Tarhib Ramadhan, kata-kata tersebut kerap terlontar ketika umat hendak memasuki bulan suci Ramadhan. Dalam konteks ini, umat pun dinilai perlu melakukan sejumlah persiapan, terutama yang berkaitan dengan hal keimanan.
Literacy, Charity,Philanthropy,
Tarhib Ramadhan, kata-kata tersebut kerap terlontar ketika umat hendak memasuki bulan suci Ramadhan. Dalam konteks ini, umat pun dinilai perlu melakukan sejumlah persiapan, terutama yang berkaitan dengan hal keimanan.
Fil Harakah Barakah[1]
[Hal-4]
Gerak itu fitrah manusia hidup. Diam adalah simbol kematian. Gerak adalah lambang dinamika. Sementara diam adalah ciri kejumudan dan kemalasan. Para salafushalih sangat berhati-hati dari sikap diam. Mereka begitu berupaya agar standar gerak dan aktifitas mereka, tidak jatuh di bawah garis minimum. Mereka sangat berusaha agar kediaman mereka-jika harus terjadi adalah kediaman yang sangat sementara sifatnya, untuk kembali turun ke medan laga dakwah kembali. Maka, sahabat Rasulullah saw sekaliber Ibnu Mas'ud ra punmenitikkan air matanya, menjelang wafatnya. Seseorang bertanya, "Apa yang menyebab-kanmu menitikkan air mana wahai Abdullah ?
" Dengan sedih Ibnu Mas'ud mengatakan, "Aku berduka karena aku mengalami kema-tian mendatangiku ketika aku sedang meng-alami penurunan amal. Kenapa ia tidak men-datangiku ketika aku sedang giat beramal."
Begitu pulalah ilustrasi yang cocok untuk gerak dakwah kita. Roda dakwah ini harus terus berputar dan tak boleh berhenti. Mung.kin saja terjadi perputaran yang sedikit me-lemah, tapi tidak berarti putarannya berhenti. Gerak para kader dakwah juga tidak boleh berhenti. Intensitas dan gerak yang telah mereka lakukan pada masa-masa pemilu legislatif, tak boleh kemudian menjadi diam. Karena sikap cenderung diam dan tidak bergerak adalah racun yang akan membuat berbagai hasil gerak dakwah kita sebelumnya menjadi sia-sia. Karena diam, akan membawa orang pada kondisi sulit untuk bergerakkembali, pada saat ia harus bergerak. Karena diam setelah bergerak adalah candu yang akan semakin kuat terbuai dan membuat tubuh lebih lengket pada santai dan kelemahan. Karena diam setelah bergerak adalah penyakit yang bisa menular dan menyebar ke banyak orang di lingkungan pelakunya.
Allah swt merumuskan prinsip gerak ini di penggalan dua ayat terakhir surat Asy-Syarh.
"Dan bila kalian telah selesai (dalam satu urusan) maka bersungguh-sungguhlah (untuk melakukan urusan yang lain). Dan kepada Tuhan mulah kalian berharap."
(QS. Asy Syarh : 7-8)
Selama hidup, tak ada keadaan yang bisa dijadikan alasan untuk diam dan tidak bergerak. Karena diamnya seseorang dalam tidurpun pada hakikatnya adalah untuk gerak yang dilakukan setelah ia bangun dari tidur dan beraktifitas kembali. Itulah sebabnya dalam perputaran zaman dan perguliran masa keemasan dakwah pun terjadi siklus yang tidak pernah diam. Seperti apa yang disabdakan oleh Rasulullah saw dalam hadits dengan sanad shahih, riwayat Abu Daud,
"Sesungguhnya Allah akan mengutus setiap perguliran 100 tahun kepada umat ini, orang yang kembali memperbarui agama-Nya.” Memperbarui dalam arti menghidupkan kembali agama ini dengan semangat dan ruh yang baru. Memperbarui dalam arti mengembalikan [Hal- 5] kembali agama ini seperti saat-saat baru dibawa oleh Rasulullah saw.”
Kita harus mensyukuri, selalu ada momentum momentum yang kembali bisa memanaskan mesin para kader dakwah. Setelah tak beberapa lama kita melewati event pemilu yang begitu menguras tenaga, waktu, pikiran bahkan dana, kita menghadapi pemilihan presiden yang juga menguras hal yang sama
Maka gerak kita para kader pun menjadi dinamis kembali. Usai pemilihan presiden, kita kembali digerakkan dengan jihad menolong saudara-saudara yang menjadi korbantsunami di Aceh Sumatera Utara. Lalu dinamika kita pun meletup lagi. Konsolidasi dan kekompakan terbangun lagi. Tidak lama setelah tsunami, menyusul gempa di nias dan beberapa daerah yang juga mengusik kita kembali untuk tidak diam.
Lalu kini, kita yang ada di beberapa daerah tengah memasuk fase bergerak yang lain, menyongsong Pilkada. Pertemuan-pertemuan pun tergalang lebih intensif kembali. Silaturahim, dialog dan kebersamaan pun semakin sering kita rasakan. Sungguh, momen-tum-momentum itu sebenarnya karunia Allah untuk kita. Karena lewat itulah kita bisa lebih jauh dari sikap diam dan terusbergerak dalam dinamika dakwah. Maka, jika tak ada momentum-momentum luar yang menuntut kita bergerak, harusnya kitalah yang menciptakan momentum-momentum itu. Menciptakan sendiri ruang-ruang pertemuan yang memunculkan dinamika yang sehat bagi kita dan dakwah.
Sebagaimana para salafushalih yang sangat merasakan manfaat waktu dan menyadari begitu berharganya setiap detak jantung dan hirupan nafas yang harus mereka gunakan untuk maksimalisasi kebaikan selama hidupnya. Setiap detik yang berlalu takkan kembali. Itulah yang mengantarkan prinsip indah Hasan Al Banna, bahwa
"Al waqtu huwal hayah," waktu adalah kehidupan itu sendiri.
Menu tulisan kita pagi ini masih berkaitan dengan syekh @Abdul Rauf,A.Md mengapa beliau saya anggap layak untuk menjadi teman seperjuangan. Kami sering sekali berdiskusi segala tema sesuatu. Kadang serius, kadang ngalor-ngidul, kadang romantis dan kadang juga agak “naka.l” Ini adalah salah satu yang pernah saya rekam, mohon #Bersabar kalau agak panjang….
Pernahkah engkau wahai sahabat berpikir untuk
menjadi orang biasa saja? Disaat beban datang begitu bertubi-tubi. Tekanan
menambah kesesakan di dada. Pernahkah
engkau ingin menjadi orang biasa saja? Tinggal di tempat yang hijau, dekat
dengan sebuah oase yang subur? lalu menikmati kehidupan yang bahagia tanpa
gangguan seorang pun? Menikmati hembusan semilir angin setiap pagi dan sore.
Menyambut sinaran mentari yang hangat tetapi tidak membakar. Alangkah indahnya.
Bahagia. Inilah yang pernah diungkapkan oleh seorang sahabat sepulang dari
perang Tabuk. Namun Syurga lebih indah dari semua itu. Yah syurga lebih indah
dari semua itu. Syurga berada di bawah kilatan pedang. Syurga berada di dalam
riuhnya perjuangan.
Kadangku membayangkan bagaimanakah syurga
itu ada di bawah kilatan pedang. Imajinasiku bermain dan seakan semua itu
tergambar dengan jelas dihadapan mataku. Pemandangan permainan pedang yang
indah. Menampakkan kilatan-kilatan cahaya dan percikan bunga api. Indah sekali.
Kita membutuhkan seorang teman, bahkan lebih
dalam perjalanan panjang ini. Kita berjuang bersama bukan hanya untuk
menghancurkan pasungan egoisme yang membelenggu kita. Karena kadang kapasitas
kita untuk #Bersabar dalam perjuangan menipis. Sehingga kita tak merasa kokoh dengan kesendirian kita. Berpikir
kita dapat berbuat apapun sesuai dengan
apa yang kita pikirkan dan kita inginkan. Tapi ingatlah wahai para saudara
seperjuangan.Kita hanya akan berjalan-jalan di tempat saja. Seperti seekor
keledai yang sedang memutar penggilingan gandum atau penggilingan tebu. Apakah
engkau bisa membayangkannya.
Karena selain sebagai seorang hamba yang
terikat dengan ketentuan Allah kita juga adalah makhluk sosial. Kalau kita
berputar hanya di suatu tempat sampai membuat empat yang kita buat pijakan
menjadi becek dan berlumpur. Sesungguhnya kita tidak kemana-mana. Walaupun
keringat sudah membanjir dan engkau merasakan sudah melakukan perjalanan
panjang. Engkau masih jalan di tempat. Pengetahuan kita tidak sebanding dengan
pengetahuan Allah SWT. Rasa pengangungan kepada Allah yang akan membuat jiwa
kita didominasi oleh ketenangan berada di hadapan Allah SWT. Beribadah
untuk-Nya seperti apa yang disebutkan oleh Abu Faras :
Biarlah Engkau Bahagia
Sekalipun kehidupan ini begitu
pahit
Biaralah engkau Ridha
Sekalipun semua orang marah
Biarlah antara Aku dan Engkau ada
kemesraan
Sekalipun saya dan lainnya
berjauhan
Asalakan engaku cinta
Maka segala sesuatunya akan
enteng
Dan segala sesuatu yang ada di
bumi adalah debu
Kalau mendapatkan seorang teman dalam
perjuangan ini ingatlah apa yang diungkapkan oleh syair Hatim at –Thayib
berikut ini :
Bila anda mengendarai seekor Unta
Jangan biarkan kawan anda yang
berada di belakang hanya bisa berjalan
Rendahkanlah untamu dan naikkan
dia
Bila unta itu sanggup naikilah
berdua
Bila tidak maka saling
bergantianlah
Saya memandang @abdul Rauf, A.Md persis seperti syair Hatim
at-Thayib diatas. Tawadhu, rendah hati #Bersabar memperlakukan sahabat dan
teman seperjuangannya. Sehingga ada kesan indah dan selesa setiap bertemu
dengannya. Dan selalu teringat dengan senyuman manisnya. Saya berlindung kepada
Allah SWT semoga ini penilaian yang tidak berlebihan. Kalau tidak percaya,
cobalah bercengkerama dengannya.
Namun apabila engkau meragukan ketulusan
seseorang tanyakanlah dengan bijak kepadanya dan berlemah-lembut seperti syair
Mustaqib al-“abdi berikut ini :
Jadilah saudaraku dalam arti
sesungguhnya
Sehingga aku bisa membedakan
keburukanku dan kebaikanku
Bila tidak
Jauhilah aku dan jadikan aku
musuhmu
Sehingga aku mewaspadaiku
Dan engkau mewaspadaiku
Manfaat seorang teman adalah memberikan
pilihan di saat kita membutuhkannya. Walaupun yang mereka berikan itu bukan
pemecahan masalah tetapi itu membuat kita berpikir untuk menyelesaikan suatu
masalah. Jadi teman bukanlah setiap orang yang sepakat dengan apapun yang kita
inginkan. Itulah seorang teman yang
sejati. Orang yang selalu dapat mengingatkan kita di saat lupa. Teman sejati
adalah orang-oraqng yang mengingatkan kita bahwa kita adalah hanya manusia
biasa. Bahwa kita semua dalah hamba.
Siapa yang sepakat silahkan saya
tidak memaksa. Siapa yang tidak sepakat tidak mengapa karena saya dan anda
adalah orang-orang yang sedang mencari siapakah yang layak untuk dijadikan teman.
Sehingga saling belajar untuk saling memahami. Tulisan ini adalah hanya tulisan
hasil perenungan. Dan refleksi setelah saya membaca buku syaikh yusuf
al-Qaradhawi yang berjudul : “ Syaikh
al-Ghazali Kamaa Araftuhu : Rihlatu Qarnin “ ( ini judul aslinya : siapa
yang ingin baca ada kok yang edisi Indonesia) Ini adalah tulisan apa
adanya. Jadi marilah jangan berpikir
jangan jadi orang yang biasa-biasa saja. Selalu #Bersabar menghadapi serba-serbi kehidupan dunia ini. Wallahu ‘alam.
Intanshurullaha
yansurkum wayutsabbit aqdamakum
(Pekanbaru,
Ruang Kerjaku, pagi 15 Muharram 1442 H,
03 September 2020H. 07.06 WIB)
Saya tulis tulisan ini dalam tajuk pernik kehidupan, dan akan ada serial lanjutannya Insha Allah setelah membuka-buka kembali catatan kenangan, terutama yang berhubungan erat dengan saudara saya Abdul Rauf, A.Md. saya mendapatkan banyak hasil dialog dan renungan kami masih ada yang terekam dalam catatan harian saya. Maka agar tidak lapuk dan lekang di telan zaman saya coba untuk menuliskan kembali pernik-pernik pemikiran tersebut dengan tajuk "Pernik Kehidupan."
temanya saat ini adalah Qona'ah (#Bersabar Melalui kehidupan)
Sesungguhnya
orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari
neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi
mereka. Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang
teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena
Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah
akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar (Q.S An-Nisa’ [4]: 145-146)
Mereka
menjawab: "(Itu) adalah mimpi-mimpi yang kosong dan kami sekali-kali tidak
tahu menta'birkan mimpi itu." (Q.S Yusuf [12]: 44)
Belajar dari Nabi Yusuf
Nabi Yusuf As sebenarnya dengan menakwilkan mimpi sang raja mengajarkan kepada kita fungsi perencanaan dalam suatu komunitas. Perencanaan yang baik inilah yang nantinya akan membawa kita pada sifat qonaah, menerima ketetapan Allah Swt. Perencanaan bukan hanya dalam komunitas, tetapi juga ada dalam level pribadi setiap individu. Perencanaan pribadi itu adalah sunnah dan disyariatkan.
Teladan bagaimana #Bersabar paling baik dalam menjalani kehidupan ada pada kisah nabi Yusuf as, bahkan sudah disertifikasi oleh Allah SWT dalam Al Qur'an sebagai kisah yang paling baik dan paling lengkap di dalam Al Qur'an yang mulia.
Allah juga melakukan perencanaan dengan pentahapan pencitaan alam
semesta, pentahapan penciptaan makhluk. Padahal Allah berkuasa untuk tidak
melakukan pentahapan. Sebenarnya ini menunjukkan kepada kita bahwa perencanaan
itu penting.
Bahkan musuh manusia yang paling besar, Iblis, juga menyampaikan
perencanaan makarnya kepada Allah Swt dan meminta waktu sampai hari kiamat
untuk melaksanakan proyek perencanaannya tersebut. Sebagaimana yang kita tahu Iblis juga #Bersabar, tekun dan ulet, tapi ini disebabkan oleh dendamnya yang membara kepada anak cucu Adam as.
Semangat Ilmu
Dalam bersikap qonaah ini perlu ilmu. Denganilmu itulah
perencanaan akan terwujud dengan baik. Dengan bekal ilmu itulah maka nabi Yusuf
memberanikan diri menawarkan tugas sebagai bendahara setelah ditawarkan oleh
sang Raja bahwa ia akan menjadi orang kepercayaannya. Sehingga dapat kita ambil pelajaran bahwa
semangat kita bekerja akan sebanding dengan ilmu yang kita punyai mengenai
pekerjaan tersebut.
Sehingga benarlah perkataan Imam Hasan Al Banna,” Batas semangat
pada ilmu adalah pada sosok yang ahli dengan ilmunya.” Maksudnya kita
betul-betul mengetahui apa yang kita kerjakan. Sehingga kalau hasilnya kurang
memuaskan kita dapat memahami bahwa itulah hasil dari ilmu yang kita miliki.
Dan semangat inilah yang disebut qona’ah.
Kehidupan berjamaah ini berat. Maka kita harus memperbanyak #Bersabar
dan menerima segala sesuatu apa adanya. Karena kehidupan berjamaah itu adalah
nikmat. Dan itu adalah nikmat yang besar. Nikmat ini tidak akan dapat
dimengerti dan dinikmati oleh orang yang tidak berjamaah.
Oleh karena itu, perbanyaklah sikap qona’ah. Tentu dengan membuat
perencanaan terlebih dahulu. Dan perencanaan itu memerlukan ilmu yang sesuai
dengan pekerjaan yang akan kita lakukan. Selanjutnya #Bersabar dengan ketetapan Allah SWT
Intanshurullaha yansurkum wayutsabbit aqdamakum
(kamar
kostku, Rabu, 10 Jumadil Tsani 1430 H/ 03 Juni 2009 M 22:05 WIB)
#Bersabar
lah! Syekh!
Sudah lama sekali saya tidak
menulis. Terutama menulis dengan meluahkan emosi yang menjadi bergejolak di
dada. Tulisan ini ku peruntukkan untuk seorang sahabat, teman dan saudara. yang mengisi suatu relung khusus di dalam
ruang Hati dan kamar jiwaku. Namanya @AbdulRauf,A.Md yang saat sekarang ini
resmi menjadi calon wakil Bupati kabupaten Kepulauan Meranti 2021-2026. Mohon maaf
agak melankolis sedikit, ya he….he…
mohon yang lain #Bersabar seperti tidak kita sapa ya…
Syekh, sungguh sangat banyak
makna yang pernah kita rangkai bersama. Masih ingatkah engkau duhai sahabat
tulisan berantai isi hati kita dengan nama pena SPD dan SPK. Kurasa saat ini
daku harus meminta izin dengan penuh takzim untuk berganti peran menjadi SPK
dan engkau menjadi SPD. Saat ini engkau ibarat siang yang terang benderang,
sedangkan daku ibarat malam yang agak mencekam dan temaram. Melangkahlah dengan
kokoh dan berwibawa di tengah teriknya mentari perpolitikan negeri kita yang
tercinta ini. Sedangkan malamnya serahkan saja kepada kami-kami ini yang selalu
ingin agar siang selalu terjaga cerianya.
Generasi kita adalah harapan
masa depan negeri kita bahkan dunia saat sekarang ini. Generasi muda dengan
keluarga muda kelahiran 80-90-an. Generasi milineal. Karena kita adalah
generasi yang sangat berjiwa independen, mandiri, cepat menerima kebenaran,
merindukan perubahan, merindukan kebahagiaan manusia, suka melestarikan alam
(dunia tanam-menanam, pertanian, urban farmer), rindu akan keharmonisan di
segala bidang, dan juga kerinduan akan keharmonian kesejatian kebenaran secara
apa-adanya, sangat siap berkolaborasi dalam komunitas, tanpa pamrih dan target
yang macam-macam.
Kita adalah orang-orang lugu
yang sering dimanfaatkan. Namun kita senantiasa #Bersabar. Yah… karena kita
saat sekarang ini harus memikul beban sejarah puncaknya kezhaliman dunia, para
ahli menyebutnya (Worst Crisis) dengan empat indikatornya VUCA (Volatile,
Uncertain, Complex, Ambigue). Pertama, Volatile (Bergejolak);
perubahan dinamika dunia saat ini sangat cepat khususnya di bidang sosial,
ekonomi dan politik. Sehingga dinamika politik apapun di muka bumi ini harus
memperhatikan dinamika isu Internasional, regional, nasional dan lokal. Intinya
berwawasan global bertindak lokal. Kedua, Uncertain (tidak
pasti); semua hal sulit diprediksi apa yang akan terjadi. Berkaitan dengan
dirimu wahai sobatku, Bismillah saja Insha Allah, Allah SWT akan membimbing
kita, mari kita dekatkan hubungan kita kepada Allah SWT semakin dekat. Doa
sebelum ikhtiar itu sangat penting. Dunia ini unik wahai sobat, kita pasti akan
diberi, tapi berapa banyak bagiannya, itu adalah keunikan paling natural yang
dirahasiakan oleh Allah SWT kepada kita. Maka #Bersabar sajalah, lalui saja, dan
nikmati saja perjalanannya. Ketiga, Complex (komplek, rumit);
selalu ada gangguan dan ujian disepanjang perjalanannya. Sebagai seorang
aktivis ini hal yang biasa ya sobatku, hari-hari kita di KAMMI (Kesatuan Aksi
Mahasiswa Muslim Indonesia) yang pernah kita jalani bersama dulu adalah
hari-hari yang berat, tidak akan seberat hari-hari yang akan kita hadapi ke
depan Insha Allah. Dan kita senantiasa #Bersabar.Bak kata pepatah Melayu kita,
“Siapa yang biasa menghadapi topan badai, gelombang besarnya baginya hanya
permainan saja.” Keempat, Ambigue (Tak jelas). Panggung politik
di negeri kita ini memang tak jelas he…. he…. Siapa yang oposisi juga tak
jelas. Bahkan ada oposisinya oposisi. Jadi urus sajalah perahu kita sendiri. Ingatkah
dikau dulu ku sering bersenandung syair ini ?
Wahai
muda arif budiman
Kayuh pengayuh
dengan pedoman
Alat
perahumu jua kerjakan
Di sanalah
jalan memperbaiki Insan
Perbaikilah
jua alat perahumu
Siapkan
bekal air dan kayu
Dayung pengayuh
taruhlah di situ
Supayalah
laju perahmu itu
Wahai sahabat, generasi kita ini,
berada di puncak zaman kezhaliman, dan
ketidakadilan. Beberapa waktu lalu daku bercengkerama dengan iparmu
@AlamTerkembang, ia menyatakan,”Benar bang, kita saat sekarang ini adalah
generasi yang mempersiapkan generasi akhir zaman. Generasi yang sedang mendidik
para pejuang dan pahlawan.” Inilah generasi kita itu duhai sahabat, dan di saat
puncak kezhaliman inilah Allah akan melahirkan para pahlawan hebat (The great
Leader) yang akan mengembalikan kemuliaan umat dengan banyak menebar rahmat dan
berkah, Insha Allah!!!
Qum
Faanzir wa Robbaka Fakabbir
In Youth
We Trust!
Sahabatmu
SPK
Eddy
Syahrizal (Presidium KA KAMMI RIAU)
(Pekanbaru,
ba’da Maghrib, Senin, 12 Muharram 1442H, 31 Agustus 2020M)