Kamis, September 04, 2008

MENJAGA KEBERSIHAN, KEINDAHAN DAN KETERTIBAN (K3)

بسم الله الرحمن الرحيم

1) Secara bahasa fiqh (الفقه) berari الفهم/memahami sesuatu. Seperti: فقه الدعوة, memahami persoalan-persoalan dakwah; فقه النساء, memahami masalah-masalah kaum perempuan; فقه الإختلاف, memahami persoalan-persoalan perbedaan pendapat; فقه الأوليات, memahami skala prioritas (dalam berda’wah), dan sebagainya.

Secara istilah, fiqh ini diartikan:

اَلْعِلْمُ بِالأَحْكَامِ الشَّرْعِيَّةِ اَلْعَمَلِيَّةِ اَلْمُكْتَسَبِ مِنْ أَدِلَّتِهَا التَّفْصِيْلِيَّةِ.

“Pengetahuan tentang hukum-hukum syar’iyyah yang bersifat amaliyyah yang diambil dari dalilnya yang bersifat tafsil/rinci.”

Misalnya tentang rukun wudlu, tentang thalaq 3 kali dalam satu majelis/tempat, dan sebagainya.

2) Fiqh lingkungan (فقه البيئة à fiqh bi’ah). Artinya adalah fiqh dalam rangka memahami lingkungan, baik lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan, lingkungan pendidikan, maupun lingkungan alam. Contoh lingkungan keluarga dan pergaulan.

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: أَرْبَعٌ مِنْ سَعَادَةِ الْمَرْءِ؛ أَنْ تَكُوْنَ زَوْجَتُهُ صَالِحَةً، وَأَوْلاَدُهُ أَبْرَارًا، وَخُلَطَاؤُهُ صَالِحِيْنَ، وَأَنْ يَكُوْنَ رِزْقُهُ فيِ بَلَدِهِ. {رواه الديلمي}.

“Rasulullah Saw. bersabda: “Empat macam kebahagiaan seseorang: (Memiliki) isteri atau suami yang shalih dan shalihah, anak yang baik (shaleh), (teman dekat) dan lingkungan pergaulannya adalah orang-orang shaleh, serta rizkinya (tempat bekerja) berada di negaranya sendiri.” (HR. Ad-Daelamiey).

Berikut ini hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan alam. Misalnya tumbuh-tumbuhan, hewan, air, dan lain-lain.

a) Setiap orang diperintahkan untuk menjaga dan memelihara lingkungan. Karena hal ini merupakan bagian dari iman. Merusak lingkungan dengan merusak tanaman misalnya, dianggap perbuatan orang munafiq yang dibenci oleh Allah SWT. Perhatikan QS. Al-Baqarah: 205 dan QS. Al-Qashash: 77.

قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَإِذَا تَوَلَّى سَعَى فيِ الأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ وَاللهُ لاَ يُحِبُّ الْفَسَادَ. {البقرة : 205}.

Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.” (QS. Al-Baqarah: 205).

قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلاَ تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللهُ إِلَيْكَ وَلاَ تَبْغِ الْفَسَادَ فيِ الأَرْضِ إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ. {القصص : 77}.

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash: 77).

b) Membuang duri, sampah atau kotoran secara sembarangan, dipandang sebagai dosa atau kesalahan. Sebaliknya, membersihkannya adalah bagian dari shadaqah dan bukti dari keimanan.

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: كُلُّ سُلاَمِيْ مِنَ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيْهِ الشَّمْسُ: تَعْدِلُ بَيْنَ اثْنَيْنِ صَدَقَةٌ وَتُعِيْنُ الرَّجُلَ فيِ دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ، وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ، وِبِكُلِّ خَطْوَةٍ تَمْشِيْهَا إِلَى الصَّلاَةِ صَدَقَةٌ، وَتُمِيْطُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ صَدَقَةٌ. {رواه البخاري ومسلم}.

“Rasulullah Saw. bersabda: “Tiap anggota badan dari manusia wajib baginya shadaqah. Setiap hari matahari selalu terbit: engkau damaikan dua orang (yang berselisih) itu adalah shadaqah dan menolong orang yang mengalami kesusahan dalam kendaraannya adalah shadaqah; engkau membawanya, engkau mengangkat barang-barangnya ke atas kendaraannya juga merupakan shadaqah. Perkataan yang baik adalah shadaqah, dan setiap langkah untuk melakukan shalat adalah shadaqah. Dan menyingkirkan duri, kotoran, sampah atau rintangan dari jalan adalah shadaqah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

c) Kaum muslimin diperintahkan untuk berlaku ihsan atau berbuat baik dalam segala hal, termasuk terhadap binatang. Misalnya berbuat ihsan ketika menyembelih atau membunuhnya.

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: إِنَّ اللهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ، فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوْا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوْا الذِّبْحَةَ، وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ وَلْيُرِحْ ذَبِيْحَتَهُ. {رواه مسلم}.

“Rasulullah Saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT memerintahkan untuk berbuat baik pada segala sesuatu. Jika kamu membunuh, maka bunuhlah dengan cara yang baik, dan jika kamu menyembelih (binatang), maka sembelihlah dengan cara yang baik. Dan hendaklah engkau menajamkan pisaumu dan menenangkan (ketika menyembelih) hewan sembelihan itu.” (HR. Muslim).

Membiarkan mati binatang yang tidak berbahaya dengan sengaja, seperti kucing, termasuk perbuatan dosa.

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: دَخَلَتِ امْرَءِةٌ النَّارَ فيِ هِرَّةٍ، رَبَطَتْهَا وَلَمْ تُطْعِمْهَاوَلَمْ تَدَعْهَاتَأْكُلُ مِنْ خَشَاشِ الأَرْضِ حَتَّى مَاتَتْ. {رواه أحمد والنسائي}.

“Rasulullah Saw. bersabda: “Seorang wanita telah di masukkan ke dalam neraka, disebabkan seekor kucing. Kucing itu ia ikat dan tidak diberinya makan, dan juga tidak membiarkannya untuk memakan sendiri serangga/rumput-rumputan, sehingga kucing itu mati.” (HR. Ahmad dan Nasa’i).

3) Kerusakan alam atau lingkungan à Kemudlorotan, bahkan juga kefakiran dan kemiskinan à Perilaku manusia yang mencerminkan Kufur nikmat

Tama’/rakus

Tidak taat pada aturan

Kebodohan

قَالَ اللهُ تَعَالَى: ظَهَرَ الْفَسَادُ فيِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ. {الروم: 41}.

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum: 41).

قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَضَرَبَ اللهُ مَثَلاً قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللهِ فَأَذَاقَهَا اللهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ. {النحل: 112}.

“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat.” (QS. An-Nahl: 112).

قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَلَمْ تَرَوْا أَنَّ اللهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَا فيِ السَّمَاوَاتِ وَمَا فيِ الأَرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُجَادِلُ فيِ اللهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَلاَ هُدًى وَلاَ كِتَابٍ مُنِيرٍ. {لقمان: 20}.

“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.” (QS. Luqman: 20).

à Kufur nikmat Tidak dimanfaatkan dengan baik

Tidak dimanfaatkan untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat banyak

Tidak dipergunakan sebagai sarana ibadah

Memanfaatkan tidak sesuai dengan aturan Allah dan manusia

Tidak mempergunakan petunjuk dari Allah SWT.

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: إِيَّاكُمْ وَالطَّمَعَ فَإِنَّهُ الْفَقْرُ الْحَاضِرُ. {رواه الطبراني}.

“Rasulullah Saw. bersabda: “Jauhilah oleh kalian sifat tamak/rakus, karena sesungguhnya tamak dan rakus itu penyebab kefakiran yang nyata.” (HR. Thabrani).

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: إيَّاكُمْ وَالْكِبْرَ فَإِنَّ إِبْلِيْسَ حَمَلَهُ الْكِبْرُ عَلَى أَنْ لاَيَسْجُدَ لآدَمَ وَإِيَّاكُمْ وَالْحِرْصَ فَإِنَّ آدَمَ حَمَلَهُ الْحِرْصُ عَلَى أَنْ أَكَلَ مِنَ الشَّجَرَةِ وَإِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ ابْنِىْ آدَمَ إِنَّمَا قَتَلَ أَحَدُهُمَا صَاحِبَهُ حَسَدًا فَهُنَّ أَصْلُ كُلِّ خَطِيْئَةٍ. {رواه ابن عساكر عن ابن مسعود}.

“Rasulullah Saw. bersabda: “Jauhilah oleh kalian (sifat) sombong. Sesungguhnya Iblis tidak mau sujud pada Nabi Adam, karena (sifat) sombong yang dimilikinya. Jauhilah (sifat) rakus. Karena sifat rakus (karena godaan syaithan) inilah, maka Nabi Adam memakan buah (khuldi yang terlarang) itu. Jauhilah (sifat) iri (hasad) dan dengki, sebab kedua anak Adam (Habil dan Qabil) saling membunuh diantara keduanya, dikarenakan sifat iri (hasad) dan dengki. Maka semua sifat tersebut merupakan sumber dari perbuatan dosa.” (HR. Ibn ‘Asakir dari Ibn Mas’ud).

à Tiga sifat yang merusak Takabbur/sombong

Rakus/tamak

Hasad/dengki

à Keberkahan hidup, baik secara pribadi, umat dan bangsa à Iman, taqwa, tidak israf (tidak berlebih-lebih).

قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ. {الأعراف: 96}.

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A'raf: 96).

قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلاَ تُسْرِفُوا إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ. {الأعراف: 31}.

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. Al-A'raf: 31).

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: الإِقْتِصَادُ فيِ النَّفَقَةِ نِصْفُ الْمَعِيْشَةِ وَالتَّوَدُّدُ إِلَى النَّاسِ نِصْفُ الْعَقْلِ وَحُسْنُ السُّؤَالِ نِصْفُ الْعِلْمِ. {رواه الطبراني عن ابن عمر}.

“Rasulullah Saw. bersabda: “Ekonomis (sederhana dan sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan) dalam belanja, merupakan separuh dari penghidupan, mencintai sesama manusia, merupakan setengah dari akal (kecerdasan), dan bertanya (pada sesuatu yang tidak diketahui) secara baik, merupakan separuh dari ilmu pengetahuan.” (HR. Thabrani dari ibn Umar).

Bahaya KKN dan penanggulangannya


بسم الله الرحمن الرحيم

Semakin diteliti, dikaji dan diinvestigasi ternyata semakin jelas bahwa perbuatan korupsi di negara kita telah masuk ke hampir seluruh struktur kehidupan bangsa dan negara. Sebagai contoh, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) baru-baru ini telah menemukan adanya 14 transaksi mencurigakan yang diduga hasil penjualan kayu dari tindakan pembalakan liar (illegal logging). Sepuluh dari 14 transaksi tersebut melibatkan oknum anggota kepolisian, TNI, dan warga sipil.

Sementara itu, Tim Pemburu Koruptor telusuri praktik pencucian uang (money loundring) di SWISS yang dilakukan oleh seorang mantan direktur utama sebuah Bank Pemerintah (Republika, 03 Maret 2006). Yang cukup mengejutkan ternyata kasus impor beras dari beberapa negara exportir, ditengarai adanya indikasi kuat mark up dalam penentuan harga belinya. Padahal beras merupakan salah satu kebutuhan pokok dari masyarakat kita. Bahkan untuk menentukan apakah persediaan beras itu mencukupi sehingga tidak perlu impor atau perlu impor ternyata juga sarat dengan intrik-intrik politik cari keuntungan pribadi dan kelompok (baca: korupsi). Hampir semua BUMN dan Departemen pun ditengarai adanya praktek korupsi yang sangat merugikan negara dalam jumlah yang sangat besar.

Meskipun Jaksa Agung dan Kapolri beserta jajarannya sudah memperlihatkan kerja keras untuk memberantas korupsi, namun efek jeranya belum kelihatan nyata, karena begitu banyak dan kompleksnya perbuatan jahat ini. Nampaknya gerakan bersama perlu dilakukan secara terus-menerus dan diperbesar jaringan serta gelombangnya agar korupsi benar-benar dianggap sebagai musuh utama bangsa sekaligus musuh bersama. Masyarakat menjadi jijik dan alergi dengan perilaku korup sekaligus membenci koruptor dengan kebencian yang total.

Karena derivasi atau turunan dari korupsi ini akan menyebabkan kerusakan akhlaq, moral, kehancuran ekonomi, pendidikan, budaya, dan tetanan kehidupan lainnya. Dalam sebuah hadits riwayat Imam Turmudzi, Rasulullah Saw. bersabda:

قَالَ رَسُوْلُ اللهُ s: كُلُّ لَحْمٍ نَبَتَ مِنَ الْحَرَامِ فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِ. {رواه الترمذي}.

“Setiap daging yang tumbuh dari barang haram, maka neraka lebih utama baginya.” (HR. Tirmidzi).

Artinya mengkonsumsi makanan hasil korupsi (haram), akan mendorong para perilaku buruk yang menghancurkan, di dunia ini maupun di akhirat nanti. Bahkan perbuatan-perbuatan yang dianggap baik pun, jika dihasilkan melalui korupsi tidak akan diterima oleh Allah SWT, seperti infaq dan shadaqah (HR. Imam Muslim), ibadah haji yang dilakukan (HR. Imam Ahmad), juga do’a yang dipanjatkan akan ditolak oleh Allah SWT (HR. Imam Muslim).

Perbuatan Fasad dan Khianat

Dalam perspektif ajaran Islam, korupsi termasuk kategori perbuatan fasad dan khianat yakni perbuatan yang merusak tatanan kehidupan yang pelakunya dikategorikan melakukan jinayah kubro (dosa besar) yang hukumnya harus dibunuh atau disalib atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan cara menyilang (tangan kanan dengan kaki kiri atau tangan kiri dengan kaki kanan) atau diusir. Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam QS. Al-Maidah (5): 33.

قَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّمَا جَزَاءُ الَّذِينَ يُحَارِبُونَ اللهَ وَرَسُولَهُ وَيَسْعَوْنَ في الأَرْضِ فَسَادًا أَنْ يُقَتَّلُوا أَوْ يُصَلَّبُوا أَوْ تُقَطَّعَ أَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ مِنْ خِلاَفٍ أَوْ يُنْفَوْا مِنَ الأَرْضِ ذَلِكَ لَهُمْ خِزْيٌ فيِ الدُّنْيَا وَلَهُمْ فيِ الآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ. {المائدة : 33}.

“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka (dengan menyilang) atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar”. (QS. Al-Maidah: 33).

Muhammad Ali As-Shabuni, dalam Rawaa’iul Bayan (Jilid I, hal. 546) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan al-fasad yaitu segala perbuatan yang menyebabkan hancurnya kemaslahatan dan kemanfaatan hidup, seperti membuat teror yang menyebabkan orang takut, membunuh, melukai dan mengambil atau merampas harta orang lain. Karena itu, berdasarkan pendapat tersebut, korupsi sama buruk dan jahatnya dengan terorisme. Yang aneh, banyak kalangan tidak menyadarinya seolah-olah korupsi itu dianggap perbuatan kriminal biasa, bahkan sering dianggap perbuatan yang wajar. Tentu pendapat ini perlu ditolak dan dinafikkan, sehingga perang melawan korupsi harus senyaring dan sekeras perang melawan terorisme. Kedua-duanya sangat membahayakan eksistensi dan keutuhan masyarakat dan bangsa.

Demikian pula jika seorang koruptor meninggal dunia, seyogianya jenazahnya tidak perlu disalatkan oleh kaum muslimin sebelum harta hasil korupsinya itu dijamin akan dikembalikan oleh ahli warisnya kepada negara. Hal ini dianalogikan dengan orang yang meninggal dunia dalam keadaan masih memiliki utang, yang tidak boleh disalatkan sebelum ada keluarga yang bersedia menjaminnya. Jika tidak, maka kelak di alam kuburnya akan terombang-ambing. Dalam sebuah hadis riwayat Imam Tirmidzi dari Abi Hurairah, Rasulullah saw bersabda: “Nyawa seorang mukmin (di alam kuburnya) diombang-ambingkan, sehingga utangnya dibayarkan oleh ahli warisnya”. Meskipun demikian, terdapat pula pendapat beberapa ulama yang mengharuskan menyalatkan setiap muslim meskipun melakukan berbagai macam dosa dan kesalahan (Fiqhussunnah, Juz IV, hal. 104-105). Tetapi Rasulullah sendiri pernah melarang menyalatkan orang yang memiliki utang, sehingga utangnya itu dibayarkan (Fiqhussunnah, Juz IV, hal. 104-105).

Langkah Menumpas Korupsi

Secara jujur harus diakui, memberantas korupsi (terutama korupsi kelas kakap) di Indonesia terasa sangat sulit, karena di samping sudah mengguritanya perbuatan terkutuk ini, seperti tersebut di atas juga karena masih belum kuatnya komitmen dan reaksi nyata dari pemerintah untuk menumpasnya. Hampir semua kasus mega korupsi selalu menguap tanpa alasan yang jelas dan tanpa memperhatikan rasa keadilan masyarakat. Meskipun demikian, bukan berarti korupsi itu boleh dibiarkan atau bahkan dianggap perbuatan yang wajar. Sebab jika hal itu yang terjadi, maka kehancuran bangsa dan negara ini hanyalah tinggal menunggu waktu. Karena itu, diperlukan kesungguhan , kerja keras, dan kebersamaan semua elemen masyarakat yang masih memiliki nurani untuk memperbaiki bangsa dengan bukti nyata dan bukan dengan janji serta omongan kosong.

Pertama, semua pimpinan parpol dan organisasi massa (terutama yang berbasiskan ajaran Islam) harus membuktikan dirinya bahwa mereka itu bersih dan tidak korup, baik terhadap harta negara maupun terhadap harta organisasinya. Demikian pula mereka yang mendapatkan amanah sebagai pejabat eksekutif, legislatif maupun yudikatif harus memiliki keberanian untuk menyatakan kepada khalayak bahwa harta yang dimilikinya adalah benar-benar bukan hasil korupsi. Misalnya, rumah dan kendaraan mewah, atau harta lainnya, harus siap untuk diaudit dengan auditor publik yang netral. Alangkah idealnya jika saat ini mereka benar-benar mempunyai keberanian untuk melakukannya. Mulailah dari diri kita sebelum pada orang lain. Seperti sabda Rasulullah Saw.: “Ibda binnafsik (mulailah dari diri anda sendiri).

Kedua, harus ditumbuhkan keberanian masyarakat untuk ikut aktif dalam mengawasi perilaku para pejabat, apalagi jika diduga pejabat yang bersangkutan memiliki harta yang banyak dengan cara-cara yang tidak wajar. Komponen generasi muda yang dianggap masih memiliki idealisme dan kejujuran yang tinggi, seperti pelajar dan mahasiswa, harus didorong untuk memiliki keberanian tersebut.

Ketiga, para koruptor harus dihukum dengan hukuman yang seberat-beratnya secara terbuka dan transparan, agar menjadi sebuah shocked therapy bagi mereka yang memiliki keinginan melakukan hal serupa.

Keempat, para calon pejabat publik harus memiliki keberanian menjelaskan asal-usul hartanya kepada masyarakat. Dan jika telah menjadi pejabat, mereka siap melaporkannya kembali dalam waktu yang rutin, misalnya enam bulan sekali.

Tentu masih banyak cara lain yang lebih efektif untuk menumpas perbuatan korupsi yang sangat membahayakan ini. Namun yang penting, semua pihak harus memiliki niat dan keinginan yang kuat untuk segera memotong habis perbuatan ini sampai ke akar-akarnya. Jangan sampai terwariskan kepada generasi mendatang..

Hakekat ibadah


بسم الله الرحمن الرحيم

Bagaimana ibadah yang kita lakukan bisa membawa pengaruh dalam kehidupan seorang muslim :

1. Merasakan Nikmat Allah SWT yang begitu banyak diberikan kepada hambannya

2. Merasakan keagungan dan kebesaraan Allah SWT melalui ciptaan-Nya dilangit dan dibumi

3. Mampu merendahkan diri di hadapan Allah SWT dengan menghilangkan segala kesombongan yang melekat didalam diri.

4. Menghadirkan hati bahwa Allah SWT melihat apa yang kita lakukan

5. Jadikan ibadah itu seolah-olah ibadah terakhir yang kita lakukan

à Ibadah dengan akhlaq/perilaku keseharian, merupakan dua hal yang menyatu dan tidak terpisahkan.

وَاسْتَعِيْنُوْا بالصَّبْرِ وَالصَّلوةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ إِلاَّ عَلَىالْخَاشِعِيْنَ (45) اَلَّذِيْنَ يَظُنُّوْنَ أَنَّهُمْ مُّلقُوْا رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (46). {البقرة : 45-46}.

“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu` (45) (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya (46")”. (QS. Al-Baqarah : 45-46).

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ (1) اَلَّذِيْنَ هُمْ فِيْ صَلاَتِهِمْ خَاشِعُوْنَ (2) وَالَّذِيْنَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ (3) وَالَّذِيْنَ هُمْ لِلزَّكَوةِ فَاعِلُوْنَ (4) وَالَّذِيْنَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ (5). {المؤمنون : 1-5}.

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman (1) (yaitu) orang-orang yang khusyu` dalam shalatnya (2) dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna (3) dan orang-orang yang menunaikan zakat (4) dan orang-orang yang menjaga kemaluannya (5)”. (QS. Al-Mukminun : 1-5).

يَآأَيُّهَاالَّذِيْنَ ءَامَنُوْا ارْكَعُوْا وَاسْجُدُوْا وَاعْبُدُوْا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوْا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. {الحجّ :77}.

“Hai orang-orang yang beriman, ruku`lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan”. (QS. Al-Hajj : 77).

وِعِبَادُ الرَّحْمنِ الَّذِيْنَ يَمْشُونَ عَلَى الأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُوْنَ قَالُوْا سَلاَمًا (63) وَالَّذِيْنَ يَبِيْتُوْنَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا (64) وَالَّذِيْنَ يَقُوْلُونَ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا (65) إِنَّهَا سَآءَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا (77). {الفرقان : 63-66}.

“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik (63) Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka (64) Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, jauhkan azab Jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal" (65) Sesungguhnya Jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman (66)”. (QS. Al-Furqan : 63-66).

يَآبُنَيَّ أَقِمِ الصَّلوةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَآأَصَابَكَ إِنَّ ذلِكَ مِنْ عَزْمِ الأُمُوْرِ (17) وَلاَتُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلاَتَمْشِ فِيْ الأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللهَ لاَيُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (18) وَاقْصِدْ فيْ مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيْرَ (19). {لقمان : 17-19}.

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah) (17) Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri (18) Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai (19)”. (QS. Luqman : 17-19).

Istiqomah dalam hidayah


بسم الله الرحمن الرحيم

1. Hidayah (iman dan Islam) serta istiqomah didalamnya merupakan sesuatu yang sangat penting, mahal dan menentukan (kebahagiaan dan keselamatan). Salah satu hikmah surat الفاتحة dijadikan rukun shalat karena salah satu ayatnya à permohonan hidayah.

اِهْـدِناَ الصِّـرَاطَ اْلمُسْتَقِيْمِ ß ثَبِّتناَ عَلى دِيْنِ الإِسْلاَمِ

Al-Fatihah àالسـبع المـثانى (tujuh ayat yang diulang-ulang).

وَلَقَدْ آتَيْناَكَ سَبْعاً مِّنَ اْلمَثَانِى وَالْقُرْآنَ الْعَظِيْمَ. {الحجر : 87}.

2. Hidayah à mahal à Rasulullah Saw. tidak mampu memberi hidayah kepada pamannya (Abu Thalib).

إِنَّكَ لاَتَهْدِى مَنْ أَحْبَبْتَ وَلكِنَّ الله يَهْدِي مَنْ يَشَآء وَهُوَ أَعْلَمُ بِاْلمُهْتَدِيْنَ. {القصص : 56}.

3. Hidayah à akan diberikan Allah SWT à kepada orang-orang yang sungguh-sungguh ingin mendapatkannya (al-Mujahadah).

وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْناَ لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللهَ لَمَعَ اْلمُحْسِنِيْنَ.{العنكبوت : 69}.

4. Salah satu ciri utama orang mendapat hidayah, adalah mempunyai keinginan kuat melaksanakan ajaran Islam.

فَمَنْ يُرِدِ اللهُ أَنْ يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلإِسْلاَمِ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنمَّاَ يَصَّعَّدُ فِىالسَّمَآءِ كَذلِكَ يَجْعَلُ اللهِ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِيْنَ لاَيُؤْمِنُوْنَ. {الأنعام : 125}.

5. Salah satu do’a penting yang dimohonkan oleh orang-orang yang berilmu, adalah diluruskan hatinya istiqomah dalam hidayah Allah SWT.

1. هُوَ الَّذِيْ أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٍ مُّحْكَمَاتٍ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ, فَأَمَّاالَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُوْنَ مَاتَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَآءَ الْفِتْـنَةِ وَابْتِغَآءَ تَأْوِيْلِهِ وَمَايَعْلَمُ تَأْوِيْلَهُ إِلاَّ اللهُ وَالرَّاسِخُوْنَ فِى اْلعِلْمِ يَقُوْلُوْنَ آمَنَّابِهِ كُلُّ مِّنْ عِنْدِ رَبِّنَا وَمَايَذَّكَّرُ إِلاَّ أُوْلُوا اْلأَلْبَابِ (7) رَبَّنَا لاَتُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ (8). {ال عمران : 7-8}.

2. قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: اَلْعِلْمُ عِلْمَانِ: عِلْمٌ فِى اْلقَلْبِ فَذلِكَ الْعِلْمُ النَّافِعِ وَعِلْمٌ عَلىَ اللِّسَانِ فَذَلكَ حُجَّةُ اللهِ عَلىَ ابْنِ آدَمَ. {رواه الخطيب عن جابر}.

Timbulnya kelompok orang yang dianggap mempunyai ilmu (cendekiawan) yang sering berpendapat janggal dan aneh serta meresahkan masyarakat, bukti dari mahalnya hidayah à ilmu yang menghasilkan kemampuan berdalil saja à tetapi tidak menghasilkan keyakinan yang mendalam dan amal shaleh yang bermanfaat, misalnya: Orang yang berpendapat (pendapat yang sangat berbahaya dan merusak).

a. Semua agama sama à QS. 2 : 62 QS. 22 : 17.

QS. 3 : 19, QS. 3 : 83. QS. 3 : 85.

b. Boleh kawin berbeda agama à QS. 2 : 221. QS. 5 : 5, beberapa hadits Nabi.

c. Tidak ada istilah murtad, kafir, musyrik dalam Al-Qur’an (padahal semuanya ada : QS. 2 : 217. QS. 98 : 1 dan masih banyak ayat dan hadits lain). Perhatikan pula Q.S. 2 : 120.

Hikmah dibalik musibah

بسم الله الرحمن الرحيم

1. Musibah sering didefinisikan dengan

كُلُّ مَا سَا ءَ الْمُؤْ مِنُ فَهُوَ مُصِيْبَةٌ

"Segala sesuatu yang membuat terkejut/sakit (fhisik, hati, pikiran) adalah musibah"

Sedangkan fitnah yang sering diartikan ujian bisa dalam bentuk hal-hal yang dianggap tidak menyenangkan seperti pengertian musibah, bisa juga dalam bentuk sesuatu yang menyenangkan, seperti materi, jabatan dan kedudukan maupun yang lainnya. Firman Allah dalam QS. Al-Anbiya ayat 35 dan QS. Al-Anfal ayat 25.

قَالَ اللهُ تَعَالَى: كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ. {الأنبياء : 35}.

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan." (QS. Al-Anbiya: 35).

قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَاتَّقُوا فِتْنَةً لاَ تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ. {الأنفال : 25}.

"Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya." (QS. Al-Anfal: 25).

2. Musibah bisa dalam bentuk fhisik, materi/harta, perasaan bahkan juga agama /keyakinan; bisa juga bersifat individual bisa pula bersifat menyeluruh/bangsa.

قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأَمْوَالِ وَالأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ. {البقرة : 155}.

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakuta, kelaparan, kekurangan harta, jira dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar". (QS. Al baqarah: 155).

قال رسول الله s : ... وَ لاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَناَ فيِ دِيْنِناَ وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنيْاَ أَكْبَرَ هَمِّناَ وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْناَ مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا. .. {رواه الترمذى}.

"Dan janganlah Kau (Ya Allah) menjadikan musibah pada agama kami, dan janganlah Kamu menjadikan dunia sebagai tujuan terbesar kami dan sebagai puncak pengetahuan kami dan janganlah Kamu memberikan kekuasaan kepada kami orang yang tidak menyayangi kami." (HR. Tirmidzi).

3. Pelajaran/Hikmah dari Musibah

a. Peringatan dari Allah SWT karena banyaknya perilaku yang merusak yang dilakukan manusia (merusak akhlak, moral, pergaulan, lingkungan, dsb).

ظَهَرَ الْفَسَادُ فيِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ. {الروم : 41}

"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari mereka (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)". (QS. Ar rum: 41).

قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ (30) وَمَا أَنْتُمْ بِمُعْجِزِينَ فيِ الأَرْضِ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا نَصِيرٍ (31) . {الشورى : 30-31}

"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu) (30). Dan kamu tidak dapat melepaskan diri (dari adzab Allah) di muka bumi, dan kamu tidak memperoleh seorang pelindungpun dan tidak pula seorang penolongselain Allah"(31). (QS. Asy-Syuura: 30-31).

Dengan musibah tersebut diharapkan à manusia akan menyadari kekeliruannya dan memperbaiki prilakunya.

b. Ujian keimanan/kesabaran, sekaligus membersihkan dosa, mengangkat harkat derajat sesorang/sekelompok.

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s : أَ شَدُّ النَّاسِ بَلاَ ءً اْلاَنْبِيَاءُ ثُمَّ اْلاَ مْثَلُ فَا اْلاَ مْثَلُ يُبْتَلَ ألرَّ جُلُ عَلَى حَسْبِ دِيْنِهِ : فَإِنْ كَانَ فيِ دِيْنِهِ صُلْبًا أَ شَدَّ بَلاَ ءَهُ، وَإِنْ كَانَ فيِ دِيْنِهِ رَقَّةً اُبْتُلِيَ عَلَى قَدْرِ دِيْنِهِ، فَمَا يَبْرَ حُ الْبَلاَ ءُ بِا لْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى اْلاَ رْضِ، وَمَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ . {رواه البخارى عن مسعود}

"Orang-orang yang paling banyak musibahnya ialah para Nabi, kemudian orang-orang yang berada di bawah mereka demikianlah seterusnya; seseorang itu diuji dengan musibah sesuai dengan ukuran agamanya. Apabila seseorang agamanya kuat, maka kuat pula ujian musibah yang menimpanya; dan apabila agamanya lemah, maka ia pun diuji dengan musibah yang sesuai dengan kadar agamanya. Musibah itu tetap terus mengincar hamba Allah, dan baru ia meninggalkannya (berjalan bebas) di muka bumi ini, manakala dosa-dosanya sudah habis (terkikis oleh musibah)." (HR. Bukhari dari Sa'ad).

Musibah ini sering terjadi menimpa pada orang-orang yang baik, saleh seperti para Nabi, Salafus-Sholeh, Ulama dan orang-orang yang sungguh-sungguh beriman à Musibah bisa diartikan salah satu bentuk kasih sayang dari Allah.

Semua musibah tersebut harus disikapi dengan sabar, tabah, ulet dan tahan uji serta sikap muhasabah/introspeksi.

قَالَ اللهُ تَعَالَى: الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا للهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (157). {البقرة : 156- 157 }

"(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun (156) Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk (157)." (QS. Al-Baqarah: 156-157).

Perbuatan-perbuatan yang mengundang musibah

1. Mendustakan ayat-ayat Allah

Mendustakan ayat-ayat Allah merupakan salah satu dosa yang mengundang bencana dan musibah:

قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ. {الاعراف : 96}

"Jika kalau sekiranya penduduk statu negeri senantiasa beriman dan bertaqwa, pastilah akan Kami akan limpahkan bagi mereka pintu keberkatan dari langit dan bumi, namun apabila mereka mendustakan (ayat-ayat) Kami, maka Kami akan menyiksa mereka karena tingkah laku mereka itu." (QS. Al-A'raf: 96).

2. Kufur Nikmat

Kufur terhadap nikmat Allah akan mengundang adzab yang sangat dahsyat dari Allah SWT:

قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ. {إبراهيم : 7}.

"Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan: sungguh jika kamu mensyukuri nikmat-Ku, niscaya Aku akan tambah (nikmat) padamu, dan jika kamu kufur pada nikmat yang Aku berikan, niscaya adzab-Ku sangat dahsyat." (QS. Ibrahim: 7).

Kufur nikmat artinya semakin banyak nikmat Allah yang diterima semakin jauh pula dia dari Allah, kufur nikmat artinya juga mempergunakan nikmat pemberian Allah untuk kepuasan hawa nafsu, bukan buat hal-hal yang diridhai-Nya.

Al-Qur'an menggambarkan suatu negeri yang penuh dengan nikmat-Nya, akan tetapi karena penduduk negeri tersebut kufur terhadap nikmat Allah, maka negeri itupun akhirnya ditimpa bencana dan musibah:

قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَضَرَبَ اللهُ مَثَلاَ قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللهِ فَأَذَاقَهَا اللهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ . {النحل : 112}

"Dan Allah telah membuat suatu pereumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tentram, rezki datang melimpah ruah dari segenap penjuru, tetapi (penduduk) nya kufur pada nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah menimpakan kepada mereka bahaya kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat." (QS. An-Nahl: 112).

3. Kemewahan

Gaya kehidupan Hedonisme yang hanya mengejar kemewahan materi, hidup glamour penuh gembira ria sepanjang hari dengan aneka ragam hiburan yang mengundang kemurkaan Allah dan menimbulkan bencana serta musibah yang menghancur leburkan suatu negeri. Sebagaimana Allah firman dalam Al-qur'an:

قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا. {الإسراء : 16}.

"Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menta`ati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya." (QS. Al-Isra': 16).

4. Meninggalkan Amar Ma'ruf Nahi Munkar

Mengabaikan Da'wah: Amar Ma'ruf (mengajak manusia kepada kebaikan), Nahi munkar (mencegah kamaksiatan) merupakan suatu hal yang menyebabkan kemurkaan Allah sehingga menimbulkan bencana dan musibah.

قَالَ اللهُ تَعَالَى: لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ (78) كَانُوا لا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ (79). {المائدة : 78-79}

"Dikutuki Allah orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa bin Mryam. Yang demikian itu karena kedurhakaan mereka dan tingkah laku mereka yang melampaui batas (78) Mereka tidak punya kepedulian untuk mencegah kemungkaran yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat." (79) (QS. Al-Maidah: 78-79).

5. Kedzaliman

Kedzaliman merupakan salah satu pemicu kemurkaan Allah SWT. Karena Allah sangat membenci kadzaliman.

قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَمَا كَانَ رَبُكَ مُهْلِكَ الْقُرَى حَتَّى يَبْعَثَ فيِ أُمِّهَا رَسُولاً يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِنَا وَمَا كُنَّا مُهْلِكِى الْقُرَى إِلاَّ وَأَهْلُهَا ظَالِمُونَ . {القصص : 59}

"Dan tidaklah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kedzaliman." (QS. Al-Qashas: 59).

Kewajiban Menolong/Membantu Yang Terkena Musibah

Terlepas dari berbagai sebab tersebut di atas, kita wajib membantu orang yang mendapatkan musibah, baik bantuan dengan materi, tenaga, fikiran maupun do'a untuk meringankan beban mereka.

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s : تَرَى الْمُؤْمِنِيْنَ فيِ تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَادُدِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ الْوَاحِدِ إِذا اشْتَكَىْ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِر جَسَدِهِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى. {رواه البخارى}.

“Rasulullah Saw. bersabda: “Engkau akan melihat orang-orang yang beriman dalam kasih sayang mereka, dalam kecintaan mereka dan dalam keakraban mereka antar sesamanya adalah bagaikan satu tubuh. Apabila salah satu anggotanya merasakan sakit, maka sakitnya itu akan merembet ke seluruh tubuhnya, sehingga (semua anggota tubuhnya) merasa sakit, dan merasakan demam (karenanya)”. (HR. Bukhari).

Al-quran sebagai pedoman hidup


بسم الله الرحمن الرحيم

Kedudukan dan fungsi Al-Qur’an

Allah SWT menciptakan manusia sebagai khalifah-Nya di muka bumi. Di samping itu Dia juga memberikan bekal kepada manusia dengan bekal yang memandunya supaya dapat menjalankan tugas kekhalifahan, yakni Al-Qur’an Al-Karim.

Al-Quran adalah pedoman hidup manusia dalam mengarungi tugas kekhalifahannya di muka bumi, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 185. Namun demikian, yang mampu mengambilnya sebagai petunjuk hanyalah orang-orang yang bertaqwa (lihat Q.S. 2/Al-Baqarah : 2).





Asy-Syahid Hasan Al-Banna pernah mengungkapkan bahwa sikap kebanyakan manusia di masa-masa sekarang ini terhadap kitab Allah SWT ibarat manusia yang diliputi dengan kegelapan dari segala penjuru. Berbagai sistem telah bangkrut, masyarakat telah hancur, nasionalisme telah jatuh. Setiap kali manusia membuat sistem baru untuk diri mereka, segera sistem itu hancur berantakan. Hari ini, manusia tidak mendapatkan jalan selain berdoa, bersedih, dan menangis. Sungguh aneh, karena di hadapan mereka sebenarnya terdapat Al-Qur’an, cahaya sempurna.(Hadits Tsulatsa/23-24)

“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (Q.S. 26/Asy-Syu’araa: 52)

Dalam ayat ini Allah SWT menyebutkan Al-Qur’an sebagai ruh yang berfungsi menggerakkan sesuatu yang mati, mencairkan kejumudan, dan membangkitkan kembali semangat umat sehingga ia bisa menunaikan tugas kekhalifahannya dengan sebaik-baiknya.

Interaksi dengan Al-Qur’an





Allah SWT menjanjikan bagi orang-orang yang berinteraksi dengan Al-Qur’an akan mendapatkan kemuliaan. Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?” (Q.S. 21/ Al-Anbiyaa: 10)

Interaksi ini harusnya dilakukan secara utuh baik secara tilawatan (menguasai cara membacanya sesuai dengan kaidah tajwid dan mampu membacanya di waktu siang maupun malam), fahman (memahami kandungan ayat-ayat yang dibaca), amalan (kemampuan mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan/membumikan Al-Qur’an) maupun hifzhan (kemampuan menghafalkan ayat-demi ayat Al-Qur’an).

Itulah empat bentuk interaksi yang diinginkan Al-Qur’an kepada setiap Muslim.

Upaya membangun ruh Al-Qur’an bagi kaum muslimin dan kiat-kiatnya

Agar bisa berinteraksi kembali dengan Al-Qur’an, maka perlu disadarkan kembali kewajiban-kewajiban kita di hadapan Al-Qur’an.

Asy-Syahid Hasan Al-Banna mengungkapkan beberapa kewajiban Muslim terkait dengan Al-Qur’an yaitu :

1. Seorang Muslim harus memiliki keyakinan yang sungguh-sungguh dan kuat bahwa tidak ada yang dapat menyelamatkan kita kecuali sistem sosial yang diambil dan bersumber dari kitab Allah SWT. Sistem sosial apa pun yang tidak mengacu atau tidak berlandaskan kepada Al-Qur’an pasti akan menuai kegagalan.

2. Kaum Muslimin wajib menjadikan kitab Allah sebagai sahabat karib, kawan bicara, dan guru. Kita harus membacanya. Jangan sampai ada hari yang kita lalui sedangkan kita tidak menjalin hubungan dengan Allah SWT melalui Al-Qur’an.

Demikianlah keadaan para pendahulu kita, kaum salaf. Mereka tidak pernah kenyang dengan Al-Qur’anul Karim. Mereka tidak pernah meninggalkannya. Bahkan mereka mencurahkan waktunya untuk itu. Sunnah mengajarkan agar kita mengkhatamkannya tidak lebih dari satu bulan dan tidak kurang dari tiga hari. Umar bin Abdul Aziz apabila disibukkan oleh urusan kaum Muslimin, beliau mengambil mushaf dan membacanya walaupun hanya dua atau tiga ayat. Beliau berkata, “Agar saya tidak termasuk mereka yang menjadikan Al-Qur’an sebagai sesuatu yang ditinggalkan.”

3. Ketika membaca Al-Qur’an kita harus memperhatikan adab-adab membacanya. Demikian pula saat kita mendengarkan Al-Qur’an harus memperhatikan adab-adabnya. Hendaklah kita berusaha merenungkan dan meresapinya.

Setelah kita mengimani bahwa Al-Qur’an adalah satu-satunya penyelamat, kita wajib mengamalkan hukum-hukumnya, baik dalam tingkatan individu maupun hukum-hukum yang berkaitan dengan masyarakat atau hukum-hukum yang berkaitan dengan penguasa

MENUMBUHKAN KECINTAAN PADA AL-QUR'AN


بسم الله الرحمن الرحيم

1. Al-Qur'an à قرأ – يقرأ – قرأنا à Bacaan. Karena itu, al-Qur'an harus dibaca à Perhatikan QS. Al-Qiyamah: 16-19.

قَالَ اللهُ تَعَالَى: لاَ تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ (16) إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ (17) فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ (18) ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ (19). {القيامة : 16-19}.

“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Qur'an karena hendak cepat-cepat (menguasai) nya (16) Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya (17) Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu (18) Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya (19).” (QS. Al-Qiyamah : 16-19).

قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ. {الأعراف : 204}.

" Dan apabila dibacakan Al Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. (QS. Al-A'raf: 204).

Istima' (mendengarkan dan memperhatikan) à Memahami à Kemauan untuk mengamalkannya.

قَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ. {الأنفال : 2}.

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal." (QS. Al-Anfal: 2).

قَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ وَأَقَامُوا الصَّلاَةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلاَنِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ (29) لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ (30). {فاطر : 29-30}.

"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi (29) Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri (30)." (QS. Fathir: 29-30).

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ. {رواه البخاري}.

“Rasulullah Saw. bersabda: “Sebaik-baik dari kalian, adalah orang yang belajar al-Qur'an dan mau mengajarkannya”. (HR. Bukhari).

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: أَشْرَفُ أُمَّتِيْ حَمَلَةَ الْقُرْآنَ. {رواه الترمذي}.

"Rasulullah Saw. bersabda: "Umatku yang paling mulia, adalah orang yang mau membawa (mempelajari) al-Qur'an (lalu menjadikannya sebagai pedoman hidup)." (HR. Tirmidzi).

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: اِقْرَءُوْا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيْعًا لأَصْحَابِهِ. {رواه الترمذي}.

"Rasulullah Saw. bersabda: "Bacalah oleh kalian al-Qur'an, karena sesungguhnya al-Qur'an nanti akan datang pada Hari Kiamat sebagai penolong bagi empunya (orang yang mau membaca dan mempelajarinya)." (HR. Tirmidzi).

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلَ الأُتْرُجَةَ، رِيْحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبُ. {رواه الترمذي}.

"Rasulullah Saw. bersabda: "Perumpamaan orang yang membaca al-Qur'an adalah seperti buah utrujah; berbau harum (wangi) dan rasanya enak." (HR. Tirmidzi).

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: إِنَّ هذَا الْقُرْآنَ مَأْدَبَةُ اللهِ، فَتَعَلَّمُوْا مِنْ مَأْدَبَتِهِ مَا اسْتَطُعْتُمْ....{رواه متفق عليه}.

"Rasulullah Saw. bersabda: "Sesungguhnya al-Qur'an ini adalah merupakan hidangan Allah SWT. Oleh karena itu, pelajarilah oleh kalian (al-Qur'an itu) dari hidangan-Nya sesuai dengan kemampuan kalian…." (HR. Muttafaq 'Alaih).