Bagian ini merupakan kelanjutan dari bab terdahulu dengan judul Orang Hebat Sadar Diri. Sadar diri merupakan the end process dari upaya mengenal diri sendiri. Upaya ini merupakan perbuatan khas manusia. Hanya manusialah yang mempunyai keinginan dan mampu mengenal dirinya sendiri, serta memanfaatkan pengetahuanya itu untuk tujuan pengembangan pribadi. Dalam perspektif psikologis, pengenalan diri berarti pandangan realistis dan objektif seseorang tentang dirinya sendiri. Secara operasional pengenalan diri itu berbentuk usaha-usaha memperluas dan memperdalam kesadaran mengenai berbagai aspek, kesecenderungan, kekhususan diri sendiri dan lingkungannya, seperti kemampuan, sifat, sikap, minat, bakat, motif, pemikiran. perasaan, corak penyesuaian diri, dan makna hidup, baik yang telah teraktualisasi maupun yang masih merupakan potensi (Hanna Djumhana Bastaman, 1996)
Setiap orang, setiap saat, punya kesempatan untuk selalu mengenal dirinya, memperbaiki dirinya, dan menjadikan dirinya selalu baru - "A New Me." Pertama, melalui serangkaian aktivitas teratur secara individual berupa solo training atau sering dibahasakan sebagai self assessment. Aktivitasnya berupa perenungan secara mendalam tentang diri kita melalui aktivitas meditasi, bertafakur, i'tikaf, bertapa, retreat bagi kaum nasrani, dan sejenisnya. Orang hebat sering melakukan ini. Aktivitas yang tepat dibahasakan sebagai muhasabah an-nafsi. Caranya mudah: Luangkan waktu sejenak - dalam hening dan tenang. Hentikan aktivitas fisik. Pusatkan konsentrasi. Lalu mulailah latihan menganalisis diri sendiri, meninjau keadaan lingkungan, merenungkan kehidupan dan pengalaman-pengalaman pribadi, serta membuat rencana-rencana. Rangkaian aktivitas itu ditutup dengan komitmen pelaksanaan rencana.
Hari ini adalah komitmen hari kemarin. Hari esok adalah komitmen hari ini.
Orang hebat selalu memenuhi komitmennya.
- Danang A. Akbarona -
Yang kedua, selain merenung dalam ruang-ruang kesendirian dan keheningan, setiap orang berkesempatan hadir dalam ruang interaksi dengan orang lain. Bentukya bisa bermacam-macam: aktivitas organisasi, kerjasama, kerja profesional, pertemanan, dan lain-lain. Ruang ini bisa juga dimanfaatkan sebagai sarana mengenali diri - mengenal diri dengan cara membuka diri kepada orang lain. Dalam "Konsep Diri" dikenal tiga konsep aku, yakni: aku diri, aku sosial, dan aku ideal. Proses pengenalan diri dalam ruang-ruang kesendirian menghasilkan aku diri. Sementara proses pengenalan diri dalam ruang interaksi kita menghasilkan aku sosial. Keduanya saling pintal-memintal dengan aku ideal membentuk kosep diri seseorang.
Orang hebat, dalam rangka mengenal dirinya lebih dalam, membuka dirinya kepada orang lain. Orang hebat selalu berharap evaluasi orang lain, mengetahui penilaian orang lain, dan mendengar masukan dan apresiasi orang lain - dalam ruang interaksi sosialnya. Inilah bentuk perluasan kesadaran diri yang terjadi karena interaksi sosial seseorang. Atas dasar pemahaman terakhir, Luft dan Ingham, pakar psikologi kenamaan, mengemukakan prinsip Johari Window-nya. Prinsip Johari Window digambarkan sebagai sebuah bujur sangkar dengan empat kuadran yang menunjukkan daerah kepribadian seseorang.
Kuadran I disebut "Daerah Terbuka" (open area). Daerah ini mencakup hal-hal yang saya ketahui tentang diri saya dan juga diketahui oleh orang lain. Misalnya, saya mengetahui dan sadar bahwa saya pandai berorasi, dan orang-orang sekitar saya pun tahu bahwa saya pandai berorasi.
Kuadran II disebut "Daerah Buta" (blind area). Daerah ini mencakup hal-hal tentang diri saya yang tidak saya ketahui, tetapi orang disekitar saya mengetahuinya. Misalnya, saya tidak tahu dan tidak sadar bahwa kalau saya menanggapi pembicaraan orang lain sering menyakitkan hati, tetapi hal itu diketahui orang lain.
Kuadran III disebut "Daerah tertutup" (hidden area). Daerah ini mencakup hal-hal yang saya ketahui tentang diri saya, tetapi orang lain tidak mengetahuinya. Misalnya, saya mengetahui dan menyadari bahwa saya mempunyai suara merdu, tetapi orang lain di sekitar saya tidak mengetahui bahwa saya pandai menyanyi. Hal ini terjadi karena saya belum memberitahu mereka dan bernyayi di depan mereka.
Kuadran IV disebut "Daerah Gelap" (dark area). Daerah ini menacakup segala sesuatu tentang diri saya yang tidak saya ketahui dan juga tidak diketahui orang lain. Daerah ini sangat luas, mencakup potensi-potensi yang tak disadari (unconscious), tetapi pada suatu saat - biasanya dalam keadaan darurat - akan terungkap. Misalnya, dalam keadaan rumahnya terbakar kadang-kadang seorang pemilik rumah dapat mengangkat barang-barang yang dalam keadaan normal mungkin tak terangkat kerena beratnya.
Orang hebat melatih dirinya untuk memperluas Kuadran I dengan jalan memperkecil Kuadran II dan Kuadran III. Untuk memperluas Kuadran I diperlukan kesediaan untuk membuka diri (self disclosure) dan memberikan umpan balik (giving feedback) kepada orang lain. Orang hebat bersedia dan berani mengungkapkan secara sukarela segala sesuatu mengenai dirinya yang mungkin tidak diketahui orang lain. Usaha ini akan memperkecil Kuadran II. Demikian juga, orang hebat bersedia secara sukarela dan senang hati menerima umpan balik dari orang lain berupa tanggapan, kesan, pendapat, saran-saran yang bermanfaat dalam memperluas pengenalan dan kesadaran dirinya. Upaya ini akan memperluas Kuadran I dan, pada saat yang bersamaan, memperkecil Kuadran III. Sehubungan dengan itu diasumsikan bahwa Kuadran IV secara tak langsung turut menyempit dengan meluasnya Kuadran I.
Keterbukaan adalah kunci kesuksesan mengenali diri dan diri-diri orang lain. Orang hebat selalu menciptakan lingkungan sosial yang penuh dengan keterbukaan, kejujuran, dan saling percaya. Diawali dengan membuka diri kepada orang lain, menaruh kepercayaan pada orang lain, maka orang lain akan berlaku sama. Dengan demikian diharapkan akan muncul pandangan yang lebih objektif dan realistis atas diri sendiri untuk perubahan dan perbaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar