Minggu, November 02, 2008

Orang Hebat Memberi Teladan


Pernah menyaksikan film Pay It Forward? Film ini mengandung pesan moral melakukan kebaikan yang terencana setiap hari, sekecil apapun yang kita lakukan, secara konsisten, lalu menularkan kebaikan itu, kepada semua orang, yang belum pernah tersentuh oleh kebaikan yang sama. Jadilah aktivitas berbuat baik itu menjadi semacam 'multilevel marketing.' Maka, di film itu, satu inisiatif perbuatan baik - yang dilakukan oleh aktor utamanya; seorang anak - menyebar seantero kota, menjadi kegiatan kolektif. Di sana terkandung bermacam kekuatan. Kekuatan rencana (niat/isisiatif). Kekuatan konsistensi (istiqomah). Dan kekuatan teladan. Kekuatan yang terakhir akan kita jadikan atribut berikutnya dari orang-orang hebat.

Kekuatan teladan. Teladan mengandung dua unsur. Pertama, selalu fokus pada diri (starting from self). Inilah nama lain dari amal yang terlaksana. Tidak sekedar rencana. Bukan sekedar ucapan. Melainkan tindakan. Kedua, sang pemberi teladan sadar bahwa dirinya menjadi cermin pantul bagi sesamanya dan bagi masyarakatnya. Sehingga perbuatannya diusahakannya selalu bernilai positif, bermanfaat, dan progresif.

Kedua unsur itu membentuk kepribadian manusia-manusia hebat. Unsur pertama menjadikan mereka sibuk dengan upaya diri memaksimalkan potensi, bukan mengurusi kesalahan dan kelemahan orang, tapi abai pada kesalahan dan kelemahan diri sendiri. Sehingga pada masanya mereka tampil sebagai orang-orang yang memiliki pesona rasa, kata, dan karya yang terberdaya, yang layak dijadikan contoh bagi orang-orang disekitarnya. Unsur yang kedua sejatinya mendasari diri mereka untuk tetap dalam ruang etika universal yang mulia. Mereka sadar tidak hidup dalam ruang hampa. Mereka sadar hidup bersama. Dan karnanya mereka sadar ada misi penciptaan. Misi tentang keteraturan, kesejahteraan, dan kemakmuran dunia milik bersama.

Selanjutnya, teladan adalah perkara penciptaan karakter. Seperti halnya kepemimpinan. Bahkan, menurut saya, inilah aksen pertama dan yang paling utama dalam domain (konsep) kepemimpinan. Per defenisi, kepemimpinan adalah seni mempengaruhi orang lain untuk melakukan apa yang kita inginkan. Dan, mempengaruhi bukan memerintah, tidak pula memaksa. Mempengaruhi mengandung pesan kerelaan dan keikhlasan pada objek yang kita pengaruhi. Dan, jamak bagi kita, proses mempengaruhi menjadi semakin mudah dengan pemberian teladan. Seorang pemimpin yang rajin dan selalu tepat waktu dalam menghadiri pertemuan atau rapat-rapat, misalnya, akan menemukan karyawannya berlaku demikian juga. Mungkin awalnya karena segan dan takut pada atasan. Tapi, lama kelamaan akan terbiasa. Sebelum akhirnya menjadi karakter. Kata Stephen R. Covey dalam Seven Habit : "Taburlah gagasan. Petiklah perbuatan. Taburlah perbuatan. Petiklah kebiasaan. Taburlah kebiasaan. Petiklah karakter. Taburlah karakter. Petiklah nasib."

Dengan demikian, teladan adalah jalan pemimpin. Sementara, orang hebat selalu berpeluang (dan berkeinginan) menjadi manusia-manusia pemimpin. Pemimpin bukan dalam arti posisi dan jabatan, tapi dalam arti tindakan. Leadership is not a position, but is an action. Orang hebat memilih jalan keteladanan. Dengan memaksimalkan potensi, memperbaiki diri, dan kesadaran memberikan yang terbaik bagi masyarakatnya, orang hebat sedang membangun peradaban. Dimulai dari diri sendiri. Dimulai dari yang kecil. Dan dimulai sekarang juga.

Tidak ada komentar: