Ada satu hadits Nabi yang sangat populer berbunyi: khairun nas anfa'uhum lin nas. Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak mafaatnya bagi sesamanya. Hadits ini disampaikan dengan bahasa yang sangat positif (positive talk). Pertama, kata khairun nas berarti "yang terbaik diantara manusia." Kedua, kata anfa'uhum berarti "yang paling bermanfaat."
Paling bermanfaat. Meskipun kita tahu tidak ada yang dapat meraih kesempurnaan dalam hal apapun - termasuk kemanfaatan dirinya - bunyi hadits itu mendorong setiap orang untuk menjadi yang "ter" diantara sesamanya. Inilah bahasa motivasi. Selalu ada - baik tersurat maupun tersirat - muatan: Pertama, isyarat kesempurnaan sebagai patokan tujuan. Kedua, supaya isyarat itu lebih menggerakkan diadakan kesan kompetisi (fastabiqul khairat). Sehingga kesempurnaan yang dimaksud bersifat relatif (dibandingkan) diantara sesamanya (manusia) dalam hal-hal yang positif.
Bagimana menjadi orang yang "ter" atau "paling bermanfaat"? Pertama, niat menjadi orang yang paling bermanfaat. Niat adalah posisi hati pada pekerjaan yang dimaksud. Niat, lalu menjadi orientasi. Makanya, niat menjadi sangat personal bagi setiap orang. Inilah ekspresi personal statement yang paling dasar - dan juga fundamental - bagi setiap orang. Masih ingat hadits Innamal a'mal bin niyat....dst? Betapa niat, disinyalir di hadits itu, dapat menentukan hasil - bahkan sebelum prosesnya berjalan.
"Menjadi orang bermanfaat", dengan demikian, harus menjadi pernyataan diri. Inilah pernyataan misi (mission statement) kita di awal kita memperoleh kesadaran/pencerahan diri (personal enlightment). Contoh teknis misi (ingin) menjadi orang bermanfaat: Saya adalah hamba Alloh yang berpendidikan, cerdas, dan prestatif yang bertekad untuk selalu belajar dan berbuat baik kepada sesama dengan cara memberdayakan masyarakat di sekitar saya. Niat - pernyataan misi - ini harus mengendap sampai alam bawah sadar sehingga mudah tergerak untuk menjadi (being).
Kedua, kemanfaatan lahir dari semua kebaikan. Lakukan semua yang baik dengan cara-cara yang benar. Kebaikan adalah kata kerja. Dia tidak perlu disebut berulang-lang, cukup difahami dan dilaksanakan. Prosesnya: menemukan, mengembangkan, dan menyebarkan. Temukan satu, dua, tiga, dst pekerjaan yang baik. Lalu kembangkan pekerjaan itu. Dan orientasikan untuk peningkatan kualitas insani orang banyak – untuk peningkatan wawasan, keterampilan, kesejahteraan, kebahagiaan, dll. Dengan begitu, penemu (ilmuwan-peneliti), industrialis yang mengembangkan produk - yang niatnya tidak hanya laba, distributor, dst menjadi orang-orang yang beroleh kemanfaatan diri.
Pegiat ilmu - ilmu apapun dari ilmu eksak, sosial humaniora, agama, dll - yang mau menyebarkan ilmunya untuk diamalkan, dimanfaatkan, dan atasnya lahir kemanfaatan yang lain juga masuk sebagai orang-orang yang beroleh kemanfaatan diri. Pengajar, dosen, juru suluh, juru dakwah, asatidz, penulis, dll masuk dalam golongan ini. Tidak terbatas pada dua hal itu. Intinya semua hasil karya yang dapat meningkatkan kualitas insani untuk sebanyak-banyaknya orang - itulah yang dinilai sebagi amal yang bermanfaat. Dan pelakunya adalah orang yang bermanfaat hidupnya. Tidak harus profesi, pekerjaan, status formal, yang penting mendatangkan manfaat.
Setelah kita memahami esensi aktivitas-peran yang mendatangkan manfaat, lalu bagaimana kita menjadi yang paling bermanfaat dalam berbagai aktivitas-peran itu? Caranya adalah dengan memosisikan diri secara benar dan tepat. Pertama, jadilah yang pertama (be the first) atau pengambil inisiatif atas segala bentuk perbuatan baik. Kedua, jadikan inisatif perbuatan baik itu benar-benar berkualitas dan prestatif. Usahakan setiap perbuatan baik bernilai optimal - vertikal untuk mendapatkan ridho-Nya, horisontal manfaatnya sampai pada orang-orang yang membutuhkan. Dan ketiga, the power of concistency. Konsisten melakukan perbuatan baik sehingga menjadi kebiasaan dan mengkarakter. Show habit reap character. Jangan lakukan, di satu sisi kehidupan kita berbuat baik, pada saat yang bersamaan, di sisi lain kita berbuat buruk atau tercela. Konsistenlah!
Menjadi paling bermanfaat. Inilah motivasi orang hebat. Mereka tak pernah berhenti mencari-cari peluang amal kebaikan. Ketika dapat, mereka jadi orang pertama yang mengambil pekerjaan itu. Bekerjanya bukan setengah hati, bukan pula mengharap puji, tapi dengan kesungguhan sehingga berkualitas dan bertabur prestasi. Orang-orang pun merasakan manfaat darinya. Orang hebat sadar, pekerjaannya harus berujung manfaat buat masyarakat. Manfaat yang tidak biasa, tapi luar biasa!
1 komentar:
ya, memang baik menjadi bermanfaat bagi banyak orang di hidup ini, tapi kita perlu ingat bahwa dalam memberi manfaat, ada batasan2 tertentu yg perlu di ikuti agar terhindar dari pelanggaran2 yg sudah diberlakukan dalam Al Quran dan hadis. nice topic.
Posting Komentar