oleh Eddy Syahrizal pada 03 Juli 2011 jam 16:55
Sore menjelang Magrib (Sabtu 02/07/11) saya menyibukkan diri dengan laptop ini surfing dan searching bahan-bahan bacaan.Sebuah tepukan ringan tanpa saya sadari mendarat di pundak saya, "Wah, lagi asyik Bang Eddy." "Yah begitulah, cari kesibukan di sore ini," kata saya. Saya tidak menyadari kedatangannya. ini penyakit lama. kalau saya baca, saking seriusnya saya tidak akan sadar dengan kondisi sekelling. Saya jadi rindu Bunda. Biasanya Bunda akan mencubit kecil saya kalau sudah terlalu serius. sekedar lewat saja. Semoga beliau selalu sehat dengan kesibukannya.
"Kalau tidak ada agenda malam ini, saya ajak ke Gramedia, saya mau beli buku Ayah karya Tere Liye." katanya. "Tere Liye ya kata saya. saya juga punya koleksi beberapa Ebooknya. kalau tidak salah yang paling saya suka yang menceritakan soerang anak buta yang berjuang untuk memahami hidup dan lingkungannya, tapi kalau ke Gramedia tak beli buku rasanya tak enak saja, asal antum tahu dana beli bukuku sudah minus 47.800." kata saya panjang lebar.
Ia tersenyum, "Survey saja dulu, tapi pakai motor Abang ya," katanya." Sebaiknya berangkat Shalat ba'da Shalat Maghrib, kita shalat Isya dekat Masjid Ar-Rahman saja", jelasnya lagi. "Ok, antum tunggu saja di rumah", tutup saya.
Sosok itu adalah adalah Wamdi ketua FLP Riau.Teman diskusi yang enak. singkat cerita kami berangkat. wuih jalannya macet karena jl. Sudirman ada proyek jalan layang untuk PON. lama juga di sana sampai tutup lagi Gramedianya. Kami searching buku, saya selalu bawa buku catatan kecil untuk mencatat buku yang bagus. Sehingga kalau ada pitih nanti bisa langsung beli.
bukunya Ayah itu kami dapatkan dengan cepat sekali. Minta tolong sama Mas-Mas di sana. Kami lihat banyak buku baru lho. Hm... saya sengaja cuma bawa dana 50.000 biar tidak habis. Biasalah wiraswasta seperti kita ini pendapatannya tidak tetap. sekali dapat bisa untuk 5 bulan. setelah itu tak dapat apa-apa sampai berbulan-bulan. Maka segala pencatatan pengeluaran saya ketat sekali. Sifat ini warisan Bunda sebenarnya. Tahu tidak sodara-sodara saya lebih mudah minta duit sama Aba dari Bunda. Kalau Aba butuh berapa, langsung di kasih. Tapi sama Bunda. Untuk keperluan apa. penting nggak. hm... bisa lebih kecil tak.
akhirnya saya juga tidak tahan beli buku juga satu yang harganya 32.500. Setelah itu kami malah diskusi mengenai buku-buku itu di tengah ramainya pengunjung. Saling menilai dan merekomendasikan buku ini bagus. ini kekurangnnya ini dan itu. pokoknya kami setengah berdebat. pengunjung yang lain mungkin heran. memangnya sedang ada acara bedah buku.Kami tidak peduli. cuek.
Akhirnya kita diusir secara halus, oleh suara-mbak-mbak Gramedia, bahwa Gramedia segera tutup. Baru saya nyadar saya belum makan malam. Kami Pulang. Macet. Beli Bensin. Makan.Ke rumah Wamdi. (tepatnya rumah Bibinya). sudah jam 10.30 Malam. Tidak Ada orang di rumah. Kami diskusi lagi sampai jam 12 malam.
yang kami diskusikan Buku Totto-Chan. Gadis Cilik di Jendela. kisah Sekolah Tomoe Gosen yang sangat luar biasa. Saya janji nanti saya akan ceritakan. Saya membacanya seringkali berkaca-kaca. (lebih banyak berembunnya, lalu hujan deh) bukan menangis cuma mengeluarkan air mata. sangat Inspiratif, lucu dan polos. (Not Novel, but True Story).
Ok, Sohib sekalian setelah ini kemungkinan saya akan tuliskan Resensi Totto-Chan versi saya sendiri. doakan saya istiqomah menulis untuk saling berbagi. Wassalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar