Inti dari permasalahan dinilai lemahnya pergerakan mahasiswa di Riau. Oleh kalangan masyarakat dan akademisi adalah lemahnya pembangunan kesadaran idiologi. Sehingga orientasi pergerakannya menjadi kabur. Apabila orientasi kabur, maka akan berefek pada lemahnya Grand Design gerakan, terpolarisasinya gerakan mahasiswa oleh batasan geografis, psikologis, politis dan kebudayaan. Selain itu, akan mengakibatkan kacaunya alur kaderisasi yang dilaksanakan. Karena fungsi dari kaderisasi adalah wadah untuk mewariskan perjuangan idiologi kepada generasi berikutnya.
Apabila idiologi sudah menginternalisasi dalam setiap kader pergerakan mahasiswa maka resiko apapun yang akan dihadapi dalam perjuangan itu adalah biasa. Karena resiko yang teringan dalam suatu pergerakan yang dilandasi idiologi adalah Mati. Sedangkan resiko terberat dalam pergerakan yang dilandasi idiologi adalah tertangkap. Karena tertangkapnya seorang kader idiologis sangat berbahaya pada pergerakan itu sendiri. Karena penjara bisa menjadi pisau yang bermata dua.
Pertama, apabila internalisasi idiologinya sudah mengakar begitu dalam pada kader idiologis maka ia akan menjadi lambang kokohnya perlawanan dari suatu idiologi. Fenomena ini akan menghancurkannkepercayaan diri dari lawan-lawannya. Karena mereka mengetahui bahwa masyarakat akan memberikan simpatinya yang sangat dalam kepada orang yang terzhalimi dan lembaga pergerakan yang dizhalimi. Ia akan menjadi mata pisau yang membelah pihak penguasa yang zhalim itu sendiri.
Kedua, Namun jika internalisasi idiologi pada kader tersebut baru separuh-separuh. Ini akan membahayakan pergerakan itu sendiri. Pertama, rahasia pergerakan akan diketahui oleh pihak musuh. Kedua, pihak penguasa tidak akan memandang lagi pergerakan itu sebagai wadah perjuangan perlawanan. Ketiga, akan ada antipati dari kalangan masyarakat. Keempat, akan mengendorkan jiwa perlawanan dalam pergerakan itu sendiri. Maka ia akan menjadi pisau yang menghancurkan pergerakan itu sendiri. Makanya jangan terlalu jumawalah orang-orang yang sering keluar masuk penjara.
Penguatan idiologilah yang seharusnya menjadi manifesto pergerakan mahasiswa yang ada di Riau. Saya tidak menyebutkan pergerakan mahasiswa Riau . Karena kalimat pergerakan mahasiswa Riau telah menyekat pergerakan mahasiswa dalam suatu sekat geografis keRiauan, sekat psikologis dan kebudayaan yang bersifat keRiauan. Karena pergerakan mahasiswa yang dilandasi oleh idiologi tidak dibatasi oleh semua faktor diatas.
Dengan adanya idiologi yang kuat dalam pergerakan akan menentukan nilai dari Independensi dari sebuah pergerakan mahasiswa. Pergerakan mahasiswa yang dilandasi oleh idiologi yang kokoh akan mampu mempunyai obyektifitas dalam menilai sesuatu permasalahan, Mandiri dalam dalam pergerakan terutama pendanaan, Independensi yang objektif dalam keberpihakan.Pertama, Obyektif dalam menilai permasalahan artinya pergerakan itu menilai segala sesuatu berdasarkan pada data, fakta, realita yang ada di lapangan tanpa ada tendensi subyektifitas. Data, fakta dan realita inilah yang akan dipergunakan sebagai amunisi untuk melawan kebijakan penguasa yang zhalim.Karena sebuah kebijakan publik juga dilandasi oleh data, fakta dan realita subyektif dalam kepentingan penguasa. Sehingga idiom selama ini bahwa “ Pergerakan mahasiswa sering berteriak dan jarang berhitung” dapat ditepis. Bukankah perhitungan itu didapat dari kajian terhadap data, fakta dan realita yang ada ?
Kedua,Mandiri dalam pergerakan artinya Semangat perlawanan itu akan menghasilkan resistensi perlawanan dalam pergerakan tersebut. Maka sebelum tujuan asasi dari idiologi itu tercapai, pergerakan itu tidak akan berhenti. Semiskin apapun mereka akan tetap bergerak. Karena ada idiom dalam pergerakan idiologi yaitu saku-saku kami adalah bank-bank kami. Maka sarana apapun akan mereka jadikan sebagai modal perjuangan.
Dan mereka akan menampik segala bantuan yang bisa menjebak dan melunturkan idealisme idiologis mereka. Karena modal perjuangan dan kekuatan utama perjuangan mereka adalah diri mereka sendiri. Maka pergerakan mahasiswa yang mempunyai idiologi yang kuat, kekuatan perlawanan yang mereka miliki adalah berapa banyak mereka mempunyai kader yang militan. Kader militan artinya kader yang telah merasakan bahwa dalam pembuluh darah mereka mengalir darah semangat perlawanan. Semangat perlawanan dari suatu keyakinan bahwa idiologi merekalah yang benar.
Ketiga, Indenpendensi obyektif dalam keberpihakan artinya, keberpihakan pergerakan mahasiswa adalah keberpihakan kepada kebenaran universal. Keberpihakan ini akan mengatur secara otomatis posisi pergerakan mahasiswa tersebut dengan Pergerakan Mahasiswa lain, Pemerintah, Partai Politik dan Masyarakat. Dengan pergerakan mahasiswa yang seidiologi posisi yang diambil adalah merasakan bahwa mereka adalah satu bagian yang utuh, sebagai mitra dalam berkhidmat kepada masyarakat dan saudara sepejuangan.
Sedangkan dengan pergerakan mahasiswa yang berbeda idiologi mereka mengembangkan hubungan yang didasarkan pada prinsip mengambil manfaat dan hikmah. Bukankah semua pergerakan mahasiswa bisa bersatu apabila ada kesamaan isu? Walaupun secara diametral idiologi mereka berbeda? Contohnya pada tahun 98 elemen mahasiswa beridiologi Islam, Kiri dan moderat dapat bersatu?
Dengan pemerintah mereka akan mengambil posisi sebagai fungsi kontrol. Dalam mengambil fungsi kontrol inilah sikap mereka akan dipengaruhi oleh idiologinya. Bagi yang mempunyai idiologi pragmatis mereka akan memanfaatkan posisi mereka untuk mengambil keuntungan secara pribadi dan organisasi.
Posisi yang harus diambil pergerakan mahasiswa dengan partai politik adalah posisi yang mengedepankan gerakan moral yang berdimensi politik dan gerakan politik yang berbasis moral dan intelektual, bersifat mandiri, kritis, moralis dan revolusioner. Posisi ini harus dipertahankan oleh pergerakan mahasiswa yang mempunyai basis idiologi yang jelas. Sikap ini akan menjaga kemurnian serta konsistensi pergerakan agar tidak terseret oleh gerakan politik dari partai politik yang sekarang ini banyak yang tidak bermoral.
Sedangkan posisi pergerakan mahasiswa dengan masyarakat adalah ibarat ruh dan tubuh. Karena pergerakan mahasiswa tumbuh dan berkembang ditengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu, pergerakan mahasiswa harus senantiasa berdiri di barisan terdepan dalam membela kepentingan masyarakat, menjadi solusi bagi persoalan mereka, menghubungkan kasih sayang diantara mereka dan sekaligus berusaha keras untuk menjadi sebab kemuliaan mereka. Selain itu pergerakan mahasiswa harus selalu menempatkan diri sebagai penengah dalam setiap konflik yang terjadi ditengah masyarakat.
Hanya dengan kekuatan idiologi yang kokoh pergerakan mahasiswa di Riau akan kembali menunjukkan marwahnya. Karena dengan Idiologi akan membaralah energi dan semangat perlawanan. Bangkit, lawan! Hancurkan tirani! Bergerak tuntaskan perubahan. Hidup Mahasiswa !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar