Kamis, September 04, 2008

Hikmah dibalik musibah

بسم الله الرحمن الرحيم

1. Musibah sering didefinisikan dengan

كُلُّ مَا سَا ءَ الْمُؤْ مِنُ فَهُوَ مُصِيْبَةٌ

"Segala sesuatu yang membuat terkejut/sakit (fhisik, hati, pikiran) adalah musibah"

Sedangkan fitnah yang sering diartikan ujian bisa dalam bentuk hal-hal yang dianggap tidak menyenangkan seperti pengertian musibah, bisa juga dalam bentuk sesuatu yang menyenangkan, seperti materi, jabatan dan kedudukan maupun yang lainnya. Firman Allah dalam QS. Al-Anbiya ayat 35 dan QS. Al-Anfal ayat 25.

قَالَ اللهُ تَعَالَى: كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ. {الأنبياء : 35}.

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan." (QS. Al-Anbiya: 35).

قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَاتَّقُوا فِتْنَةً لاَ تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ. {الأنفال : 25}.

"Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya." (QS. Al-Anfal: 25).

2. Musibah bisa dalam bentuk fhisik, materi/harta, perasaan bahkan juga agama /keyakinan; bisa juga bersifat individual bisa pula bersifat menyeluruh/bangsa.

قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأَمْوَالِ وَالأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ. {البقرة : 155}.

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakuta, kelaparan, kekurangan harta, jira dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar". (QS. Al baqarah: 155).

قال رسول الله s : ... وَ لاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَناَ فيِ دِيْنِناَ وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنيْاَ أَكْبَرَ هَمِّناَ وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْناَ مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا. .. {رواه الترمذى}.

"Dan janganlah Kau (Ya Allah) menjadikan musibah pada agama kami, dan janganlah Kamu menjadikan dunia sebagai tujuan terbesar kami dan sebagai puncak pengetahuan kami dan janganlah Kamu memberikan kekuasaan kepada kami orang yang tidak menyayangi kami." (HR. Tirmidzi).

3. Pelajaran/Hikmah dari Musibah

a. Peringatan dari Allah SWT karena banyaknya perilaku yang merusak yang dilakukan manusia (merusak akhlak, moral, pergaulan, lingkungan, dsb).

ظَهَرَ الْفَسَادُ فيِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ. {الروم : 41}

"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari mereka (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)". (QS. Ar rum: 41).

قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ (30) وَمَا أَنْتُمْ بِمُعْجِزِينَ فيِ الأَرْضِ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلا نَصِيرٍ (31) . {الشورى : 30-31}

"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu) (30). Dan kamu tidak dapat melepaskan diri (dari adzab Allah) di muka bumi, dan kamu tidak memperoleh seorang pelindungpun dan tidak pula seorang penolongselain Allah"(31). (QS. Asy-Syuura: 30-31).

Dengan musibah tersebut diharapkan à manusia akan menyadari kekeliruannya dan memperbaiki prilakunya.

b. Ujian keimanan/kesabaran, sekaligus membersihkan dosa, mengangkat harkat derajat sesorang/sekelompok.

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s : أَ شَدُّ النَّاسِ بَلاَ ءً اْلاَنْبِيَاءُ ثُمَّ اْلاَ مْثَلُ فَا اْلاَ مْثَلُ يُبْتَلَ ألرَّ جُلُ عَلَى حَسْبِ دِيْنِهِ : فَإِنْ كَانَ فيِ دِيْنِهِ صُلْبًا أَ شَدَّ بَلاَ ءَهُ، وَإِنْ كَانَ فيِ دِيْنِهِ رَقَّةً اُبْتُلِيَ عَلَى قَدْرِ دِيْنِهِ، فَمَا يَبْرَ حُ الْبَلاَ ءُ بِا لْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى اْلاَ رْضِ، وَمَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ . {رواه البخارى عن مسعود}

"Orang-orang yang paling banyak musibahnya ialah para Nabi, kemudian orang-orang yang berada di bawah mereka demikianlah seterusnya; seseorang itu diuji dengan musibah sesuai dengan ukuran agamanya. Apabila seseorang agamanya kuat, maka kuat pula ujian musibah yang menimpanya; dan apabila agamanya lemah, maka ia pun diuji dengan musibah yang sesuai dengan kadar agamanya. Musibah itu tetap terus mengincar hamba Allah, dan baru ia meninggalkannya (berjalan bebas) di muka bumi ini, manakala dosa-dosanya sudah habis (terkikis oleh musibah)." (HR. Bukhari dari Sa'ad).

Musibah ini sering terjadi menimpa pada orang-orang yang baik, saleh seperti para Nabi, Salafus-Sholeh, Ulama dan orang-orang yang sungguh-sungguh beriman à Musibah bisa diartikan salah satu bentuk kasih sayang dari Allah.

Semua musibah tersebut harus disikapi dengan sabar, tabah, ulet dan tahan uji serta sikap muhasabah/introspeksi.

قَالَ اللهُ تَعَالَى: الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا للهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (157). {البقرة : 156- 157 }

"(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun (156) Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk (157)." (QS. Al-Baqarah: 156-157).

Perbuatan-perbuatan yang mengundang musibah

1. Mendustakan ayat-ayat Allah

Mendustakan ayat-ayat Allah merupakan salah satu dosa yang mengundang bencana dan musibah:

قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ. {الاعراف : 96}

"Jika kalau sekiranya penduduk statu negeri senantiasa beriman dan bertaqwa, pastilah akan Kami akan limpahkan bagi mereka pintu keberkatan dari langit dan bumi, namun apabila mereka mendustakan (ayat-ayat) Kami, maka Kami akan menyiksa mereka karena tingkah laku mereka itu." (QS. Al-A'raf: 96).

2. Kufur Nikmat

Kufur terhadap nikmat Allah akan mengundang adzab yang sangat dahsyat dari Allah SWT:

قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ. {إبراهيم : 7}.

"Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan: sungguh jika kamu mensyukuri nikmat-Ku, niscaya Aku akan tambah (nikmat) padamu, dan jika kamu kufur pada nikmat yang Aku berikan, niscaya adzab-Ku sangat dahsyat." (QS. Ibrahim: 7).

Kufur nikmat artinya semakin banyak nikmat Allah yang diterima semakin jauh pula dia dari Allah, kufur nikmat artinya juga mempergunakan nikmat pemberian Allah untuk kepuasan hawa nafsu, bukan buat hal-hal yang diridhai-Nya.

Al-Qur'an menggambarkan suatu negeri yang penuh dengan nikmat-Nya, akan tetapi karena penduduk negeri tersebut kufur terhadap nikmat Allah, maka negeri itupun akhirnya ditimpa bencana dan musibah:

قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَضَرَبَ اللهُ مَثَلاَ قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللهِ فَأَذَاقَهَا اللهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ . {النحل : 112}

"Dan Allah telah membuat suatu pereumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tentram, rezki datang melimpah ruah dari segenap penjuru, tetapi (penduduk) nya kufur pada nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah menimpakan kepada mereka bahaya kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat." (QS. An-Nahl: 112).

3. Kemewahan

Gaya kehidupan Hedonisme yang hanya mengejar kemewahan materi, hidup glamour penuh gembira ria sepanjang hari dengan aneka ragam hiburan yang mengundang kemurkaan Allah dan menimbulkan bencana serta musibah yang menghancur leburkan suatu negeri. Sebagaimana Allah firman dalam Al-qur'an:

قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا. {الإسراء : 16}.

"Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menta`ati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya." (QS. Al-Isra': 16).

4. Meninggalkan Amar Ma'ruf Nahi Munkar

Mengabaikan Da'wah: Amar Ma'ruf (mengajak manusia kepada kebaikan), Nahi munkar (mencegah kamaksiatan) merupakan suatu hal yang menyebabkan kemurkaan Allah sehingga menimbulkan bencana dan musibah.

قَالَ اللهُ تَعَالَى: لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ (78) كَانُوا لا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ (79). {المائدة : 78-79}

"Dikutuki Allah orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa bin Mryam. Yang demikian itu karena kedurhakaan mereka dan tingkah laku mereka yang melampaui batas (78) Mereka tidak punya kepedulian untuk mencegah kemungkaran yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat." (79) (QS. Al-Maidah: 78-79).

5. Kedzaliman

Kedzaliman merupakan salah satu pemicu kemurkaan Allah SWT. Karena Allah sangat membenci kadzaliman.

قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَمَا كَانَ رَبُكَ مُهْلِكَ الْقُرَى حَتَّى يَبْعَثَ فيِ أُمِّهَا رَسُولاً يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِنَا وَمَا كُنَّا مُهْلِكِى الْقُرَى إِلاَّ وَأَهْلُهَا ظَالِمُونَ . {القصص : 59}

"Dan tidaklah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kedzaliman." (QS. Al-Qashas: 59).

Kewajiban Menolong/Membantu Yang Terkena Musibah

Terlepas dari berbagai sebab tersebut di atas, kita wajib membantu orang yang mendapatkan musibah, baik bantuan dengan materi, tenaga, fikiran maupun do'a untuk meringankan beban mereka.

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s : تَرَى الْمُؤْمِنِيْنَ فيِ تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَادُدِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ الْوَاحِدِ إِذا اشْتَكَىْ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِر جَسَدِهِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى. {رواه البخارى}.

“Rasulullah Saw. bersabda: “Engkau akan melihat orang-orang yang beriman dalam kasih sayang mereka, dalam kecintaan mereka dan dalam keakraban mereka antar sesamanya adalah bagaikan satu tubuh. Apabila salah satu anggotanya merasakan sakit, maka sakitnya itu akan merembet ke seluruh tubuhnya, sehingga (semua anggota tubuhnya) merasa sakit, dan merasakan demam (karenanya)”. (HR. Bukhari).

Al-quran sebagai pedoman hidup


بسم الله الرحمن الرحيم

Kedudukan dan fungsi Al-Qur’an

Allah SWT menciptakan manusia sebagai khalifah-Nya di muka bumi. Di samping itu Dia juga memberikan bekal kepada manusia dengan bekal yang memandunya supaya dapat menjalankan tugas kekhalifahan, yakni Al-Qur’an Al-Karim.

Al-Quran adalah pedoman hidup manusia dalam mengarungi tugas kekhalifahannya di muka bumi, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 185. Namun demikian, yang mampu mengambilnya sebagai petunjuk hanyalah orang-orang yang bertaqwa (lihat Q.S. 2/Al-Baqarah : 2).





Asy-Syahid Hasan Al-Banna pernah mengungkapkan bahwa sikap kebanyakan manusia di masa-masa sekarang ini terhadap kitab Allah SWT ibarat manusia yang diliputi dengan kegelapan dari segala penjuru. Berbagai sistem telah bangkrut, masyarakat telah hancur, nasionalisme telah jatuh. Setiap kali manusia membuat sistem baru untuk diri mereka, segera sistem itu hancur berantakan. Hari ini, manusia tidak mendapatkan jalan selain berdoa, bersedih, dan menangis. Sungguh aneh, karena di hadapan mereka sebenarnya terdapat Al-Qur’an, cahaya sempurna.(Hadits Tsulatsa/23-24)

“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Qur'an) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (Q.S. 26/Asy-Syu’araa: 52)

Dalam ayat ini Allah SWT menyebutkan Al-Qur’an sebagai ruh yang berfungsi menggerakkan sesuatu yang mati, mencairkan kejumudan, dan membangkitkan kembali semangat umat sehingga ia bisa menunaikan tugas kekhalifahannya dengan sebaik-baiknya.

Interaksi dengan Al-Qur’an





Allah SWT menjanjikan bagi orang-orang yang berinteraksi dengan Al-Qur’an akan mendapatkan kemuliaan. Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?” (Q.S. 21/ Al-Anbiyaa: 10)

Interaksi ini harusnya dilakukan secara utuh baik secara tilawatan (menguasai cara membacanya sesuai dengan kaidah tajwid dan mampu membacanya di waktu siang maupun malam), fahman (memahami kandungan ayat-ayat yang dibaca), amalan (kemampuan mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan/membumikan Al-Qur’an) maupun hifzhan (kemampuan menghafalkan ayat-demi ayat Al-Qur’an).

Itulah empat bentuk interaksi yang diinginkan Al-Qur’an kepada setiap Muslim.

Upaya membangun ruh Al-Qur’an bagi kaum muslimin dan kiat-kiatnya

Agar bisa berinteraksi kembali dengan Al-Qur’an, maka perlu disadarkan kembali kewajiban-kewajiban kita di hadapan Al-Qur’an.

Asy-Syahid Hasan Al-Banna mengungkapkan beberapa kewajiban Muslim terkait dengan Al-Qur’an yaitu :

1. Seorang Muslim harus memiliki keyakinan yang sungguh-sungguh dan kuat bahwa tidak ada yang dapat menyelamatkan kita kecuali sistem sosial yang diambil dan bersumber dari kitab Allah SWT. Sistem sosial apa pun yang tidak mengacu atau tidak berlandaskan kepada Al-Qur’an pasti akan menuai kegagalan.

2. Kaum Muslimin wajib menjadikan kitab Allah sebagai sahabat karib, kawan bicara, dan guru. Kita harus membacanya. Jangan sampai ada hari yang kita lalui sedangkan kita tidak menjalin hubungan dengan Allah SWT melalui Al-Qur’an.

Demikianlah keadaan para pendahulu kita, kaum salaf. Mereka tidak pernah kenyang dengan Al-Qur’anul Karim. Mereka tidak pernah meninggalkannya. Bahkan mereka mencurahkan waktunya untuk itu. Sunnah mengajarkan agar kita mengkhatamkannya tidak lebih dari satu bulan dan tidak kurang dari tiga hari. Umar bin Abdul Aziz apabila disibukkan oleh urusan kaum Muslimin, beliau mengambil mushaf dan membacanya walaupun hanya dua atau tiga ayat. Beliau berkata, “Agar saya tidak termasuk mereka yang menjadikan Al-Qur’an sebagai sesuatu yang ditinggalkan.”

3. Ketika membaca Al-Qur’an kita harus memperhatikan adab-adab membacanya. Demikian pula saat kita mendengarkan Al-Qur’an harus memperhatikan adab-adabnya. Hendaklah kita berusaha merenungkan dan meresapinya.

Setelah kita mengimani bahwa Al-Qur’an adalah satu-satunya penyelamat, kita wajib mengamalkan hukum-hukumnya, baik dalam tingkatan individu maupun hukum-hukum yang berkaitan dengan masyarakat atau hukum-hukum yang berkaitan dengan penguasa

MENUMBUHKAN KECINTAAN PADA AL-QUR'AN


بسم الله الرحمن الرحيم

1. Al-Qur'an à قرأ – يقرأ – قرأنا à Bacaan. Karena itu, al-Qur'an harus dibaca à Perhatikan QS. Al-Qiyamah: 16-19.

قَالَ اللهُ تَعَالَى: لاَ تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ (16) إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ (17) فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ (18) ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ (19). {القيامة : 16-19}.

“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Qur'an karena hendak cepat-cepat (menguasai) nya (16) Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya (17) Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu (18) Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya (19).” (QS. Al-Qiyamah : 16-19).

قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ. {الأعراف : 204}.

" Dan apabila dibacakan Al Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. (QS. Al-A'raf: 204).

Istima' (mendengarkan dan memperhatikan) à Memahami à Kemauan untuk mengamalkannya.

قَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ. {الأنفال : 2}.

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal." (QS. Al-Anfal: 2).

قَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ وَأَقَامُوا الصَّلاَةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلاَنِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ (29) لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ (30). {فاطر : 29-30}.

"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi (29) Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karuniaNya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri (30)." (QS. Fathir: 29-30).

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ. {رواه البخاري}.

“Rasulullah Saw. bersabda: “Sebaik-baik dari kalian, adalah orang yang belajar al-Qur'an dan mau mengajarkannya”. (HR. Bukhari).

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: أَشْرَفُ أُمَّتِيْ حَمَلَةَ الْقُرْآنَ. {رواه الترمذي}.

"Rasulullah Saw. bersabda: "Umatku yang paling mulia, adalah orang yang mau membawa (mempelajari) al-Qur'an (lalu menjadikannya sebagai pedoman hidup)." (HR. Tirmidzi).

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: اِقْرَءُوْا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِيْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيْعًا لأَصْحَابِهِ. {رواه الترمذي}.

"Rasulullah Saw. bersabda: "Bacalah oleh kalian al-Qur'an, karena sesungguhnya al-Qur'an nanti akan datang pada Hari Kiamat sebagai penolong bagi empunya (orang yang mau membaca dan mempelajarinya)." (HR. Tirmidzi).

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلَ الأُتْرُجَةَ، رِيْحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبُ. {رواه الترمذي}.

"Rasulullah Saw. bersabda: "Perumpamaan orang yang membaca al-Qur'an adalah seperti buah utrujah; berbau harum (wangi) dan rasanya enak." (HR. Tirmidzi).

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: إِنَّ هذَا الْقُرْآنَ مَأْدَبَةُ اللهِ، فَتَعَلَّمُوْا مِنْ مَأْدَبَتِهِ مَا اسْتَطُعْتُمْ....{رواه متفق عليه}.

"Rasulullah Saw. bersabda: "Sesungguhnya al-Qur'an ini adalah merupakan hidangan Allah SWT. Oleh karena itu, pelajarilah oleh kalian (al-Qur'an itu) dari hidangan-Nya sesuai dengan kemampuan kalian…." (HR. Muttafaq 'Alaih).

Intropeksi diri


بسم الله الرحمن الرحيم

Mari Kita bertanya tentang makna kehidupan ke pribadi kita !

1. Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ?

2. Apa yang paling jauh dari kita di dunia ?

3. Apa yang paling besar di dunia ?

4. Apa yang paling berat di dunia ?

5. Apa yang paling ringan di dunia ?

6. Apa yang paling tajam di dunia ?

Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al Ghozali bertanya....

Pertama : “Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?".

Murid-muridnya menjawab "orang tua,guru,kawan,dan sahabatnya". Imam Ghozali menjelaskan semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "MATI". Sebab itu sememangnya janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. (Ali Imran 185)

Kedua : "Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?".

Murid -muridnya menjawab "negara Cina, bulan, matahari dan bintang - bintang". Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahawa semua jawapan yang mereka berikan itu adalah benar. Tapi yang paling benar adalah "MASA LALU". Walau dengan apa cara sekalipun kita tidak dapat kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.

Ketiga : "Apa yang paling besar di dunia ini?".

Murid-muridnya menjawab, "gunung, bumi dan matahari". Semua jawapan itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "NAFSU" (Al A'Raf 179).

Maka kita harus berhati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.

Keempat : "Apa yang paling berat di dunia ini?".

Ada yang menjawab "besi dan gajah". Semua jawapan adalah benar, kata Imam Ghozali, tapi yang paling berat adalah "MEMEGANG AMANAH" (Al Ahzab 72).

Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak dapat memegang amanahnya.

Kelima : "Apa yang paling ringan di dunia ini?"...

Ada yang menjawab "kapas, angin, debu dan daun-daunan". Semua itu benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah meninggalkan Sholat. Gara-gara pekerjaan kita meninggalkan sholat, gara-gara bermesyuarat kita meninggalkan sholat.

Keenam adalah, "Apakah yang paling tajam di dunia ini?"...

Murid-muridnya menjawab dengan serentak, "pedang". Benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling tajam adalah "LIDAH MANUSIA" Karena melalui lidah, Manusia selalunya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.

Membangun Generasi Rabbani


بسم الله الرحمن الرحيم

1. Mengusahakan pendidikan agama yang baik (تربية حسنة) bagi anak-anak dan generasi mendatang, merupakan suatu kewajiban syar’i sekaligus suatu kebutuhan.

قَالَ رَسُوْلُ الله s: كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ حَتَّى يُعْرِبَ عَنْهُ لِسَانُهُ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يَنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ. {رواه الأسود بن سريع}.

“Rasulullah Saw. bersabda: “Setiap anak (manusia) itu dilahirkan dalam keadaan suci hingga dia dapat berbicara. Maka orang tuanyalah yang menjadikan ia menjadi seorang Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Aswad bin Sari’).

Imam Ghazali mengatakan: لَوْلاَ التَّرْبِيَّةُ لَكَانَ النَّاسُ كَالْبَهَائِمِ (Kalaulah tidak karena pendidikan, pasti manusia (perilakunya) seperti hewan).

2. Para Nabi dan Rasul Allah, selalu mengharapkan dan berdo’a kepada Allah SWT agar mendapatkan anak keturunan yang shaleh, yang kuat, bahkan menjadi pemimpin orang-orang yang bertaqwa.

قَالَ اللهُ تَعَالَى: رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ. {البقرة : 128}.

”Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 128).

قَالَ اللهُ تَعَالَى: هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ. {ال عمران : 38}.

”Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa." (QS. Ali Imran: 38).

قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا. {الفرقان : 74}.

”Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan: 74).

Anak yang shaleh (dalam pengertian luas) disamping bermanfaat di dunia ini juga akan mengalirkan pahala bagi kedua orang tuanya yang sudah meninggal dunia

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: إِذَا مَاتَ ابنُ آدَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةِ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ.{رواه أبو داود}.

“Rasulullah Saw. bersabda: “Jika seseorang telah meninggal dunia, maka terputuslah amal perbuatannya, kecuali tiga hal; shadaqah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendo’akan (kedua orang tuanya).” (HR. Abu Dawud).

3. Diantara materi pendidikan yang menjadi kewajiban orang tua mengajarkannya pada anaknya, antara adalah sebagai berikut:

1. Pengenalan tahuhit/keimanan à QS. Luqman [31]: 13.

قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لاَ تُشْرِكْ بِاللهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ. {لقمان : 13}.

”Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar." (QS. Luqman: 13).

2. Akhlaqul karimah Orang tua

Keluarga

Sesama

قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُوا إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلاً كَرِيمًا (23) وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا (24). {الإسراء : 23-24}.

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia (23) Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." (QS. Al-Isra’: 23-24).

قَالَ اللهُ تَعَالََى: وَلاَ تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلاَ تَمْشِ فيِ الأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (18) وَاقْصِدْ فيِ مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ (19). {لقمان : 18-19}.

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri (18) Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS. LUqman: 18-19).

3. Menegakkan shalat

قَالَ اللهُ تَعَالَى: فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلاَةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا. {مريم : 59}.

“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” (QS. Maryam: 59).

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: إِذَا عَرَفَ الْغُلاَمُ يَمِيْنَهُ مِنْ شِمَالِهِ فَمُرُّوْهُ بِالصَّلاَةِ. {رواه أبو داود}.

“Rasulullah Saw. bersabda: “Jika seorang anak (kecil) sudah mengetahui (membedakan) antara tangan kanan dan tangan kirinya, maka perintahlah dia untuk mengerjakan shalat.” (HR. Abu Dawud).

4. Membaca Al-Qur’an

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: أَدِّبُوْا أَوْلاَدَكُمْ عَلَى ثَلاَثِ خِصَالٍ حُبِّ نَبِيِّكُمْ وَحُبِّ أَهْلِ بَيْتِهِ وَقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ فَإِنَّ حَمَلَةَ الْقُرْآنِ فيِ ظِلِّ اللهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ مَعَ أَنْبِيَائِهِ وَأَصْفِيَائِهِ. {رواه الديلمي عن علي}.

“Rasulullah Saw. bersabda: “Berilah tiga macma pendidikan kepada anak-anak kalian: Cinta pada nabinya, cinta pada keluarganua, membaca Al-Qur'an, dan membaca Al-Qur'an. Barangsiapa yang hafal Al-Qur'an, maka kelak dia akan berada pada naungan-Nya, ketika tidak anak naungan kecuali naungan-Nya, bersama para nabi dan kekasih-Nya.” (HR. Daelamiy dari Ali).

4. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mendidik: a) contoh dan suri tauladan, b) Memberikan rizki yang halal.

قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا أَيــُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فيِ الأَرْضِ حَلاَلاً طَيِّبًا وَلاَ تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنُّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِيْنٌ. {البقرة : 168}.

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 168).

Rizki yang haram berpengaruh Do’a à Tidak akan dikabulkan

Ibadah à Tidak akan diterima

Berpengaruh pada perilaku

Menumbuhkan Jiwa Agama (Tauhid) Pada Diri Anak


سم الله الرحمن الرحيم

1. Pada Bulan Agustus 2003, kita sempat dikejutkan oleh berita bunuh dirinya siswa kelas VI SD yang bernama Heryanto akibat menanggung rasa malu tidak mampu membayar iuran sebesar Rp. 2.500,- untuk kegiatan ekstra kurikuler.

Berita tersebut sempat mengisi berbagai surat kabar di Indonesia dan sempat ramai dibahas di televisi, bahkan tidak hanya itu berita tersebut telah menjadi sorotan dunia internasional sebagai kasus psikologi unik yang meimpa anak-anak. Belum sempat berita bunuh diri Haryanto hilang dari ingatan kita, tiba-tiba kembali kita dikejutkan kasus bunuh dirinya siswa yang bernama Ihfan Khairul Fazrim siswa kelas dua SMP PGRI Setu, Bekasi pada tanggal 25 Mei 2004 akibat belum membayar uang SPP selama lima bulan berturut-turut.

Kasus bunuh diri ini juga terjadi pada anak-anak yang lainnya:

Data Anak yang Bunuh Diri

15 Februari 2003

Kanita (15)

Tewas gantung diri di rumahnya, Jakarta Selatan

25 Agustus 2003

Heryanto (12)

Mencoba gantung diri, murid kelas VI SD di Garut itu malu tidak mampu membayar iuran Rp. 2.500,- untuk kegiatan ekstrakuler di sekolah

7 Oktober 2004

Bambang Surono (11)

Murid kelas V SD di Semarang ditemukan tewas gantung diri

27 Januari 2004

Usuf Ambari (13)

Tewas gantung diri di rumah orang tuanya di Cianjur karena keinginannya untuk memiliki televisi tidak kesampaian

8 Februari 2004

Nurdin bin Adas (12)

Tewas gantung diri di plafon dapur rumah kakaknya di Garut. Ia diduga tidak kuat menahan rindu kepada mendiang ibunya

14 Februai 2004

Nazar Ali Julian (13)

Warga Kabupaten Cianjur mencoba bunuh diri dengan menusukkan pisau dapur ke perutnya karena tidak kuat memikul beban akibat perceraian kedua orang tuanya.

2. Kasus anak bunuh diri ini menjadi suatu bukti bahwa saat ini banyak orang tua yang mengabaikan pendidikan akhlaq atau moral anak, selain itu tidak hanya orang tua saja, namun lingkungan sekitar anak tinggal juga mempunyai andil, salah satunya tayangan televisi. Anak menjadi terobsesi ingin seperti yang ia tonton, seperti pergaulan yang glamour, gengsi yang tinggi pada teman, sehingga bila hal itu tidak terpenuhi membuat anak menjadi minder atau malu. Solusi yang bisa kita ambil agar anak terhindar dari sikap itu yakni perlu memandang penting tumbuhnya jiwa agama (tauhid), keharmonisan keluarga, pentingnya sikap syukur ni’mat ditanamkan, dan juga kepekaan sosial harus dilatih.

3. Jiwa tauhid yang merupakan hal yang paling fundamental dalam hidup keberagaman, sesungguhnya sudah ada pada setiap diri anak (manusia). Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam QS. Al-A'raf : 172.

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِى ءَادَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتَ بِرَبِّكُمْ قَالُوْا بَلَى شَهِدْنَآ أَنْ تَقُولُوْا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِيْنَ. {الأعراف : 172}.

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”. (QS. Al-A'raf : 172).

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ s: كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ, فَأَبَوَاهُ يهَوِّدانَهُ أَوْ يُنَصِّرَانَهُ أَوْ يُمَجِّسَانَهُ

“Rasulullah Saw. bersabda: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (tauhid), maka tergantung pada kedua orang tuanya, apakah akan menjadikannya Yahudi, Nashrani ataukah Majusi”.

Pengenalan tauhid ini bisa dilakukan oleh para orang tua/guru dengan melalui berbagai macam cara, antara lain:

a. Dengan menjelaskan sifat-sifat Allah yang baik (الأسمآء الْحُسنى) agar tumbuh kecintaan anak kepada-Nya.

هُوَ اللهُ الَّذِى لآإِلهَ إِلاَّ هُوَ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ هُوَ الرَّحْمنُ الرَّحِيْمُ (22) هُوَ اللهُ الَّذِى لآإِلهَ إِلاَّ هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلاَمُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِِنُ الْعَزِيْزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكُبِّرُ سُبْحَانَ اللهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ (23) هُوَ اللهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الأَسْمَآءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَافِى السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ (24). {الحشر : 22-24}.

“Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (22), Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Maha Suci, Allah dari apa yang mereka persekutukan (23), Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (24)”. (QS. Al-Hasyr : 22-24).

b. Dengan mendidik anak dapat membaca Al-Qur’an, karena Al-Qur’an adalah wahyu dan kalam Allah yang jika dibaca akan memperkuat keimanan.

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ إِذَا ذُكِرَ اللهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِم ءَايَتُهُ زَادَتْهُمْ إِيْمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَ. {الأنفال : 2}.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal”. (QS. Al-Anfal : 2).

c. Dengan mendidik anak terbiasa beribadah dan hal-hal yang positif dalam hidupnya, seperti shalat, do’a, shaum dan infaq.

إِنَّ الَّذِيْنَ يَتْلُوْنَ كَتَابَ اللهِ وَأَقَامُوْا الصَّلَوةَ وَأَنْفَقُوْا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلاَنِيَّةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَّنْ تَبُورٍ. {فاطر : 29}.

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”. (QS. Fathir : 29).

d. Mengemukakan kisah-kisah/sejarah tentang orang-orang yang baik dan berhasil dalam hidupnya, baik kisah-kisah Qur’ani, para sahabat Nabi atau sejarah hidup orang-orang yang ada disekitarnya.

لَقَدْ كَانَ فِى قَصَصِهِمْ عِبْرَةً لأُوْلِى الأَلْبَابِ مَاكَانَ حَدِيْثًا يُفْتَرَى وَلَكِنْ تَصْدِيْقَ الَّذِى بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيْلِ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدَى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُوْنَ. {يوسف : 111}.

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”. (QS. Yusuf : 111).

Tentu masih banyak cara menumbuhkan jiwa tauhid dan mengenal Allah secara baik pada diri anak-anak, agar mereka menjadi insan dan generasi yang kuat keimanannya, sehingga mampu mengatasi masalah hidupnya dengan kuat dan tegar. Sudah barang tentu cara mendidiknya dengan penuh kasih sayang, rasa cinta dan tanggungjawab.