Rabu, Desember 12, 2007

INGAT KONTRAK POLITIK MU WAHAI ANGGOTA DEWAN !

Senin siang (6/9)tahun 2004 ratusan mahasiswa yang tergabung dalam forum bersama untuk masyarakat Riau merupakan himpunan dari berbagai organisasi : HMI Cabang Pekanbaru, KAMMI Daerah Riau, PMII Riau, PMKRI Pekanbaru, GMKI Pekanbaru, PW IRM Riau, Bem UNRI, BEM UIR, BEM Unilak dan BEM UI Susqa, nyaris bentrok dengan aparat keamanan guna mendesak anggota DPRD Riau untuk menandatangani kontrak politik. setelah melakukan negosiasi dari pukul 13.00 WIB baru pukul 14.00 WIB, 21 anggota dewan dari jumlahnya 55 orang bersedia menandatangani kontrak politik yang isinya adalah :
KONTRAK POLITIK
ANGGOTA DPRD RIAU 2004 – 2009

Kami anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPRD) Riau masa bakti 2004-2009, berjanji akan melaksanakan aspirasi masyarakat Riau sebagai berikut :
1. Merealisasikan alokasi anggaran pendidikan 25 persen dari dengan APBD. Dengan titik tekan pada :
A. meningkatkan mutu sarana dan prasarana pendidikan
B. Meningkatkan mutu pendidikan dengan biaya murah untuk rakyat
C. Meningkatkan kualitas dan kesejahteraan guru
2. Bersedia untuk tidak melakukan tindakan pelanggaran hukum dan penyalahgunaan jabatan seperti : Tindakan Amoral, Korupsi, Kolusi, baik secara perorangan maupun kolektif.
3. Meningkatkan pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan rakyat kecil.
4. Proaktif melakukan pemberantasan penyakit masyarakat (PEKAT) seperti : Pelacuran, Pornografi, Pornoaksi dan Perjudian.
5. Bersama-sama pemerintah daerah melakukan peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat dengan biaya murah.
6. Bersama-sama pemerintah dan masyarakat untuk menyelamatkan lingkungan dengan memberantas penebangan hutan secara liar (illegal logging) dan pencemar lingkungan.
7. Menyusun APBD secara transparan, efektif dan efesien.

Untuk membuktikan kesungguhan kami dalam mengemban aspirasi rakyat, kami akan mempublikasikan laporan kerja dewan per enam bulan kepada masyarakat.
Apabila kami melanggar kontrak politik ini, kami bersedia meletakan jabatan sebagai wujud tanggung jawab.

Sengaja kami menyalin teks kontrak politik tersebut sesuai dengan aslinya. selanjutnya kami juga akan merinci nama-nama anggota Dewan Propinsi Riau yang menandatangani kontrak politik tersebut yaitu :
1. Partai Amanat Nasional : Taufan Andoso Yakin SE, MM, Drs. Djuharman Arifin, Apt, Mp ; Ir Yuda Bhati,
2. Partai Buruh Sosial Demokrat : Ir. Bambang Tri Wahyono
3. Partai Demokrasi Indonesia Perjuanagan : H. Suryadi Khusaini;
4. Partai Demokrat : Dr.H.Mohd.Jenu; Tommy Rusly Idar
5. Partai Golongan Karya : H. Syamsul Hidayah Kahar,BA;Drs.Mahlilum;Ir.Arsydjuliandi R;Suparman Ssos; A Rahman Jalil, Sag,MM;Zulfan Heri, Drh, H.Chaidir,MM; H.Ruspan Aman;
6. Partai Keadilan Sejahtera : Taufik Hidayatullah;Hasyim Aliwa, Ir.H. Ilham Msc, Mukti Sunjaya, SPd, Nurdin SE, Ak
7. Partai Persatuan Pembangunan : Ruslan Effendy SE, Sag; H.Syofyan Hamzah, BA;Drs.Azwir Alimuddin;H.Zanzibar Nong; Drs.H.Mursini

Kami ingatkan kembali kepada anggota dewan yang terhormat kontrak politik diatas yang barang kali sudah dilupakan. Kepada masyarakat yang pernah memilih para anggota dewan diatas kami menyerukan, ” Marilah kita tuntut janji-janji mereka, sehingga hak kita sebagai konstituen tidak mereka abaikan.

Eddy syahrizal
Direktur Malay Research Foundation (MRF)
waktu kontrak politik ditandatangani menjabat Ketua Umum KAMMI Daerah Riau 2002-2004

Meneroka Idealisme Melayu

Kekuatan Idiologi

Kekuatan pertama yang membuat suatu bangsa membuat perubahan dan merancang masa depan adalah kekuatan idiologi. Dengan adanya idiologi maka akan tergambar visi,misi dan tujuan yang akan dicapai. Kekuatan idiologilah yang membuat Hitler dan nazinya ingin menguasai dunia, namun sayang dipenuhi dengan kesombongan. Maka setelah adanya kekuatan idiologi yang diperlukan adalah kerendahan hati dari kader-kade idiologi tersebut untuk bisa hidup ajar dan alamiah dalam tatanan idiologi yang sangat mungkin berseberangan. Kekuatan idilogi seperti inilah yang ada dalam idiologi Islam. Banyak contoh kalau kita mau melihat, memperhatikan dan menganalisis sejarah kalau memang mempunyai keinginan untuk.

Dalam sejarah perjalanan Riau sendiri yang sangat diidentikkan dengan melayu. Kekuatan Idiologi inilah yang membuat melayu mampu menunjukkan keberadaan edan marwahnya di saat kejayaannya di masa yang silam. Kekuatan Idiologilah yang bisa menyatukan melayu Riau yang terdiri dari berbagai macam etnis mulai yang dianggap melayu “pribumi” Bugis, Banjar, Arab, Cina Portugis dan lain sebagainya. Maka sangat naiblah sekarang ini melayu digaungkan sebagai suatu etnis atau suku. Pernyataan ini adalah pernyataan yang tidak pada tempatnya. Pernyataan ini adalah suatu sikap egoisme yang sengaja di sulut untuk meruntuhkan melayu itu sendiri. Sungguh, melayu tidak akan pernah hilang di bumi.

Melayu dan Idiologi

Lalu apakah sebenarnya melayu itu ? Kita ingin mendefinisikan melayu maka yang harus diketahui pertama kali adalah idiologi apa yang bisa menyatukan melayu. Idiologi itu adalah Islam. Maka saya memberanikan diri untuk mendefinisikan melayu itu adalah satu set nilai yang sudah mengakar dan menjadi kultur yang diayomo oleh suatu idiologi yaitu Islam.

Mental Idiologi Melayu Kini

Fenomena yang menarik dapat kita ambil dari Konggres Rakyat Riau II yang melahirkan opsi merdeka. Kita perlu menganalisa gaung opsi ini tidak dapat menaikkan posisi tawar Riau ke Pusat. Gerakan ini nampaknya hanya bersifat elitis dan sensational saja. Selain itu, opsi ini kurang mendapatkan dukungan dari pemerintahan daerah riau sendiri yang notabenen orang Riau. Mengapa itu bisa terjadi.

Jaaban pertama dapat kita lihat dari pernyatan Bapak Zulfan Heri dalam peluncuran Buku Prof. DR. Tabrani Rab “ Menuju Riau Merdeka Pilihan Konggres Rakyat Riau II “ . yaitu : gerakan ini belum mempunyai idiologi gerakan dan filosofi gerakan yang jelas. Kita dapat melihat efektivitas suatu gerakan dilihat dari dukungan massa rakyat yang kongkrit. Jangan masyarakat, aktivis mahasiswapun nampaknya masih ogah untuk mendukung gerakan ini. Disebabkan gerakan ini tidak jelas tujuan apa yang akan dicapainya.

Fenomena ini berlanjut dengan realita di lapangan yaitu pernyataan Al-Azhar sendiri yang menyatakan bahwa , “ Dokumentasi KRR II ini masih sangat amburaadul dan adanya ketidak seimbangan atara gerakan politik dan sosial budaya.” Selain itu, dari kalangan birokrat kita dapat melihat bahwa tindakan yang meraka lakukan adalah adalahn tindakan menyelamatkan diri sendiri. Mengapa demikian? Mereka lebih mementingkan kelselamatan diri sendiri darpada memperjuangkan kesejahteraan masyarakat. Lalu idiologi “ perutlah” yang lebih mereka pentingkan. Dari fenomena-fenomena ini kita dapat melihat bahwa mental idiologi melayu sekarang ini sedang terpuruk. Maka dapat disimpulkan sekarang sedang terjadi “pembusukan” dalam bidang idiologi. Hal ini ditunjukkan oleh para-tokoh-tokoh Riau dan kalangan birokrat yang bergerak tanpa idiologi yang jelas dan hanya berdasarkan kepentingan belaka.

Menanti Pejuang Idiologi yang Hilang

Tidak usah terlalu lama bersedih! Saatnyalah kita bangkit membangun negeri ini. Bergerak dalam landasan idiologi yang jelas dan jangan meraba-raba. Memang kita merasakan sudah cukup lama tersiksa dengan keadaan yang memilukan ini. Tampaknya tokoh untuk memperbaiki keadaan ini tidak bisa diharapkan terlalu banyak. Maka saatnyalah sekarang generasi muda negeri ini memotong dan memutus generasi tua dalam segi pemikiran idilogi dan pemikiran yang jelas. Kembali ke resam pemikiran yang Islami.

Memang memerlukan waktu yang cukup lama untuk memutus pemikiran tersebut.Namun kalau bukan sekarang kapan lagi ? Melayu khususnya Riau akan satu dan berkembang serta bangkit hanya dengan menerapkan idiologi Islam sebagai acuan dasar dalam bertindak para organ organiknya. Melahirkan generasi muda melayu yang baru dengan cara mengkaji dan mengaplikasikan Idiologi Islam dan sumber kesejarahan melayu lebih mendalam. Satu hal lagi yang harus ditanamkan dalam pribadi yang ingin menerapapkan idiologi Islam di daerah ini adalah adanya tanggungjawab spritual, moral dan intelektual yang jelas dalam rangka menjalankan tugas mulia ini. Rasa tanggungjawab ini akan melahirkan suatu sikap kedisiplinan pribadi dalam rangka menerapkan idiologi Islam yang telah kita kenal dengan syariat Islam. Rasa tanggungjawab ini harus dilandaskan pada akidah yang benar dan beragama yang lurus.

Kedisiplinan akan melahirkan sosok pribadi yang paling tidak mempunyai lima sifat yaitu :
Pertama, meletakkan syariat Islam sebagai bagian tertinggi hukum, sistem dan nilai sebagai ibadah kepada Allah. Kedua, keluar dari hokum-hukum syariat berarti dari iman, Islam ihsan dan keadilan. Ketiga, menolak sistem yang ada di luar Islam. Keempat tidak mengakui penguasa yang tidak menjalankan hokum-hukum selain syariat Islam. Kelima, menjaga hokum-hukum syariat terhadap orang yang bernai mengubahnya, baik dengan lisan, dann kekuasaan setelah menempuh jalan dakwah berupa hikmah, nasihat dan berargumentasi dengan baik. ( Figh Responsibilitas : DR. Ali Halim Abdul Mahmud)

Siapa yang berani memperjuangkan syariat Islam di Riau ? Sebagai pengugah semangat dengarlah dan pahamilah arti dan makna syair Umar bin Khattab berikut ini :
Apabila ada seribu mujahid berjuang
Aku satu diantaranya !
Apabila ada seratus Mujahid berjuang
Aku satu diantaranya !
Apabila ada sepuluh mujahid berjuang
Aku satu diantaranya !
Apabila hanya satu mujahid berjuang
Itulah aku !
Apabila tidak ada lagi mujahid berjuang
Berati aku telah gugur !

Manifesto Pergerakan Mahasiswa

Kekuatan pergerakan mahasiswa adalah nilai idiologi yang diusungnya. Karena apapun bentuk pergerakan yang ada di muka bumi ini selalu mempunyai landasan idiologis. Karena idiologi adalah suatu sumber keyakinan yang akan mengorientasikan tindakan. Kekuatan idiologilah yang akan menjadi energi yang tidak akan pudar dalam semangat pergerakan mahasiswa. Karena dalam setiap idiologi terdapat semangat perlawanan. Semangat perlawanan inilah yang harus menjadi bahan bakar perjuangan.

Inti dari permasalahan dinilai lemahnya pergerakan mahasiswa di Riau. Oleh kalangan masyarakat dan akademisi adalah lemahnya pembangunan kesadaran idiologi. Sehingga orientasi pergerakannya menjadi kabur. Apabila orientasi kabur, maka akan berefek pada lemahnya Grand Design gerakan, terpolarisasinya gerakan mahasiswa oleh batasan geografis, psikologis, politis dan kebudayaan. Selain itu, akan mengakibatkan kacaunya alur kaderisasi yang dilaksanakan. Karena fungsi dari kaderisasi adalah wadah untuk mewariskan perjuangan idiologi kepada generasi berikutnya.

Apabila idiologi sudah menginternalisasi dalam setiap kader pergerakan mahasiswa maka resiko apapun yang akan dihadapi dalam perjuangan itu adalah biasa. Karena resiko yang teringan dalam suatu pergerakan yang dilandasi idiologi adalah Mati. Sedangkan resiko terberat dalam pergerakan yang dilandasi idiologi adalah tertangkap. Karena tertangkapnya seorang kader idiologis sangat berbahaya pada pergerakan itu sendiri. Karena penjara bisa menjadi pisau yang bermata dua.

Pertama, apabila internalisasi idiologinya sudah mengakar begitu dalam pada kader idiologis maka ia akan menjadi lambang kokohnya perlawanan dari suatu idiologi. Fenomena ini akan menghancurkannkepercayaan diri dari lawan-lawannya. Karena mereka mengetahui bahwa masyarakat akan memberikan simpatinya yang sangat dalam kepada orang yang terzhalimi dan lembaga pergerakan yang dizhalimi. Ia akan menjadi mata pisau yang membelah pihak penguasa yang zhalim itu sendiri.

Kedua, Namun jika internalisasi idiologi pada kader tersebut baru separuh-separuh. Ini akan membahayakan pergerakan itu sendiri. Pertama, rahasia pergerakan akan diketahui oleh pihak musuh. Kedua, pihak penguasa tidak akan memandang lagi pergerakan itu sebagai wadah perjuangan perlawanan. Ketiga, akan ada antipati dari kalangan masyarakat. Keempat, akan mengendorkan jiwa perlawanan dalam pergerakan itu sendiri. Maka ia akan menjadi pisau yang menghancurkan pergerakan itu sendiri. Makanya jangan terlalu jumawalah orang-orang yang sering keluar masuk penjara.

Penguatan idiologilah yang seharusnya menjadi manifesto pergerakan mahasiswa yang ada di Riau. Saya tidak menyebutkan pergerakan mahasiswa Riau . Karena kalimat pergerakan mahasiswa Riau telah menyekat pergerakan mahasiswa dalam suatu sekat geografis keRiauan, sekat psikologis dan kebudayaan yang bersifat keRiauan. Karena pergerakan mahasiswa yang dilandasi oleh idiologi tidak dibatasi oleh semua faktor diatas.
Dengan adanya idiologi yang kuat dalam pergerakan akan menentukan nilai dari Independensi dari sebuah pergerakan mahasiswa. Pergerakan mahasiswa yang dilandasi oleh idiologi yang kokoh akan mampu mempunyai obyektifitas dalam menilai sesuatu permasalahan, Mandiri dalam dalam pergerakan terutama pendanaan, Independensi yang objektif dalam keberpihakan.
Pertama, Obyektif dalam menilai permasalahan artinya pergerakan itu menilai segala sesuatu berdasarkan pada data, fakta, realita yang ada di lapangan tanpa ada tendensi subyektifitas. Data, fakta dan realita inilah yang akan dipergunakan sebagai amunisi untuk melawan kebijakan penguasa yang zhalim.Karena sebuah kebijakan publik juga dilandasi oleh data, fakta dan realita subyektif dalam kepentingan penguasa. Sehingga idiom selama ini bahwa “ Pergerakan mahasiswa sering berteriak dan jarang berhitung” dapat ditepis. Bukankah perhitungan itu didapat dari kajian terhadap data, fakta dan realita yang ada ?

Kedua,Mandiri dalam pergerakan artinya Semangat perlawanan itu akan menghasilkan resistensi perlawanan dalam pergerakan tersebut. Maka sebelum tujuan asasi dari idiologi itu tercapai, pergerakan itu tidak akan berhenti. Semiskin apapun mereka akan tetap bergerak. Karena ada idiom dalam pergerakan idiologi yaitu saku-saku kami adalah bank-bank kami. Maka sarana apapun akan mereka jadikan sebagai modal perjuangan.

Dan mereka akan menampik segala bantuan yang bisa menjebak dan melunturkan idealisme idiologis mereka. Karena modal perjuangan dan kekuatan utama perjuangan mereka adalah diri mereka sendiri. Maka pergerakan mahasiswa yang mempunyai idiologi yang kuat, kekuatan perlawanan yang mereka miliki adalah berapa banyak mereka mempunyai kader yang militan. Kader militan artinya kader yang telah merasakan bahwa dalam pembuluh darah mereka mengalir darah semangat perlawanan. Semangat perlawanan dari suatu keyakinan bahwa idiologi merekalah yang benar.

Ketiga, Indenpendensi obyektif dalam keberpihakan artinya, keberpihakan pergerakan mahasiswa adalah keberpihakan kepada kebenaran universal. Keberpihakan ini akan mengatur secara otomatis posisi pergerakan mahasiswa tersebut dengan Pergerakan Mahasiswa lain, Pemerintah, Partai Politik dan Masyarakat. Dengan pergerakan mahasiswa yang seidiologi posisi yang diambil adalah merasakan bahwa mereka adalah satu bagian yang utuh, sebagai mitra dalam berkhidmat kepada masyarakat dan saudara sepejuangan.

Sedangkan dengan pergerakan mahasiswa yang berbeda idiologi mereka mengembangkan hubungan yang didasarkan pada prinsip mengambil manfaat dan hikmah. Bukankah semua pergerakan mahasiswa bisa bersatu apabila ada kesamaan isu? Walaupun secara diametral idiologi mereka berbeda? Contohnya pada tahun 98 elemen mahasiswa beridiologi Islam, Kiri dan moderat dapat bersatu?

Dengan pemerintah mereka akan mengambil posisi sebagai fungsi kontrol. Dalam mengambil fungsi kontrol inilah sikap mereka akan dipengaruhi oleh idiologinya. Bagi yang mempunyai idiologi pragmatis mereka akan memanfaatkan posisi mereka untuk mengambil keuntungan secara pribadi dan organisasi.

Posisi yang harus diambil pergerakan mahasiswa dengan partai politik adalah posisi yang mengedepankan gerakan moral yang berdimensi politik dan gerakan politik yang berbasis moral dan intelektual, bersifat mandiri, kritis, moralis dan revolusioner. Posisi ini harus dipertahankan oleh pergerakan mahasiswa yang mempunyai basis idiologi yang jelas. Sikap ini akan menjaga kemurnian serta konsistensi pergerakan agar tidak terseret oleh gerakan politik dari partai politik yang sekarang ini banyak yang tidak bermoral.

Sedangkan posisi pergerakan mahasiswa dengan masyarakat adalah ibarat ruh dan tubuh. Karena pergerakan mahasiswa tumbuh dan berkembang ditengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu, pergerakan mahasiswa harus senantiasa berdiri di barisan terdepan dalam membela kepentingan masyarakat, menjadi solusi bagi persoalan mereka, menghubungkan kasih sayang diantara mereka dan sekaligus berusaha keras untuk menjadi sebab kemuliaan mereka. Selain itu pergerakan mahasiswa harus selalu menempatkan diri sebagai penengah dalam setiap konflik yang terjadi ditengah masyarakat.

Hanya dengan kekuatan idiologi yang kokoh pergerakan mahasiswa di Riau akan kembali menunjukkan marwahnya. Karena dengan Idiologi akan membaralah energi dan semangat perlawanan. Bangkit, lawan! Hancurkan tirani! Bergerak tuntaskan perubahan. Hidup Mahasiswa !

SINEMATOGRAFI PILGUBRI RIAU 2008

Dua Pekan lalu kalau ada yang menonton Republik Mimpi di Metro TV pasti akan ”nyambung” dengan tema ini. Tema pembahasan spesial hari pahlawan newsdot com itu ada anekdot yang yang akan kita ambil sebagai pembuka. Menjawab dua pertanyaan dari Si Jadul sang sekretaris sang kabinet yakni; Pertama apa hubungan antara semangat pahlawan dengan kemacetan lalu lintas. Pertanyaan kedua mengapa pahlawan Kapitan Pattimura bisa ditangkap Belanda ? Jawaban pertanyaan pertama adalah semua jalan yang bernama pahlawan bisa dipastikan macet, contoh jalan Gatot Subroto di Jakarta macet, Jalan Ahmad Yani di Makasar macet bahkan di Pekanbaru jalan Jendral Sudirman dan Tuanku Tambusai mengalami kemacetan pada jam-jam sibuk. Pertanyaan kedua singkat saja, hanya satu kata yakni takdir.

Kalau kita lihat parodi menjelang pilgubri Riau yang akan di helat 2008 persis sesuai dengan Sinetron. Opera sabun kata orang bule. Semua calon sudah mulai tampang aksi dengan gaya dan pose masing-masing. Sehingga tingkah laku mereka lebih mirip selebriti yang jual tampang dimana-mana demi mendongkrak popularitas. Karena Pilgubri Riau 2008 ini sudah mirip konser AFI. Kemenangan bukan ditentukan oleh potensi, tapi ditentukan oleh Piti (dana), koneksi dan aksi selebriti.

Mentrasformasi masyarakat menuju ke kehidupan yang lebih baik adalah kewajiban suci setiap kita. Setiap yang menyusun konsep di belakang ( para pemikir strategis ) atau yang turun langsung sebagai aktornya haruslah sekuat tenaga mengikuti jalur etika yang baik dan benar. Celakanya pada titik inilah para elite politik belum mampu mencontohkan budaya dan teladan yang baik dalam dunia perpolitikan. Sebaliknya tanpa rasa malu mereka mencontohkan perilaku yang keluar dari koridor moral, seperti isu korupsi, sikap boros yang anti sense of crisis berdampak logis pada pemisahan secara tegas dalam aspek moral dan aspek politik. Diam-diam rupanya para politisi kita saat sekarang ini menjadi penghayat setia ajaran Machiaveli ; politisi yang berbicara moral di wilayah politik adalah politisi yang tidak tahu dengan politik. Ini sangat bertentangan dengan wacana politik yang kita gulirkan sekarang yakni politik yang berlandaskan moral

Charles F Andrain dalam buku Political and Social Change :An Introduction of Political Science (1990) membedakan ada tiga tipe kepemimpinan. Pertama, tipe ilmuwan, tujuannya mengkaji peristiwa yang bersifat empirik dan actual untuk mengetahui keadaan sebenarnya dalam masyarakat. Pendekatan yang mereka lakukan adalah metode ilmiah yang obyektif dan universal. Sedangkan pengaruhnya hanya pada kalangan terbatas kecuali kalau sarannya di pakai oleh penguasa. Ini grup pembisik dalam istilah politik bangsa Indonesia.
Kedua, tipe politisi mempunyai tujuan memperoleh dan mempertahankan kekuasaan, membuat dan melaksanakan keputusan. Pendekatan mereka adalah metode pangambilan keputusan yang bersifat segera dan jangka pendek. Pengaruhnya langsung dan menentukan nasib orang banyak. Dalam bahasa kita penguasa.

Ketiga tipe negarawan, tujuannya merenungkan kondisi yang terjadi di masyarakat sekarang dan mengantisipasi kemungkinan yang terjadi di masa yang akan datang. Pendekatannya metode filosofis dengan panduan etika dan moral. Sedangkan pengaruhnya ssekarang mungkin belum terasa baru terungkap di masa yang akan datang. Tetapi di masa transisi bisa dijadikan rujukan. Masyarakat kita menyebutnya penasehat spritual.

Setelah lelah dengan banyak teori kita lihat kenyataan di lapangan saat sekarang ini. Ilmuwannya banyak yang memberikan informasi semu kejadian sebenarnya masyarakat. Termasuk manipulasi survey dan polling tingkat ketokohan calon penguasa. Politisinya cenderung enggan melepas kekuasaan dan mengorbankan kepentingan nasib orang banyak. Sedangkan yang paling kacau adalah penasehat spritualnya adalah parnormal alias dukun. Cukup meraba masa depan dengan mengandalkan penerawangan saja.

Yang dibutuhkan dunia saat sekarang ini bukan politisi tapi pemimpin. Ini adalah kata-kata perdana Menteri Singapura yang akhirnya menjadi maskot di sana, pernyatan ini dilontarkan para politisi di sana berkaitan dengan digantinya ia oleh perdana mentri Lee yang dianggap terlalu jinak, sopan dan elegan dalam berpolitik. Tidak seperti mentornya yang tegas dan agak bertangan besi. Kita semua harus berubah. Ya pemimpinnya, ya masyarakatnya. Dan jangan pernah ada kata mundur dalam berjuang. Karena dalam sejarah hanya memberikan empat tiket tempat duduk. Menjadi pembuat sejarah, aktor sejarah, pembaca dan pecandu sejarah atau yang paling tragis menjadi korban sejarah. Pilihan tetap ada di tangan kita.

Perubahan ke arah yang lebih baik adalah suatu keharusan di mana sasaran dari perubahan tersebut adalah individu, kelompok dan lembaga yang ditunjuk sebagai sasaran perubahan. Perubahan itu harus mencakup paling tidak 3 aspek dasar yaitu ;
Pertama, sifat perubahan yaitu aksi bukan reaksi suatu kondisi. Karena perubahan reaksi tidak tidak memiliki idealisme dan semata di dorong oleh kepentingan manusiawi. Seperti aksi saling biokot antara Riau satu dan Riau dua yang nampaknya sudah perang terbuka diatas tanah. Kalau kemarin masih di bawah tanah. Isu yang sudah diangkat oleh harian ini dalam fokus minggunya bahwa disinyalir ada aksi demo-mendemo seorang tokoh untuk mendiskreditkannya. Walaupun tidak ada yang mengakui hal itu, yah itulah politik. Senyum di depan tikam di belakang.

Kedua perubahan bergerak dari sesuatu yang tidak teratur menjadi lebih teratur. Sekarang ini sudah terasa pansanya hawa politik. Semua calon dan pendukungnnya sudah pasang kuda-kuda untuk saling bertarung. Senyum manis sudah berubah menjadi kecut. Kalau dalam ilmu kepribadian biasanya senyum yang baik itu ukuran lebar bibir yang terbuka serasi dan selaras. Namun sekarang sudah mencong-sana mencong sini tidak simetris kata orang matematika.

Ketiga terkait dengan aset perubah yaitu manusianya sendiri. Manusia yang yang menjadi pemimpin itu harus memiliki kekuatan yang cukup, potensi yang memadai untuk dioptimalkan dan bisa mempotensikan orang lain. Cukup rumit bahasanya, serumit bagaimana melaksanakannya. Ada adagium ahli sejarah dan sosiologi menyatakan untuk melihat bgaimana tingkat peradaban sebuah masyarakat di lihat dengan opini yang disuarakan oleh para pemimpinnya. Bila anggota dewan sibuk dengan laptopnya dan lainnya dengan sapi dan rumahnya. Maka tingkat peradaban mereka, Hanya sebatas sapi margin bawahnya, rumah di margin tengahnya dan laptop margin atasnya.

Ketika hujjah tidak lagi terasa tajam menyentuh tembok kesadaran. Disaat nilai-nilai sudah longgar dan tidak bisa terbantahkan lagi. Semua serba membingungkan. Kita serasa hadir dalam ruang dan waktu bukan sebagai manusia lagi. Namun serasa berada dalam ruang dan waktu yang berbeda dengan kemaslahatan bersama. Saat ini kita bertanya-tanya soal kemunafikan-kemunafikan yang menyeruak di sentero jagad. Sehingga akhirnya kita tediam dan menyadari bahwa kita adalah manusia yang kehilangan semangat kemanusiaannya.

Nah apakah kondisi kekinian dalam sikut menyikut dalam peran aksi pilkada ini akan terus ditampilkan di panggung sinetron pilkada pemilihan gubernur Riau saat sekarang ini ? sebagian teman-teman yang saya ajak berdiskusi ada yang berkesimpulan sesuai dengan dengan jawaban si jadul menteri sekretaris kabinet Republik Mimpi, Mengapa kapitan pattimura dan pahlawan lain tertangkap ? yah ... sudah takdi barangkali. Mengapa Pilkada Gubernur Riau seperti ini ... ? Yah sudah takdir barangkali. Selamat helat raya Ncik dan Puan, semoga semua mimpi kita jadi kenyataan.

Boikot AS, Siapa Takut ?

Serangan Amerika Serikat Kepada Negara Muslim Irak yang tidak berdaya dan merupakan negara yang sangat kropos merupakan bentuk terorisme yang amat nyata. Negeri seribu satu malam itu sekarang berubah menjadi negeri seribu satu mesiu, seribu satu teriakan,seribu satu tangisan. Korban sudah mulai berjatuhan. Skenario Afganistan kedua mulai kembali dipertontonkan oleh generasi Bush yang gila perang.
Saya menangkap nada kebimbangan, keraguan akan kemampuan kita bangsa Indonesia dan wabil khusus warga Riau dan masyarakat Pekanbaru untuk memboikot produk Amerika dan Yahudi..Keraguan ini diungkapkan oleh beliau bukan karena membela Amerika, tetapi melihat realita ketergantungan Indonesia yang yang sangat tinggi dengan negara Paman Sam tersebut.
Fenomena ini beliau istilahkan dengan pepatah “ Anjing menggonggong, Kafilah berlalu” Karena kalau paginya resetoran McD di datangi pendemo, maka setelah mereka membubarkan diri,Tempat itu kembali dipenuhi pengunjung. Maka pertanyaan itu terulang kembali ‘Sanggupkah kita memboikot Amerika ?’
Sebelum Boikot- memboikot kita harus tahu dulu, apa untungnya kita boikot dan atas alasan apa kita memboikot ? Dalam buku Quantum Learning dinyatakan kita harus mengetahui lebih dahulu AMBAK dalam melakukan segala sesuatu. AMBAK aritnya Apa Manfaatnya Bagiku? Kita harus memberikan pendidikan politik dan pengetahuan kepada masyarakat sebelum kita memboikot. Setelah itu apakah permasalahannya selesai ? tentu tidak. Kita juga harus memberikan produk alternatif. . Maka ini menjadi tugas besar kita bersama. Harus ada jiwa-jiwa pendobrak yang diwakili pergerakan Mahasiswa,harus ada teladan dari Pemimpin bangsa ini, Harus ada yang mengopinikan yang ini diwakili oleh insan Pers. Demikian juga maysarakat kita yang masih banyak tidak mau boikot karena perasaan ada gengsi yang harus dipertahankan. Pokoknya harus ada kerja sama dari semua pihak.
Alasan pertama adalah alasan keyakinan dan rasa keagamaan kita. Dengan pembelian McDonald’s saja berapa banyak Muslim Indonesia yang ikut andil membelikan peluru tajam yang digunakan tentara Zionis Israel untuk ditembakkan kepada anak-anak Palestina? Tahukah anda wahai masayarakat Indonesia dan Pekanbaru? Bahwa Chief Executivee (CEO) McDonald’s Jack M. GreenBerg –menurut situs resmi McDonald’s sendiri (www.mcdoalds.com/corporate/info/exec_bios/cor-greenberg/index.html http://www.mcdonalds.com/corporate/info/exec_bios/greenberg/index/html), menjabat Direktur Kehormatan Kamar Dagang dan Industri Amerika Israel negara bagian Chicago. McDonalds Corporation juga merupakan sponsor utama lembaga nirlaba Jewish United Fund yang menjadi penyuplai dana bagi militer prekonomian Israel. Coba cek pada situs www.juf.org/cent//partner.asp http://www.juf.org/cent/partner.asp)
Hal ini dikarenakan jasa-jasanya yang besar bagi zionis –Israel,oleh Jewish Fund, McDonald’s dianugrahi Jubilee Award.McDonald’s merupakan perusahaan raksasa ketiga yang terbesar menyalurkan dananya untuk Israel.Tulis situs Israel tersebut Februari 2002.
Hanya itukah yang punya andil membunuhi rakyat Palestina? Tidak juga.Muslim Indonesia hampir tiap hari berbelanja aneka barang kebutuhan rumah tangga bermade-in Amerika dari warung-warung kecil di pelosok kampung hingga supermal di kota besar.Makanya Ulama besar Dr.Yusuf Qaradhawi jauh-jauh hari telah mengeluarkan fatwa,”Tiap Riyal,Dirham,atau mata uang apapun yang anda belanjakan untuk membeli produk Amerika, maka disitu ada beberapa sen yang akan dibelikan senjata oleh Amerika untuk membunuhi Muslim Palestina dan muslim di belahan Bumi lainnya
“Haram Hukumnya membeli produk dagangan Yahudi dan Amerika .Hal itu merupakan salah satu dosa Jihad memerangi Amerika dan Zionis Israel, serta siapapun yang membantunya saat ini hukumnya fardhu ain bagi setiap muslim.Itu disebabkan Yahudi telah menghalalkan segala apa yang diharamkan Allah, serta tidak mengindahkan semua norma moraldan nilai-nilai kemanusiaan serta hukum Internasional .(Fatwa Dr.Yususf Qaradhawi)
Kedua, kita memboikot karena alasan kesehatan. Menghindarkan diri dari membeli produk Amerika seperti Fastfood (makanan cepat saji) dan softdrink (minuman ringan) ternyata ada manfaatnya, karena makanan tersebut cendrung membahayakan.Di negara asalnya, fastfood lazim dikenal sebagai junkfood (makanan sampah). Makanan sampah Amerika yang populer saat ini di Indonesia dan Pekanbaru adalah hamburger, ayam goreng (FriedChicken),hotdog, pizza, kentang goreng(french-fries),es krim,susu campur dan minuman ringan (softdrink).
Tiap hari hampir 30 persen orang Dewasa Amerika memakan hotdog yang mengandung kolesterol,gula dan garam yang sangat tinggi. Para praktisi kesehatan sedunia sepakat makanan seperti sekarang ini terbukti secara langsung mendorong terjadinya serangan jantung,stroke diabetes,kegemukan dan penyakit ginjal. Pola makan ala barat inilah yang menjadi penyebab utama penyakit modern mematikan ini.
Kecaman terhadap makanan sampah ini juga datang dari badan kesehatan Dunia (WHO) badan milik PBB ini mengingatkan jangan sering mengkonsumsi softdrink karena mengandung gula yang tinggi.Delapan anak Amerika diberitakan pernah mengajukan gugatan kepada Restoran McDonald’s di Newyork karena memderita obesitas (kegemukan) setelah mengkonsumsi Burger Big Mac nyaris tiap hari.Kejadian ini juga pernah terjadi di Eropa dan Australia.
Dalam draft Laporannya WHO mendesak pemerintah setempat untuk memperketat iklan-iklan TV mengenai makan tersebut. Peraturan yang diterapkan antara lain : setiap iklan softdrink harus jujur mencantumkan kadar gula. Dan pemerintah harus memberlakukan pajak tinggi untuk produk ini. Tapi bagaimana dengan Indonesia ? pemerintahnya adem ayem saja. Malah yang dinaikkan adalah BBM dan pencabutan subsidi BBM.Maka dipertanyakan keberpihakan pemerintah sekarang terhadap kesehatan dan keamanan rakyatnya.
WHO bahkan merekomendasikan agar mesin-mesin penjual minuman yang lazim ada disekolah-sekolah di bara harus dilarang sebuah harian Sidney Morning Herald (SMH 13/01/03) menurunkan berita tersebut. Ada lagi yang lebih mengejutkan. Sebuah penelitian di Universitas terkenal di Amerika Harvard melaporkan para gadis yang mememinum minuman bersoda seperti Coca Cola, Sprite, Pepsi lebih cendrung mengalami kerapuhan bahkan patah tulang.
Garyce Whyshak, asisten doen pada Harvard School of Public Health and Harvard Medical School berpendapat bahwa para gadis yang meminum soft drink tidak mengkonsumsi susu yang mengandung kalsium untuk menguatkan tulang akan berbahaya. Selain itu dai juga menunjukkan ada satu senyawa dalam Coca Cola yaitu assm fosforik yang ditengarai mampu melemahkan tulang..Penelitian ini lalu diterbitkan dalam Archives Of Pediatric and Adolescent Medicine.
Nah sekarang jelas bukan makanan sampah itu tidak mengandung bahan bermanfaat bagi tubuh dan cendrung membahayakan.Alhamdulillah sekarang dunia Islam sudah punya produk alternatif. Untuk Coca Cola kita dapat ganti dengan Zam-zam Cola buatan muslim Iran atau Mecca Cola yang hadir di Perancis.
Mecca Cola menyisihkan 10 persen penjualan satu botolnya untuk membantu anak palestina dan 10 persen lainnya membantu fakir miskin di Perancis. Malah dalam weaktu dekat ini akan mendirikan Restoran cepat saji muslim yang memenuhi standar kesehatan akan diberi nama “Al Hilal Fried Chicken”.
Peran Pemerintah sangat besar untuk menggaungkan aksi boikot ini. Di Negara tetangga kita Malaysia saja, beredar kabar mereka akan menggunakan Dinar Emas sebagai pengganti dolar dalam lapangan bisnis ekspor impor. Rencananya akan diterapkan mulai pertengahan tahun ini dalam upaya menggeser superioritas dolar. PM Mahathir sendiri menyetujui hal tersebut.
Sekarang kita pertanyakan Komitmen pemerintah kita Megawati dalam hal ini. Indonesia butuh bukti bukan janji. Jadi wajar kalau masyarakat tidak punya kepercayaan diri memboikot Amerika karena Pemimpinnya sendiri tak berani boikot.Malah memilih diam dan membuat bingung setiap orang. Menjual negara dan harga diri negara kepada Antek Yahudi. Terutama dalam divestasi Indosat.
Sekarang kita tinggal bertanya kepada mereka yang suka makanan sampah dan minuman berbuih itu, apakah dengan demikian mereka akan dapat menyamai Amerika dalam bidang teknologi seperti membuat satelit misalnya. Kalau ya maka makanlah terus ! kalau tidak marilah kita sedikit punya hati nurani untuk melakukan boikot demi izzah dan kehormatan kita.
Sungguh mengherankan orang tidak bangga lagi dengan makan ayam panggang atau ayam goreng buatan ibunya atau neneknya, tidak bangga makan pecel lele atau dendeng yang sangat diminati oleh orang barat tersebut. Kalau ini terus terjadi maka kita akan menjadi sampah dalam pergulatan peradaban ini. Seperti yang kita lihat sekarang ini. Indonesia tidak hanya dipandang sebelah mata, tapi dilihat dengan mata kaki. Indonesia akan jadi bangsa budak. Maukah kita jadi bangsa budak ? Jawabannya ada pada diri kita masing-masing.

Sekarang kami ingin melihat respon masyarakat.Kami rasa mahasiswa sudah sering bergerak. Bahkan sebelum serangan itu benar-benar terjadi. Namun kami hanya ditonton oleh masyarakat tanpa mau ikut serta.Tetap saja membeli produk amerika dan dedengkotnya. Siapa yang salah? Kami kira kita semua. Marilah kita semua bertobat,memperbaiki diri dan berusaha berbuat lebih baik. Insya Allah, Allah bersama kita.
Sumber:
1.Majalah Sabili No.14 Thn.X 30 Januari 2003
2. www.eramuslim.com
3. www.islamonline.com
4. www.myquran.com.

TRANSFORMASI EMOSIONAL MENUJU KREATIF

Indonesia terkenal dengan negeri pengamat dan komentator. Dari komentator bola sampai ke komentator politik. Pemerhati lingkungan sampai dengan pemerhati sosial. Fenomena ini mungkin karena budaya tutur lebih melekat daripada budaya menulis dalam kebudayaan bangsa kita. Sehingga bangsa kita ini lebih banyak memperhatikan daripada menganalisa, lebih banyak melihat tinimbang meneliti, lebih banyak mendengar daripada mencari kebenaran .
Bahkan kita lebih banyak hanya merasa kasihan dari pada empati. Perbedaan antara kasihan dan empati ini tentu sangat jauh berbeda. Kasihan hanya melihat dan merasa sedih dengan keadaan. Sedangkan empati, melihat keadaan lalu merasa sedih, memikirkan apakah yang akan terjadi kalau keadaan tersebut terjadi pada dirinya. Tidak cukup sampai disitu saja setelah itu ia tergerak dan bergerak untuk merubah keadaan tersebut.
Sebuah Hadist Rasulullah Saw mengatakan bahwa mencegah kemungkaran dengan kekuatan dan kekuasaan adalah iman yang paling mumpuni. Mencegah kerusakan dengan lisan adalah yang paling tinggi. Sedangkan dengan perasaaan adalah selemah-lemahnya iman. Kita hanya mengambil subtansi hadist tersebut karena bunyi hadist tersebut bukanlah demikian.
Menyatakan kita adalah bangsa yang terlalu terbawa perasaan adalah tidak terlalu naïf. Karena kita sudah membuktikan bangsa ini akan bersatu dan bergerak kalau ada ruang perasaan kita yang terusik. Tsunami di Aceh adalah contohnya dalam waktu yang tidak lama milyaran bahkan triliunan rupiah mengucur deras ke bumi serambi Mekkah yang porak poranda. Ketika lagu rasa sayang sayange dan lagu daerah kita yang lain dicaplok Saudara serumpun Malaysia kita meradang dan ambil posisi siap perang. Masih banyak contoh yang dapat kita tunjukkan sebagai bukti yang mengukuhkan bahwa kita adalah bangsa yang emosional.
Kita harus berubah dari masyarakat yang emosional menjadi masyarakat yang kreatif dan inovatif dan ujungnya adalah produktif. Dr. Ali Al Hamadi seorang pakar psikologi dunia dalam buku edisi terjemahan Indonesia ; 30 cara menjadi kreatif menyatakan proses kreatif merupakan proses sistematis di dalamnya seseorang akan membatasi tujuannya secara jelas. Kemudian dia menghimpun seluruh kekuatan akal, jiwa dan kata-kata untuk merealisasikan tujuan itu melalui pemikiran dan penemuan kreatif.
Tujuan adalah hasil akhir yang akan dicapai. Sasaran adalah langkah-langkah tahapan dan target dalam setiap tahapan untuk mencapai tujuan akhir tersebut. Sehingga tergambar dengan jelas posisi kita saat sekarang ini seperti apa. Daya dukung kita untuk memcapai tujuan akhir sudah sampai dimana, kekurangan kita di bidang apa, peluang kita bagaimana inilah yang saya sebut dengan membuka jalan kreatif. Apabila jalan sudah jelas maka kita akan nyaman untuk meneruskan langkah.
Proses kreatif ini memerlukan ilmu dan pengetahuan. Mengapa kita katakan ilmu dan pengetahuan ? karena ilmu adalah apa yang harus kita pelajari untuk hidup sedangkan pengetahuan adalah ilmu yang diperlukan untuk memperbaiki taraf kehidupan. Jadi ilmu itu adalah kebutuhan pokok kita sedangkan pengetahuan adalah pokok kehidupan kita.
Orang yang kreatif adalah orang yang sukses. Orang yang sukses adalah orang yang mengetahui apa yang bisa menyampaikannya pada tujuannya. Setelah itu menempuh segala kemungkinan untuk bisa mencapainya dengan cara-cara kreatif pula. Kekurangan yang mendasar kedua dari bangsa kita adalah narsisme. Ego, keakuan, merasa diri sendiri benar dan kurang respek dengan lingkungan dan orang lain. Cendrung berpikir bagaimana kenyang, menang dan senang. Lamak di waang surang kata orang kita minang.
Akibatnya kita selalu melakukan hal yang sama untuk menyelesaikan persoalan yang sama dalam waktu yang berlainan. Hal ini sudah dikritik oleh sun tzu dengan mengatakan dalam war of artnya ;” aku tidak akan menggunakan strategi yang sama dalam medan dan lawan yang sama”.
Kita adalah sosok yang yang selalu melihat sesuatu dengan dengan kaca mata kita. Itupun masih bagus daripada dengan kaca mata kuda. Bijaksana sekali sabda Rasulullah dalam mendidik anak dengan memperlakukan mereka sesuai dengan umur jasmani dan umur sosiologis dan psikiologisnya. Saat usia balita jadikan ia sebagai teman sepermainan anda, ketika remaja jadikan ia sahabat anda, di saat dewasa jadikan ia teman anda.
Luar biasa, ini merupakan konsep pendidikan yang mengajarkan semua pihak untuk dapat memandang dengan berbagai sudut pandang. Masa balita adalah masa anak-anak yang ada dalam pikirannya hanyalah bermain dan tidak ingin memikirkan kesusahan pikiran sama sekali. Dia membutuhkan teman sepermainan yang dapat menemaninya. Orang tua mendapat nilai tambah dengan bias menyederhanakan persoalan apabila ada masalah pada anaknya. Karena biasanya mereka selalu bias menyelesaikan masalah besar dengan cara yang sederhana.
Ini sudah dibuktikan oleh ahli manajemen dunia dengan menanyakan dua pertanyaan sederhana kepada para eksekutif dan anak TK. Tetapi hasilnya sangat jauh berbeda. Anak TK bisa menjawab semuanya dengan baik, sedangkan banyak kaum eksekutif tidak dapat menjawabnya dengan baik.
Pertanyaan pertama, bagaimana caranya memasukkan gajah ke dalam kulkas. Anak TK menjawab buka pintu kulkas dan masukkkan gajahnya. Sedangkan kalangan eksekutif menyatakan dengan rumit. Ada yang menyuruh menyembelih dulu gajahnya dagingnya dipotong-potong masukkan kedalam kulkas. Atau ide yang lain buat kulkas yang ukuranya sebesar kandang gajah dan masukkan gajahnya setelah itu.
Pertanyaan kedua, bagaimana memasukkan zebra ke dalam kulkas tadi. Anak TK menjawab buka pintu kulkas, keluarkan gajahnya kemudian masukkan zebranya dan tutup pintu kulkasnya supaya zebranya tidak lari melihat gajah. Sedangkan jawaban eksekutif beragam tergantung jawaban awalnya.
Kita lihat perbedaaannnya bukan ? kita juga adalah bangsa yang split personality. Melihat yang sederhana dengan kompleks. Dan terlalu menyederhanakan sesuatu yang rumit. Setelah itu hanya yakin dengan pendapat sendiri dan tidak mau untuk memikirkannya sesuai dengan pemikiran orang lain.
Marilah kita mencoba sekali-kali untuk melihat sebuah persoalan dengan memakai kacamata anak kecil, ibu, ayah, pembantu, penjual, pembeli, tetangga, teman, masyarakat, keluarga atau yang lainnya.
Dalam dunia ilmu pengetahuan dalam suatu survey di Indonesia ditemukan fenomena 80% lebih penelitian skripsi, tesis dan disertasi menggunakan metode survey pustaka tanpa terjun ke lapangan sekalipun. Celakanya lagi terutama skripsi malah survey pustaka dengan skripsi lain alias plagiat.
Inilah bangsa kita apa adanya. Kita memang masih bangsa yang sedang tumbuh baru 62 tahun merdeka dari kolonialisme. Sedangkan Amerika membutuhkan waktu 200 tahun untuk bangkit. Cina juga punya siklus 200 tahun jatuh bangun dinasti. Cuma dinasti dalam Islam seperti dinasti terakhir Ustmani yang bias bertahan selama 650 tahun. Sedangakn dinasti lain tumbuh dan bertahan rata-dalam waktu 120-150 tahun.
Sebagai hiburan maka kita menyatakan ini wajar karena masih muda. Tapi kalau kita berpegang pada terori siklus perabadaban Ibnu Khaldun yang dipakai sampai sekarang oleh universitas apapun di atas dunia ini kita melihat Indosesia sudah sampai pada fase kedua peradaban.
Menurut Ibnu Khaldun dalam Mukaddimahnya siklus peradaban itu dimulai dari tumbuh, berkembang, eksistensi dan runtuh dan akan digantikan oleh peradaban lain. Beliau menyebutkan lama fasenya bervariasi antara 40-100tahun. Kenyataan dilapangan kalau kita meneliti keadaan sejarah sebuah bangsa atau peradaban memerlukan waktu tumbuh kurang dari 40 tahun, sedangkan waktu berkembang, eksistensi dan runtuhnya bervariasi.
Kalau kita ambil masa tumbuhnya 40 tahun berarti kita sudah 22 tahun dalam masa berkembang. Wajar keadaan kita masih jauh dari harapan yang ingin kita capai. Karena masa stabil adalah fase eksistensi. Kita masih memerlukan lebih kurang waktu 18 tahun lagi untuk menggapainya kalau kita beranggapan bahwa fase minimal adalah 40 tahun. Karenanya sudah sangat tepat kalau kita punya visi 2020. walaupun lebih sangat tepat lagi kalau kita membuat visi 2018.