Minggu, November 02, 2008

Orang Hebat Hidup Berprinsip


Dalam bukunya yang bagus Principle-Centered Leadership, Stephen R. Covey mengatakan bahwa setiap diri manusia dan organisasi memiliki prinsip sentris yang bila diaplikasikan secara baik dapat meningkatkan mutu dan produktivitas. Prinsip-sentris, kata Covey, merupakan satu pendekatan jangka panjang yang bersifat inside-out untuk mengembangkan manusia dan organisasi. Saya sependapat dengan Covey, prinsip adalah inti kekuatan untuk perubahan hidup yang lebih baik. Dengan berprinsip manusia bukan lagi sekedar seonggok daging yang bertulang. Lebih dari itu, manusia menjadi makhluk paling mulia dan berharga dari makhluk manapun.

Prinsip. Ia adalah ekspresi nilai yang harus dipegang teguh oleh setiap manusia beradab. Prinsip memberikan arah. Prinsip mendorong setiap orang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Prinsip adalah ukuran. Orang yang berprinsip adalah orang yang punya ukuran atas tindakan dan perbuatan yang dilakukannya. Dengan demikian, tidak bisa tidak, prinsip berbicara baik-buruk dan benar-salah. Prinsip mempertegas apa yang baik dan apa yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah.

Bagaimana prinsip bekerja? Salah satu ciri orang dewasa adalah bijaksana. Orang yang bijaksana adalah orang yang memiliki pertimbangan atas pilihan-pilihan hidupnya. Pertimbangan itu di dasarkan pada prinsip. Dan orang yang bijaksana selalu mendasarkan diri pada prinsip-prinsip yang baik dan benar. Karena mereka tahu, prinsip yang baik mendatangkan manfaat dan prinsip yang benar mendatangkan kebahagiaan. Apa yang dicari dalam hidup selain manfaat dan kebahagiaan? Itulah tujuan akhir orang-orang hebat. Mereka punya prinsip yang baik dan benar. Makanya, mereka selalu bermanfaat dan merasa bahagia hidupnya.

Bagaimana wujudnya prinsip? Tanpa sadar, komitmen kita, keyakinan kita, keberpihakan kita atas banyak hal, bahkan eksistensi kita di dunia ini mengandung prinsip yang harus kita pegang teguh. Islam itu prinsip. Iman itu prinsip. Orang yang ber-Islam harus taat pada serangkaian syari'at yang ditetapkan lewat kalam-Nya maupun lewat lisan nabi-Nya. Demikian juga, orang yang mengaku beriman harus memenuhi konsekuensinya: tidak menyekutukan-Nya, tidak bergantung kepada selain-Nya, dll. Apa ketentuan Alloh tentang hidup? Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah. Orang yang mengaku berislam dan beriman, mau tak mau, harus memenuhi prinsip ini (ibadah).

Ada hadits yang menjelaskan tiga tanda orang munafik: (1) Jika berbicara bohong. (2) Jika berjanji ingkar. Dan (3) jika dipercaya khianat. Mafhum mukholafah-nya, sifat jujur, tepat janji, dan amanah harus menjadi prinsip orang yang beriman. Kecuali dia mau menjadi orang munafik. Yang lain, misal, kita mendukung demokrasi. Inti dari demokrasi adalah kebebasan yang bertanggung jawab, kesetaraan, dan kesamaan. Kalau kita mau dibilang sebagai demokrat, ya kita harus berpegang pada tiga hal itu - untuk diri kita sendiri maupun sikap kita kepada orang lain. Tiga hal itulah yang menjadi prinsip demokrat, dll.

Orang hebat memahami komitmennya, keyakinannya, keberpihakannya terhadap banyak hal, dan hidup itu sendiri sebagai prinsip. Mereka berusaha mengendapkan dan menanamkan prinsip itu dalam hati. Sebelum mereka bertindak atau melakukan sesuatu, mereka selalu meminta nasihat hatinya. Mereka memenuhi apa yang dikatakan Nabi: Mintalah nasihat pada hatimu atas perbuatan kamu. Perbuatan jelek itu akan membuat hati tidak nyaman. Sedangkan perbuatan baik itu akan membuat hati tentram.

Orang hebat pantang menodai prinsipnya. Orang hebat pantang melukai hatinya. Mereka benar-benar memahami itulah cara dia hidup mulia. Seorang Gandhi, betapapun ia hidup sengsara, ia tetap menolak koloni terhadap bangsanya. Ia terus melawan dengan cara-cara (baca: prinsip) tanpa kekerasan meski banyak yang harus ia korbankan. Jauh sebelum Gandhi, kita punya teladan mulia, Muhammad saw. Imannya kepada Alloh membuatnya berani menentang penyembahan terhadap berhala-berhala. Padahal ritual itu jamak dilakukan orang-orang Quraisy pada masa itu. Ketika pamannya Abu Thalib menasehati Nabi untuk menghentikan risalah itu, apa kata Nabi? "Paman, demi Alloh, kalaupun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan meletakkan bulan di tangan kiriku, dengan maksud supaya aku meninggalkan risalah ini, sungguh tidak akan aku tinggalkan, biar nanti Alloh yang akan membuktikan kemenangan itu: di tanganku atau aku binasa karenanya."

Itulah keteguhan Muhammad saw dalam memegang prinsip. Prinsipnya mengendap di hati dan menggumpal menjadi keyakinan. Keyakinan membuatnya berani. Itulah prinsip yang terlaksana. Kita tentu ingin seperti beliau. Untuk itu saya tutup tulisan ini dengan pertanyaan Ali bin Abi Thalib kepada Nabi tentang prinsip yang beliau jadikan pegangan. Pahami kata-katanya satu persatu dan temukan rahasia kehebatan Muhammad saw.

Ma'rifat adalah modalku,

akal pikiran adalah sumber agamaku,

rindu kendaraanku,

berdzikir kepada Alloh kawan dekatku,

keteguhan perbendaharaanku,

duka adalah kawanku,

ilmu adalah senjataku,

ketabahan adalah pakaianku,

kerelaan sasaranku,

faqr adalah kebangganku,

menahan diri adalah pekerjaanku,

keyakinan makananku,

kejujuran perantaraku,

ketaatan adalah ukuranku,

berjihad perangaiku,

dan hiburanku adalah dalam sembahyang

Tidak ada komentar: