boleh jadi tangisan kita ada karena kebencian. Boleh jadi tangisan kita karena ada kecemasan. Boleh jadi tangisan kita karena kesakitan. Boleh jadi tangisan kita karena kelalain. Bahkan boleh jadi tangisan kita karena kemaksiatan yang tak tertahankan. Kawan ini lah pertarungan. Kawan kita hidup dalam riuhnya pertempuran. Pertempuran untuk mencapai suatu kejayaan. Seperti yang dikatakan Sayyid Quthb dengan ungkapan “parade mulia lintas zaman”.

“ Parade mulia lintas zaman ini, sejak dahulu kala, menghadapi sebagaimana tampak jelas di bawah naungan al-Qur’an. Berbagai sikap dan pengalaman sepanjang masa, disetiap waktu, meskipun berlainan tempat dan beragam bangsa. Menghadapi kesesatan, kebutaan hati dan pikiran, kesewenang-wenangan, hawa nafsu, penindasan, peneroran dan pengusiran. Tetapi ia tetap berjalan di jalurnya dengan langkah yang teguh, hati yang lapang, penuh keyakinan akan pertolongan ALLAH, penuh harap pada-Nya,dan senantiasa membenarkan janji 4JJI yang pasti benar dan pasti terjadi. “

Subhanallah! Ungkapan yang begitu dalam, begitu padu dan menyentuh seluruh relung yang ada dalam diri ini. Memenuhi semua ruang jiwa ini.

Pembelajaran demi pembelajaran diberikan oleh ALLAH Swt untuk semua insan yang memdambakan keridhaannya. Jam dinding berdetak dan memberikan kita suatu makna yang menyiratkan betapa banyaknya kebenaran yang selalu tersiakan. Betapa banyak waktu yang tersiakan oleh beberapa insan. Perjalanan waktulah yang sebenarnya membuat kita berkumpul dan berpisah. Ada yang mengatakan ini takdir.

Takdirlah yang telah mempertemukan kita dan membuat kita bekerja bersama. Takdir … akh apa lagi yang ingin kutuliskan.Mungkinkah takdir itu memang sudah dituliskan dan tidak dapat dirubah lagi? … akh jiwa mengapa engkau bertanya dengan pertanyaan yang begitu pelik dan menggelitik? Apakah pertanyaaan ini perlu mendapatkan jawaban? Pernahkah pertanyaan ini mendapatkan jawaban. Pertanyaan ini selalu mengembara di ruang asa dan seakan tidak bermaya meninggalkan sejumput keraguan.

Tidak boleh ada keraguan dalam memahami sebuah takdir. Karena takdir adalah ketetapan dari yang telah menuliskan takdir tersebut. Takdirlah yang telah membuatku membuat tulisan yang pada awalnya hanyalah suatu pengisi waktu senggang saja? tadinya saya juga tidak tahu untuk apa saya menghidupkan komputer ini. lalu mencoba untuk mengetuk tuts-tuts ini untuk menghasilkan kalimat-kalimat yang dapat menghasilkan paragraph-paragraph yang dapat bisa memberikan sedikit kesejukan di dalam jiwa yang sedang resah dan merana ini.

Akh terlalu dipolitisir nampaknya. Namun, inilah takdir dari penulisan ini. Menulislah sebelum menulis itu dilarang. Menulislah… karena dengan menulis banyak asa yang terungkap, banyak makna yang tersingkap. Duh, semakin tidak jelas ke arah mana sebenarnya tulisan ini mau di tujukan. Setelah itu apa sih targetnya.

Biarkan …. Dan biarlah pena ini akan selalu bergerak
Biarkan … dan biarlah tinta ini akan terus menetes
Memberikan tetesan makna
Memberikan tetesan suatu perjuangan
Tetesan yang akan menjadi saksi
Di hadapan sang azali
Dimana semua tanggung jawab kembali
Akh… rupanya semuanya telah padu
Padu dalam kebersamaan yang membawakan sebuah nyanyian
Nyanyian jiwa yang sedang kelana kembara
Menjemput keridhaan Rabbnya.

Sahabat! Sebentar lagi subuh menjelang daku teringat sebuah syair yang sering dilantunkan ibundaku saat memasak di dapur!

Dari jauh terdengar suara azan
Terdengar menjelang subuh
Dari jauh aku kan datang
Membawa diri yang penuh debu zaman

Kalaupun tak sanggup lagi daku berenang
Kurelakan diri hanyut tenggelam ….

Biasanya kami langsung bangun dan menunaikan shalat subuh berjamaah. Akh Aba dan bunda tak terasa air mata ini menetes. Sungguh di saat seperti ini ananda merindukan semua nasehat yang menyejukkan dan menambah ghirah perjuangan. Sehingga kudapat membuktikan. Bila ingin menakar sebuah kasih sayang maka jadilah orang tua. Bukan ku ingin menuliskan kenanganku dengan orang tuaku dengan nada cengeng sahabatku. Masih ku ingat bagaimana ungkapan sayyid Quthb yang mendeskripsikan ibunya sebagai orang yang paling ingin melihat sayyid quthb hanya berbicara tentang al-Qur’an. Dan ayahnya yang senantiasa menceritakan dan memahamkannya tentang keindahan hari akhirat dan pertemuan dengan 4JJI. Maka jadilah sayyid Quthb menjadi sang mujahid dakwah yang senantiasa di bawah naungan al-Qur’an dan rindu akan kematian. Di dalam sebuah buku menyelami keindahan al-Qur’an.

Sahabat kalau ingin menangis, sekaranglah saatnya. Karena dalam perjuangan tidak ada tempat lagi untuk menangis.Marilah kita rubah air mata kita menjadi berlian yang akan menerobos segala tantangan dan hambatan. Sehingga kita keluar sebagai pemenang. Walalhu’alam.

Sang pujangga dakwah yang terbangun di penghujung malam
Markazud jihad , saat subuh menjelang
16 Juni 2004 04.45 WIB

Tidak ada komentar: