Sabtu, November 06, 2010

Kebenaran Islam di Jurnal Ilmiah Kedokteran Internasional


Jumat, 23/04/2010 11:12 WIB | email | print | share

Oleh DR. Rinto Anugraha, Dosen UGM Yogyakarta

Baru-baru ini, sebuah jurnal kedokteran ilmiah kedokteran Internasional di bidang jantung, International Journal of Cardiology, mempublikasikan sebuah paper yang berjudul "The heart and cardiovascular system in the Qur'an and Hadeeth" (Jantung dan sistem jantung dalam Al Qur'an dan Hadits). Ini termasuk sebuah paper yang langka.

Paper itu ditulis oleh Marios Loukas, Yousuf Saad, Shane Tubbs dan Mohamadali Shoja. Penulis pertama, Marios Loukas adalah seorang Profesor di St. George University dengan bidang riset seputar jantung, teknik dan anatomi pembedahan, arteriogenesis hingga pendidikan medis.

http://www.sgu.edu/research/research-investigators-loukas.html

Pencarian dengan menggunakan portal ISIWeb Knowledge menyebutkan sekitar 280 paper ilmiah yang pernah ditulis oleh Marios Loukas di bidang jantung. Ini menunjukkan kredibilitas beliau sebagai pakar yang berkompeten untuk berbicara soal jantung, termasuk tulisannya yang membicarakan jantung di dalam Al Quran dan Hadits.

International Journal of Cardiology itu sendiri termasuk jurnal ternama di bidang jantung. Nilai Impact factor jurnal tersebut sekitar 3. Paper yang diterbitkan itu dapat dilihat di
http://www.internationaljournalofcardiology.com/article/S0167-5273(09)00566-X/abstract

Bagi pembaca yang tertarik dengan paper tersebut, silakan mendownload file pdfnya di
http://www.4shared.com/document/tsQIFQ4J/heart-cardiovascular-quran-had.html

Mungkin penting untuk diketahui disini, bahwa kata "heart" dalam dunia kedokteran berarti jantung, bukan hati. Adapun "hati" dalam kedokteran adalah liver. Karena itu kata "qalb" dalam bahasa Arab, diterjemahkan oleh penulis paper tersebut menjadi "heart", yang dalam bahasa Indonesia berarti jantung.

Ada sejumlah hal menarik dari paper tersebut.

Paper tersebut dikirim dan sampai (received) ke jurnal tersebut pada tanggal 7 Mei 2009. Ternyata, hanya dalam 5 hari kemudian tanggal 12 Mei 2009, paper tersebut langsung disetujui (accepted) oleh editor jurnal tersebut. Sepanjang pengetahuan saya, proses ini sangat-sangat cepat. Rata-rata sebuah paper membutuhkan waktu satu hingga beberapa bulan untuk dapat disetujui oleh editor jurnal. Bahkan ada yang membutuhkan waktu bertahun-tahun. Lamanya proses itu salah satunya karena adanya diskusi panjang dengan reviewer atau pihak ketiga yang memberikan penilaian layak tidaknya sebuah paper untuk dapat diterbitkan di sebuah jurnal ilmiah. Dugaan saya, proses yang hanya lima hari sejak proses received hingga accepted ini disebabkan karena editor langsung setuju dengan isi paper tersebut sehingga tidak diperlukan lagi proses pengecekan oleh pihak ketiga.

Paper itu sendiri terbit secara online pada 25 Agustus 2009. Kemudian dicetak dalam edisi kertas baru-baru saja, pada 1 April 2010.

Dalam pengantarnya, penulis menjelaskan kemajuan ilmu kedokteran saat ini nampaknya melupakan kontribusi dari sejumlah teks-teks agama, salah satunya adalah Quran dan Hadits. Padahal beliau menyebut deskripsi yang akurat tentang struktur anatomi, prosedur bedah, karakteristik fisiologi dan pengobatan medis, "Found within the Qur'an and Hadeeth are accurate descriptions of anatomical structures, surgical procedures, physiological characteristics, and medical remedies." Paper itu ditulis sebagai review atau rangkuman untuk menyajikan secara akurat kontribusi Al Quran dan Hadits dengan fokus khusus pada sistem jantung "to accurately present the anatomical and medical contributions of the Qur'an and Hadeeth, with specific focus on the cardiovascular system."

Setelah menyebutkan sejarah singkat Al Quran dan Hadits, Marios Loukas menjelaskan perbedaan kontras dalam Islam dan Kristen mengenai hubungan antara agama dan sains. Dalam sejarah Kristen di abad pertengahan dan masa Renaissance, pengaruh gereja Kristen melumpuhkan (stifle) perkembangan sains, bahkan jika pengamatan sains tersebut sebenarnya didukung oleh perhitungan dan pemikiran rasional. Sementara, sains di era kejayaan Islam berkembang luas disebabkan ajaran Islam mendorong (encourage) dan mendukung riset sains. Selain itu, dalam Islam pencarian ilmu pengetahuan merupakan bagian dari ibadah kepada Tuhan (an act of worship to God).

Paper itu menjelaskan tentang pandangan umum tentang pengobatan dalam Al Qur'an dan Hadits. Diantaranya, Allah SWT yang menciptakan penyakit, dan setiap penyakit itu selalu ada obat dan metode penyembuhannya. Sebuah penyakit yang sembuh terjadi karena adanya ijin dari Allah SWT (permission of God). Ada dua macam perlakuan (treatment) untuk proses penyembuhan suatu penyakit, yaitu secara spiritual dan fisik. Sebab, Al Quran menyebut penyakit tidak hanya berupa penyakit fisik, namun juga penyakit yang "tersembunyi" seperti keragu-raguan (doubt), kotoran keimanan (impurity), kemunafikan (hypocrisy) dan tidak beriman (disbelief) dan dusta (falsehood).

Selain penyakit batin tersebut, Al Quran dan Hadits juga mendiskusikan beberapa penyakit fisik seperti sakit perut (abdominal pain), mencret (diarrhea), demam (fever), penyakit kusta (leprosy), and penyakit mental. Diantara obat yang manjur adalah madu karena mengandung gula, vitamin dan anti mikroba. Selanjutnya Al Quran berbicara tentang makanan apa saja yang haram dikonsumsi, seperti bangkai, darah, daging babi serta yang disembelih tidak atas nama Allah.

Mengenai sistem jantung, darah dan sirkulasinya, penulis menyebut tentang sebuah ayat Al Quran yang menyatakan bahwa "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya" (Qaaf 16). Ini menunjukkan relasi antara Allah SWT dengan hamba-Nya, sekaligus mengisyaratkan pentingnya pembuluh darah di leher dan hubungannya dengan jantung.

Panjang lebar, penulis paper tersebut juga mengupas jantung, penyakit yang berkaitan dengan jantung, serta kontribusi Al Qur'an dan Hadits bagi dunia medik. Seperti, pembuluh darah aorta, diskusi seputar darah pada penyembelihan binatang. Al Quran juga menyebut ada tiga kelompok manusia berdasarkan keadaan "heart", yaitu orang yang beriman (believers) yang memiliki heart yang hidup, orang kafir (rejecters of faith) yang memiliki heart yang mati, dan orang munafik (the hypocrites) yang ada penyakit dalam heart. Karena itu Marios Loukas menyatakan bahwa heart memiliki dua tipe, yaitu spiritual heart dan physical heart. Tiga kategori itu termasuk ke dalam spiritual heart. Ia juga menyebutkan bahwa ulama (scholars) membagi dua jenis penyakit dalam spiritual heart, yaitu syubuhat dan syahwat.

Bagin yang juga menarik, ketika secara tidak langsung gaya hidup manusia yang dikehendaki oleh Allah SWT, membuat kemungkinan terkena penyakit jantung menjadi lebih kecil, seperti melakukan aktivitas spiritual, makan secukupnya, bekerja secara fisik, tidak marah dan iri hati, menjauhi keserakahan, serta menjauhkan diri dari makanan dan minuman yang dilarang. Termasuk dibahas pula gerakan-gerakan shalat (berdiri, sujud duduk) yang berhubungan dengan kesehatan, sampai-sampai gerakan orang shalat yang malas seperti yang dilakukan oleh orang munafik dikecam dalam Al Quran. Hingga dibahas pula, larangan Islam untuk mengkonsumsi alkohol untuk khamar yang bisa ditinjau dari segi kesehatan. Sebab, alkohol berpengaruh pada seluruh organ tubuh, seperti liver, lambung, usus, pankreas, jantung dan otak dan dapat menyebabkan sejumlah penyakit, seperti liver cirrhosis, pancreatic insufficiency, cancer, hypertension dan heart disease.

Di bagian kesimpulan, penulis menyatakan bahwa Al Qur'an dan ucapan Nabi Muhammad merupakan teks agama, spiritual dan sekaligus saintifik, serta memberikan pengaruh (influence) bagi ilmu medik dan anatomi. Setelah panjang lebar menjelaskan, penulis menyatakan bahwa jantung (heart) sesungguhnya berisi unsur hati, kecerdasaan dan emosi, sebagaimana juga unsur fisik tubuh yang dapat mengalami sakit, seperti pembekuan darah dll. Penulis juga menyatakan bahwa saintis Eropa di abad pertengahan gagal dalam mengambil manfaat dari Islam, disebabkan oleh beberapa kemungkinan diantaranya proses penterjemahan yang buruk.

Menurut hemat saya, Al Quran memang bukan kitab sains, namun petunjuk hidup bagi manusia. Bagi orang yang beriman, Al Quran juga tidak butuh bukti untuk kebenaran isinya. Namun demikian, adanya sejumlah isyarat-isyarat ilmiah yang belakangan terbukti sesuai dengan perkembangan sains modern semakin menunjukkan bahwa Al Quran bukanlah sebuah kitab yang biasa, tetapi sebuah mukjizat dari Allah SWT. Inilah domain yang dimasuki oleh Marios Loukas dan partnernya. Orang seperti Marios Loukas dengan kepakarannya di bidang jantung sangat tepat untuk membahas masalah ini. Tentu, usaha ini patut mendapat apresiasi dari kita, kaum muslimin. Salah satunya, beberapa saintis Turki menulis paper di jurnal tersebut yang berjudul "Islamic legacy of cardiology: Inspirations from the holy sources", sebagai kelanjutan dari paper Marios Loukas tersebut.

http://www.internationaljournalofcardiology.com/article/S0167-5273(09)01393-X/abstract

Disamping itu pula, sudah menjadi sunnatullah jika gembong anti Islam selalu menampakkan kebenciannya terhadap setiap upaya untuk memajukan Islam. Kalangan anti Islam dari kelompok faithfreedom.org misalnya, mereka sangat tidak suka ketika jurnal Cardiology itu menerbitkan paper tersebut. Bahkan salah satunya seperti Syed Kamran Mirza sampai menulis surat kepada jurnal tersebut agar menarik paper tersebut. Tentu saja permintaan itu ditolak.

Semoga informasi ini bisa menjadi tambahan inspirasi untuk kaum muslimin, untuk selalu menjadi yang terbaik di bidang masing-masing, menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain, dan juga menjadi tambahan keimanan bagi kita, kaum muslimin.

DR. Rinto Anugraha
Dosen UGM Yogyakarta
rinto@athena.ap.kyushu-u.ac.jp

Pasted from <http://www.eramuslim.com/syariah/tsaqofah-islam/dr-rinto-anugraha-dosen-ugm-yogyakarta-kebenaran-islam-di-sebuah-jurnal-ilmiah-kedokteran-internasional.htm

Selasa, Januari 12, 2010

ISU DA’WAH DAN REALITAS SOSIAL


Da’wah membawa manusia kepada kehidupan sebagai sebuah jaminan terhadap perlindungan fisik ataupun berlakunya nilai-nilai kebenaran dan kebaikan dalam masyarakat yang bersumber dari ajaran Islam. Jika da’wah ditinggalkan maka kehancuran akan menimpah manusia tanpa pandang bulu

Para pemuda aktivis lslam kadang kala limbung dalam menentukan arah perjuangan yang akan dikhidmatinya. Tarikan dari sana-sini muncul dan kesemuanya menjajnjikan sebuah sebuah langkah menuju pemecahan masalah umat. Bagaimanakah kita menimbang dan menentukan langkah yang tepat? Bagaimana kita memandang dan menempatkan masalah-masalah ummat itu secara syar’I dan manhaji? Waqfah? Waqfah menurunkan pembahasan ini dalam tiga tulisan berikut

Da’wah adalah sebuah upaya merubah sesuatu relitas social yang tidak sesuai dengan ajran Allah SWT (al waqi’ al ijti ma’iya al jahily) kepada realitas social yang islami (al waqi’ al ijtima’iy al islamy) dengan cara-cara yang telah di gariskan oleh Al-Qur’an dan sunnah (manhajy).

“serulah (manusia) kepada jalan tuhan mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk,” (An Nahl ayat 125)

Dengan demikian da’wah memiliki arti sangat penting dalam kehidupan manusia. Macetnya roda da’wah berarti berhantinya control terhadap gerakan masyarakat kea rah kondisi yang lebih baik. Islam menekankan kepada setiap pengikutnya dalam aspek tanggung jawab da’wah(mas’uliyah da’wah) ini dengan suatu peringatan yang bersifat mendasar.

“hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rosul apabila Rosul menyeru kamu kepada sesuatu yang memberikan kehidupan kepada kamu dan ketahuilah sesungguh nya Allah mendinding antara manusia da hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan. Dan dipelihara dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaa-Nya.” (al Anfal ayat 24-25)

Kehidupan dalamayat ini di artikan imam bukhary sebagai kemaslahatan. Mujahid mengartikan al haq. Qatadah memahaminya sebagai kehidupan dibawah bimbingan Al-Qur’an yang didalam nya mengandung kesuksesan, kekekalan dan kehidupan. As sudy mengartikan sebagai kehidupan di bawah naungan lslam sebaliknya kekufuran adalah sebuah kematian (Mukhtashor Tafsir Ibn Katsir Muhammad Ali Ash Shobuny, Juz ll Halaman 95).

Da’wah membawa manusia kepada kehidupan sebagai sebuah jaminan terhadap kehidupan fisik ataupun berlakunya nilai-nilai kebenaran dan kebaikan dalam masyarakat yang bersumbar dari ajaran Islam. Jika da’wah ditinggalkan maka kehancuran akan menimpa manusia secara umum tsnps psndsng bulu.

Ibn Abbas RA berpendapat bahwa dengan ayat ini Allah memerintahkan kaum mukminin untuk tidak membiarkan kemungkaran merajalela di tengah-tengah dan di sekeliling mereka. Jika ini terjadi maka Allah akan menimpakan azab yang bersifat umum. Mujahid juga berpendapat bahwa ayat ini bersifat umum menganai seganap kaum muslimin, tidak para sahabat Nabi SAW saja. Dalam kaitan ini terdapat sebuah hadits yang meriwayatkan imam Ahmad (dan menurut ibn katsir tidak dikeluarkan oleh kitab yang enam) yang menyitir perkataan Rasulullah SAW:

“sesungguhnya Allah SWT tidak mengazab secara umum dengan amal yang khususus sehingga mereka( kaum muslimin) melihat kemungkaran di antara mereka padahal mereka mampu untuk mencegahnya. Jika mereka berbuat demikian maka berlakulah azab Allah secara khusus dan umum.” (Mukhtashor Tafsir Ibn Katsir, Muhammad Ali Ash Shobuny, Juz ll halaman 96).

Dimanakah batas-batas kemampuan umat islam sehingga mereka terkena kewajiban da’wah? Batas kemampuan itu terdapat pada seluruh rentang potensi dari kondisi yang paling lemah sampai dengan komdisi yang paling kuat.

“maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir dan berjihatlah terhadap mereka dengan Al-Qur’an dengan jihat yang besar.”

(Al Furqan ayat 95).

Ibnu Qayyum al jauziayah menyatakan bahwa ayat ini adalah ayat makiah. Oleh karenanya kewajiban jihad terhadap orang kafir telah berlaku sejak saat itu. Dan ia memerinci bahwa yang dimaksud dengan jihad(yang merupakan bagian integral dari da’wah islam) pada masa ini adalah jihad dengan hujjah, bayan dan tablig Al-Qur’an (zaadul Maad, Ibnu al Jauziyah, Juz lll halaman 5).

Aspek terpenting dari da’wah adalah perubahan social (at tagyir al ijtima’iy) karena obyek da’wah adalah masyarakat manusia, bukan masyarakat lainnya. Ukuran-ukuran terdapatnya sebuah perubahan social tidak akan dapat ditemukan kecuali dengan mengetahui kondisi yang berlaku pada saat da’wah digulirkan maupun setelah berjalan pada rentang masa tertentu.

Perubahan social

Aspek terpenting dari da’wah adalah perubahan social (at tagyir al ijtima’iy) karena obyek da’wah adalah masyarakat manusia, bukan masyarakat makhluq lainya. Ukuran-ukuran terkadapnya sebuah perubahan social tidak akan dapat ditentukan kecuali dengan mengetahui kondisi realitas social yang berlaku pada saat da’wah digulirkan maupun setelah berjalan pada rentang masa tertentu. Metode perubahan social juga tidak akan dapat di tentukan dan di rancang tanpa adanya pengenalan terhadap karakteristik realitas social yang terjadi.

Perubahan social terjadi dari waktu ke waktu mengikuti arah kekuatan Islam telah merubah masyarakat jahili kepada masyarakat Islam. Sebaliknya , degradasi yang terjadi pada diri kaum muslimin serta berhasilnya syaitan meniupkan misi da’wahnya menyebabkan terjadinya kemunduran pada masyarakat muslim itub sendiri.

Hudzaifah bin yaman berkata: “ dan aku pernah berada dalam suatu masa, tidak usah memilih orang dalam jual beli. Jika pertepatan seorang muslim maka ia baik karena takut hokum agamanya. Jika ia seorang nasrani maka ia takut dari hukuman perintahnya. Adapun masa kini maka aku tidak dapat mempercayai kecuali satu atau dua orang yaitu fulan dan fulan.” (Bukhary dan Muslim, Al Lu’lu Wal Marjan,M. Fuad Abdul Baqi,hadis nomor 87)

Huzaifah sendiri hidup sampai dengan masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib. Beliau wafat di madinah pada tahun 36 H. beliau adalah seorang ahlus sirri (pemegang rahasia) Nabi Muhammad SAW, daftar nama kaum munafiqin hanya di serahkan kepada beliau (Al Khulafaur Rasyiduun min Tarkhil Islamy, Adz Dzahaby, halaman 190). Dengan demikian hudzaifah sadar betul telah terjadi perubahan social pada masyarakat islam sekalipun. Ia yang pernah hidop bersama Rasul SAW sampai beliau wafat (tahun 12H) melihat perubahan terjadi secara perlahan-lahan dalam kurun wakt7u 24 tahun.

Arah perubahan social sangat bergantung pada kekuatan-kekuatan yang berlaku di dalam masyarakat dan sekaligus merupakan cerminan dari arah pertarungan kekuatan-kekuatan tersebut. Arah tersebut juga dapat berubah-ubah. Diantara para sahabat Nabi SAW Hudzaifahlah yang dikenal sangat perhatian terhadap masalah-masalah dinamika perubahan masyarakat baik yang menyangkut ruang maupun zaman. Ia berkomentar: “ kebanyakan manusia bertanya kepada Rasullullah SAW mengenai dimensi kebaikan semata. Tetapi aku bertanya tentang dimensi keburukan, karena aku khawatir akan menemui ( masyarakat dengan corak demikiandalam masa hidupku).”
dari pertanyaan hudzaifah inilah kemudian Rasulullah SAW menggambarkan pola-pola masyarakat masa depan yang sesungguhnya merupakan penggambaran terhadap perubahan-perubahan social yang akan terjadi. Ada tiga tipe masyarakat yang ditemukan Rasulullah SAW, yaitu masyarakat jahiliyah wa syarr (masyarakat bodoh dan buruk) masyarakat khoir (masyarakat yang baik) dan masyarakat khoir wa fiihi dakhon (masyarakat yang baik namun terpolusi oleh nilai-nilai kejahatan). Rasulullah SAW menggambarkan sifat-sifat masyarakat tersebut serta aikap-sikap yang perlu ditujukan kaum muslim dlam menaggapi keadaan tersebut (hadist tentang ini lihat shahih Muslim, kitabul Imarah, bab 13, hadist nomor 1847).

Pengenalan masyarakat kini menurut tipe-tipe tersebut tidaklah mudah. Pengkasifikasian yang hati-hati barangkali akan membawa pada kesimpulan bahwa masalah zaman ini berkisar diantara syaar dan khoir wa fiihi dkhon. Hal ini disebabklan beragamnya masyarakat islam di dunia ini dari satu tempat ketempat yang lainnya. Namun belum kembali kepada puncaknya yaknin kembali pada masyarakat khoir.

pengenalan terhadap realitas sosial yang berlaku merupakan suatu hal yang tidak dapat diabaikan oleh para juru da’wah, karena merekalah yang akan menjadi unsure perubah dalam masyarakat. Buta terhadap realitas berarti buta terhadap jalan yang akan ditempuh dalam rangka memperbaiki keadaan yang

realitas sosial ummat

pengenalan terhadap realitas social yang berlaku merupakan suatu hal yang tidak dapat diabaikan oleh para juru da’wah, karena merekalah yang akan menjadi unsure perubahan dalam masyarakat. Buta terhadap realitas berarti buta terhadap jalan yang akan ditempuh dalam rangka memperbaiki keadaan yang terjadi.

Beberapa Negara atau wilayah di bagian dunia ini pada saat ini memang tengah mengalami pergeseran menuju nilai-nilai Islam yang dicita-citakan. Namun hal itu tidak mudah karena membangun sistem islam di tengah-tengah sistem global sekularisme dan bagaikan mengayuh sampan melawan ombak-ombak besar di tengah lautan. Belum lagi luka-luka lama akibat penjajahan bangsa-bangsa Barat selama seabad sampai tiga abad belakangan ini masih belum sembuh benar.

Sebagai kaum besar dari kaum muslimin di dunia ini dapat kenyataanya masih berada dalam berbagai kemelut yang melingkupi aspek-aspek internal (masyakil dakhiliyah) dan eksternal (masyakil khorijiyah).

Kemelut internal terjadi dari pertama, kemelut yang bersifat pribadi(fardiy) ya itu rendahnya kesadaran akan identitas keperibadian sebagai seorang muslim yang ideal (syakhshiyah islamiyah). Penyebabanya ialah rendahnya kapasitas sumber daya manusia baik terkait dengan kapasitas spiritual (maqdirah imaniyah), kapasitas fisik (maqdirah badiniyah), kapasitas propesional(maqdirah mihniyah). Kedua, kemelit yang bersifat social (jama’iy) yang melingkupi kepemimpinan umat (qiyadiyah), perekonomian dan kemakmuran (iqtishadiyah), kesadaran politik (siyasiya), manajemen dan perencanaan perjuangan da’wah (idariyah wa takhthithiyah).

Kemelut eksternal pada hakekatnya adalah terdapatnya suatu konspirasi regional dan internasional dari kekuatan kaum munafiqin dan kafirin (mu’amarah kafirin wal munafiqin).

Beberapa keperihatinan

Sebagai pribadi, banyak diantara ummat Islam masa kini yang kehilangan jejak identitasnya sebagai muslim. Penjajahan peradaban yang panjang, pesatnya laju era informasi dan globalisasi serta maneuver-manuver penjajahan supra modern menyebabkan kaum muslimin te4rcabut dari akar ajarannya sendiri. Lembaga-lembaga pendidikan resmi kurang memperhatikan aspek ini, malahan banyak yang terpana pad aide sekularisasi sebagai langkah menujui kemajuan bangsa. Rasulullah SAW bersabda:

“Mulanya Islam itu asing, kelak akan kembali asing sebagai mana mulanya.maka banggalah dengan keterasingan itu.” (shahih muslim, kitab iamn hadits nomor 232)