Kamis, September 03, 2020

Abdul Rauf Layak Menjadi Teman Perjuangan!

Menu tulisan kita pagi ini masih berkaitan dengan syekh @Abdul Rauf,A.Md mengapa beliau saya anggap layak untuk menjadi teman seperjuangan. Kami sering sekali berdiskusi segala tema sesuatu. Kadang serius, kadang ngalor-ngidul, kadang romantis dan kadang juga agak “naka.l” Ini adalah salah satu yang pernah saya rekam, mohon #Bersabar kalau agak panjang….



Pernahkah engkau wahai sahabat berpikir untuk menjadi orang biasa saja? Disaat beban datang begitu bertubi-tubi. Tekanan menambah  kesesakan di dada. Pernahkah engkau ingin menjadi orang biasa saja? Tinggal di tempat yang hijau, dekat dengan sebuah oase yang subur? lalu menikmati kehidupan yang bahagia tanpa gangguan seorang pun? Menikmati hembusan semilir angin setiap pagi dan sore. Menyambut sinaran mentari yang hangat tetapi tidak membakar. Alangkah indahnya. Bahagia. Inilah yang pernah diungkapkan oleh seorang sahabat sepulang dari perang Tabuk. Namun Syurga lebih indah dari semua itu. Yah syurga lebih indah dari semua itu. Syurga berada di bawah kilatan pedang. Syurga berada di dalam riuhnya perjuangan.

Kadangku  membayangkan bagaimanakah syurga itu ada di bawah kilatan pedang. Imajinasiku bermain dan seakan semua itu tergambar dengan jelas dihadapan mataku. Pemandangan permainan pedang yang indah. Menampakkan kilatan-kilatan cahaya dan percikan bunga api. Indah sekali.

Kita membutuhkan seorang teman, bahkan lebih dalam perjalanan panjang ini. Kita berjuang bersama bukan hanya untuk menghancurkan pasungan egoisme yang membelenggu kita. Karena kadang kapasitas kita untuk #Bersabar dalam perjuangan menipis. Sehingga kita  tak merasa kokoh dengan kesendirian kita. Berpikir  kita dapat berbuat apapun sesuai dengan apa yang kita pikirkan dan kita inginkan. Tapi ingatlah wahai para saudara seperjuangan.Kita hanya akan berjalan-jalan di tempat saja. Seperti seekor keledai yang sedang memutar penggilingan gandum atau penggilingan tebu. Apakah engkau bisa membayangkannya.

Karena selain sebagai seorang hamba yang terikat dengan ketentuan Allah kita juga adalah makhluk sosial. Kalau kita berputar hanya di suatu tempat sampai membuat empat yang kita buat pijakan menjadi becek dan berlumpur. Sesungguhnya kita tidak kemana-mana. Walaupun keringat sudah membanjir dan engkau merasakan sudah melakukan perjalanan panjang. Engkau masih jalan di tempat. Pengetahuan kita tidak sebanding dengan pengetahuan Allah SWT. Rasa pengangungan kepada Allah yang akan membuat jiwa kita didominasi oleh ketenangan berada di hadapan Allah SWT. Beribadah untuk-Nya seperti apa yang disebutkan oleh Abu Faras :

 

Biarlah Engkau Bahagia

Sekalipun kehidupan ini begitu pahit

Biaralah engkau Ridha

Sekalipun semua orang marah

Biarlah antara Aku dan Engkau ada kemesraan

Sekalipun saya dan lainnya berjauhan

Asalakan engaku cinta

Maka segala sesuatunya akan enteng

Dan segala sesuatu yang ada di bumi adalah debu

 

Kalau mendapatkan seorang teman dalam perjuangan ini ingatlah apa yang diungkapkan oleh syair Hatim at –Thayib berikut ini :

 

Bila anda mengendarai seekor Unta

Jangan biarkan kawan anda yang berada di belakang hanya bisa berjalan

Rendahkanlah untamu dan naikkan dia

Bila unta itu sanggup naikilah berdua

Bila tidak maka saling bergantianlah

 

Saya memandang @abdul Rauf, A.Md persis seperti syair Hatim at-Thayib diatas. Tawadhu, rendah hati #Bersabar memperlakukan sahabat dan teman seperjuangannya. Sehingga ada kesan indah dan selesa setiap bertemu dengannya. Dan selalu teringat dengan senyuman manisnya. Saya berlindung kepada Allah SWT semoga ini penilaian yang tidak berlebihan. Kalau tidak percaya, cobalah bercengkerama dengannya.  

 

Namun apabila engkau meragukan ketulusan seseorang tanyakanlah dengan bijak kepadanya dan berlemah-lembut seperti syair Mustaqib al-“abdi berikut ini :

 

Jadilah saudaraku dalam arti sesungguhnya

Sehingga aku bisa membedakan keburukanku dan kebaikanku

Bila tidak

Jauhilah aku dan jadikan aku musuhmu

Sehingga aku mewaspadaiku

Dan engkau mewaspadaiku

 

 Manfaat seorang teman adalah memberikan pilihan di saat kita membutuhkannya. Walaupun yang mereka berikan itu bukan pemecahan masalah tetapi itu membuat kita berpikir untuk menyelesaikan suatu masalah. Jadi teman bukanlah setiap orang yang sepakat dengan apapun yang kita inginkan. Itulah seorang teman  yang sejati. Orang yang selalu dapat mengingatkan kita di saat lupa. Teman sejati adalah orang-oraqng yang mengingatkan kita bahwa kita adalah hanya manusia biasa. Bahwa kita semua dalah hamba.

Siapa yang sepakat silahkan saya tidak memaksa. Siapa yang tidak sepakat tidak mengapa karena saya dan anda adalah orang-orang yang sedang mencari siapakah yang layak untuk dijadikan teman. Sehingga saling belajar untuk saling memahami. Tulisan ini adalah hanya tulisan hasil perenungan. Dan refleksi setelah saya membaca buku syaikh yusuf al-Qaradhawi yang berjudul : “ Syaikh al-Ghazali Kamaa Araftuhu : Rihlatu Qarnin “ ( ini judul aslinya : siapa yang ingin baca ada kok yang edisi Indonesia) Ini adalah tulisan apa adanya.  Jadi marilah jangan berpikir jangan jadi orang yang biasa-biasa saja. Selalu #Bersabar menghadapi serba-serbi kehidupan dunia ini.  Wallahu ‘alam.

 

Intanshurullaha yansurkum wayutsabbit aqdamakum

 

(Pekanbaru, Ruang Kerjaku, pagi 15 Muharram 1442 H, 03 September 2020H. 07.06 WIB)

 

Rabu, September 02, 2020

Qona’ah

Saya tulis tulisan ini dalam tajuk pernik kehidupan, dan akan ada serial lanjutannya Insha Allah setelah membuka-buka kembali catatan kenangan, terutama yang berhubungan erat dengan saudara saya Abdul Rauf, A.Md. saya mendapatkan banyak hasil dialog dan renungan kami masih ada yang terekam dalam catatan harian saya. Maka agar tidak lapuk dan lekang di telan zaman saya coba untuk menuliskan kembali pernik-pernik pemikiran tersebut dengan tajuk "Pernik Kehidupan." 

temanya saat ini adalah Qona'ah (#Bersabar Melalui kehidupan) 



Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar  (Q.S An-Nisa’ [4]: 145-146)

Mereka menjawab: "(Itu) adalah mimpi-mimpi yang kosong dan kami sekali-kali tidak tahu menta'birkan mimpi itu." (Q.S Yusuf [12]: 44)

Belajar dari Nabi Yusuf

Nabi Yusuf As sebenarnya dengan menakwilkan mimpi sang raja mengajarkan kepada kita fungsi perencanaan dalam suatu komunitas. Perencanaan yang baik inilah yang nantinya akan membawa kita pada sifat qonaah, menerima ketetapan Allah Swt. Perencanaan bukan hanya dalam komunitas, tetapi juga ada dalam level pribadi setiap individu. Perencanaan pribadi itu adalah sunnah dan disyariatkan.

 Teladan bagaimana #Bersabar paling baik dalam menjalani kehidupan ada pada kisah nabi Yusuf as, bahkan sudah disertifikasi oleh Allah SWT dalam Al Qur'an sebagai kisah yang paling baik dan paling lengkap di dalam Al Qur'an yang mulia. 

Allah juga melakukan perencanaan dengan pentahapan pencitaan alam semesta, pentahapan penciptaan makhluk. Padahal Allah berkuasa untuk tidak melakukan pentahapan. Sebenarnya ini menunjukkan kepada kita bahwa perencanaan itu penting.

Bahkan musuh manusia yang paling besar, Iblis, juga menyampaikan perencanaan makarnya kepada Allah Swt dan meminta waktu sampai hari kiamat untuk melaksanakan proyek perencanaannya tersebut. Sebagaimana yang kita tahu Iblis juga #Bersabar, tekun dan ulet, tapi ini disebabkan oleh dendamnya yang membara kepada anak cucu Adam as. 

Semangat Ilmu

Dalam bersikap qonaah ini perlu ilmu. Denganilmu itulah perencanaan akan terwujud dengan baik. Dengan bekal ilmu itulah maka nabi Yusuf memberanikan diri menawarkan tugas sebagai bendahara setelah ditawarkan oleh sang Raja bahwa ia akan menjadi orang kepercayaannya.  Sehingga dapat kita ambil pelajaran bahwa semangat kita bekerja akan sebanding dengan ilmu yang kita punyai mengenai pekerjaan tersebut.

Sehingga benarlah perkataan Imam Hasan Al Banna,” Batas semangat pada ilmu adalah pada sosok yang ahli dengan ilmunya.” Maksudnya kita betul-betul mengetahui apa yang kita kerjakan. Sehingga kalau hasilnya kurang memuaskan kita dapat memahami bahwa itulah hasil dari ilmu yang kita miliki. Dan semangat inilah yang disebut qona’ah.

Kehidupan berjamaah ini berat. Maka kita harus memperbanyak #Bersabar dan menerima segala sesuatu apa adanya. Karena kehidupan berjamaah itu adalah nikmat. Dan itu adalah nikmat yang besar. Nikmat ini tidak akan dapat dimengerti dan dinikmati oleh orang yang tidak berjamaah.

Oleh karena itu, perbanyaklah sikap qona’ah. Tentu dengan membuat perencanaan terlebih dahulu. Dan perencanaan itu memerlukan ilmu yang sesuai dengan pekerjaan yang akan kita lakukan. Selanjutnya #Bersabar dengan ketetapan Allah SWT

Intanshurullaha yansurkum wayutsabbit aqdamakum

(kamar kostku, Rabu, 10 Jumadil Tsani 1430 H/ 03 Juni 2009 M 22:05 WIB)

Senin, Agustus 31, 2020

#Bersabar lah! Syekh!

 

#Bersabar lah! Syekh!

 

Sudah lama sekali saya tidak menulis. Terutama menulis dengan meluahkan emosi yang menjadi bergejolak di dada. Tulisan ini ku peruntukkan untuk seorang sahabat, teman dan saudara.  yang mengisi suatu relung khusus di dalam ruang Hati dan kamar jiwaku. Namanya @AbdulRauf,A.Md yang saat sekarang ini resmi menjadi calon wakil Bupati kabupaten Kepulauan Meranti 2021-2026. Mohon maaf agak melankolis sedikit,  ya he….he… mohon yang lain #Bersabar seperti tidak kita sapa ya…  



Syekh, sungguh sangat banyak makna yang pernah kita rangkai bersama. Masih ingatkah engkau duhai sahabat tulisan berantai isi hati kita dengan nama pena SPD dan SPK. Kurasa saat ini daku harus meminta izin dengan penuh takzim untuk berganti peran menjadi SPK dan engkau menjadi SPD. Saat ini engkau ibarat siang yang terang benderang, sedangkan daku ibarat malam yang agak mencekam dan temaram. Melangkahlah dengan kokoh dan berwibawa di tengah teriknya mentari perpolitikan negeri kita yang tercinta ini. Sedangkan malamnya serahkan saja kepada kami-kami ini yang selalu ingin agar siang selalu terjaga cerianya.

Generasi kita adalah harapan masa depan negeri kita bahkan dunia saat sekarang ini. Generasi muda dengan keluarga muda kelahiran 80-90-an. Generasi milineal. Karena kita adalah generasi yang sangat berjiwa independen, mandiri, cepat menerima kebenaran, merindukan perubahan, merindukan kebahagiaan manusia, suka melestarikan alam (dunia tanam-menanam, pertanian, urban farmer), rindu akan keharmonisan di segala bidang, dan juga kerinduan akan keharmonian kesejatian kebenaran secara apa-adanya, sangat siap berkolaborasi dalam komunitas, tanpa pamrih dan target yang macam-macam.

Kita adalah orang-orang lugu yang sering dimanfaatkan. Namun kita senantiasa #Bersabar. Yah… karena kita saat sekarang ini harus memikul beban sejarah puncaknya kezhaliman dunia, para ahli menyebutnya (Worst Crisis) dengan empat indikatornya VUCA (Volatile, Uncertain, Complex, Ambigue). Pertama, Volatile (Bergejolak); perubahan dinamika dunia saat ini sangat cepat khususnya di bidang sosial, ekonomi dan politik. Sehingga dinamika politik apapun di muka bumi ini harus memperhatikan dinamika isu Internasional, regional, nasional dan lokal. Intinya berwawasan global bertindak lokal. Kedua, Uncertain (tidak pasti); semua hal sulit diprediksi apa yang akan terjadi. Berkaitan dengan dirimu wahai sobatku, Bismillah saja Insha Allah, Allah SWT akan membimbing kita, mari kita dekatkan hubungan kita kepada Allah SWT semakin dekat. Doa sebelum ikhtiar itu sangat penting. Dunia ini unik wahai sobat, kita pasti akan diberi, tapi berapa banyak bagiannya,  itu adalah keunikan paling natural yang dirahasiakan oleh Allah SWT kepada kita. Maka #Bersabar sajalah, lalui saja, dan nikmati saja perjalanannya. Ketiga, Complex (komplek, rumit); selalu ada gangguan dan ujian disepanjang perjalanannya. Sebagai seorang aktivis ini hal yang biasa ya sobatku, hari-hari kita di KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) yang pernah kita jalani bersama dulu adalah hari-hari yang berat, tidak akan seberat hari-hari yang akan kita hadapi ke depan Insha Allah. Dan kita senantiasa #Bersabar.Bak kata pepatah Melayu kita, “Siapa yang biasa menghadapi topan badai, gelombang besarnya baginya hanya permainan saja.” Keempat, Ambigue (Tak jelas). Panggung politik di negeri kita ini memang tak jelas he…. he…. Siapa yang oposisi juga tak jelas. Bahkan ada oposisinya oposisi. Jadi urus sajalah perahu kita sendiri. Ingatkah dikau dulu ku sering bersenandung syair ini ?

Wahai muda arif budiman

Kayuh pengayuh dengan pedoman

Alat perahumu jua kerjakan

Di sanalah jalan memperbaiki Insan

 

Perbaikilah jua alat perahumu

Siapkan bekal air dan kayu

Dayung pengayuh taruhlah di situ

Supayalah laju perahmu itu

Wahai sahabat, generasi kita ini,  berada di puncak zaman kezhaliman, dan ketidakadilan. Beberapa waktu lalu daku bercengkerama dengan iparmu @AlamTerkembang, ia menyatakan,”Benar bang, kita saat sekarang ini adalah generasi yang mempersiapkan generasi akhir zaman. Generasi yang sedang mendidik para pejuang dan pahlawan.” Inilah generasi kita itu duhai sahabat, dan di saat puncak kezhaliman inilah Allah akan melahirkan para pahlawan hebat (The great Leader) yang akan mengembalikan kemuliaan umat dengan banyak menebar rahmat dan berkah, Insha Allah!!!

Qum Faanzir wa Robbaka Fakabbir

In Youth We Trust!

Sahabatmu SPK

Eddy Syahrizal (Presidium KA KAMMI RIAU)

(Pekanbaru, ba’da Maghrib, Senin, 12 Muharram 1442H, 31 Agustus 2020M)

 

Sabtu, Juli 28, 2018

Kujadikan Ust Sofyan Siroj sebagai penterjemah Sekaligus Pensyarah. "Moderasi Islam Dalam Keluarga"



Muhibah kami kali ini dengan Ust Sofyan Siroj adalah ke Nusa Tenggara Barat.  Konferensi Ulama Internasional dengan tema: “Moderasi Islam Perspektif Ahlussunnah Wal Jama’ah.” Acara ini di taja oleh Organisasi Ikatan Alumni Al Azhar (OIAA). Kami sampai di Bandara Lombok dekat-dekat waktu Maghrib, langsung ke hotel registrasi dan sholat. Sekitaran pukul 20.30 WITA ada “Welcome Dinner” .

Ust Profesor, DR. Ibrahim Sholah Hudhud (Mantan Rektor Al Azhar University Kairo Mesir) dalam sambutan mewakili tamu undangan, memaparkan bentuk moderasi dalam Islam salah satunya dalam keluarga. Beliau memaparkan makna rijal. Karena beliau memakai bahasa Arab saya cuma mendengarkan dan menangkap semangatnya.

Inilah nasib badan  kalau belum bisa bahasa Arab. Saya belum bisa menikmati pemaparan dalam makna yang terkandung dalam bahasa Arab. Di sinilah peran Ust Sofyan Siroj menerjemahkan,  memberikan penjelasan  dan menggambarkan cita rasa secara kebahasaan Arab kepada  kepada saya. Sehingga tidak saja transfer ilmu secara ansich, namun juga transfer ruh dan semangat yang ada dalam pemaparan-pemaparan yang disampaikan dalam bahasa Arab.

Inilah salah satu keistimewaan dari Ust Sofyan Siroj tidak saja mampu menerjemahkan sekaligus beliau dapat mentransfer ruh dan semangat dari pembicara- pembicara tersebut.

Kamis, Oktober 01, 2015

FILANTROPI DALAM MASYARAKAT ISLAM 012



Bagaimana Mendayagunakan Filantropi Islam bagi Keadilan Sosial?
Guna meningkatkan peran filantropi Islam bagi promosi prakarsa keadilan sosial, kesadaran masyarakat Islam untuk menyalurkan ZIS dan wakafnya ke lembaga-lembaga filantropi Islam yang terpercaya harus ditingkatkan. Sebab, lembaga-lembaga filantropi Islam modern telah terbukti berhasil mendayagunakan dana-dana filantropi yang dihimpunnya untuk tujuan pelayanan sosial yang berkelanjutan dan pemberdayaan masyarakat tidak mampu.

Rabu, September 30, 2015

FILANTROPI DALAM MASYARAKAT ISLAM 011



Mengapa Nazhir harus Orang yang Cakap?
Hasil riset CSRC UIN Jakarta menyimpulkan, masalah utama yang dihadapi oleh dunia perwakafan di Indonesia terletak pada rendahnya mutu pengelolaan wakaf. Dan itu berkorelasi dengan rendahnya mutu nazhir. Ini merupakan tantangan besar karena selama ini kualitas nazhir nyaris tidak pernah dipikirkan. Akibatnya, asset wakaf yang bernilai Rp 590 triliun itu belum mampu menjalankan fungsinya untuk membantu meningkatkan kesejahteraan dan mendukung terciptanya keadilan social. Hal ini terbukti hanya sedikit hasil wakaf yang dimanfaatkan untuk santunan dan pelayanan masyarakat miskin, dan nyaris tidak ada untuk tujuan pemberdayaan masyarakat dan advokasi kebijakan yang berpihak pada masyarakat kecil dan marginal. Tujuan pembinaan nazhir bisa dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintah maupun swasta yang memiliki dedikasi di bidang filantropi, seperti Departemen Agama, Badan Wakaf Indonesia, dan lain-lain.

Selasa, September 29, 2015

FILANTROPI DALAM MASYARAKAT ISLAM 010



Sejak Kapan Ada Wakaf Uang?
Sejak abad ke-2 Hijrah wakaf uang dikenal oleh masyarakat Islam. Seorang ulama perintis penyusunan hadis (tadwin al-Hadist), Imam az-Zuhri (wafat 124 H) mengeluarkan fatwa agar umat Islam mewakafkan mata uang dinar dan dirham. Mata uang tersebut dijadikan modal usaha dan laba dari usaha tersebut nantinya disalurkan sebagai wakaf untuk membiayai pembangunan sarana dakwah, lembaga pendidikan dan fasilitas sosial.

Senin, September 28, 2015

FILANTROPI DALAM MASYARAKAT ISLAM 009



Bagaimana Memanfaatkan Harta Wakaf?
Wakaf digunakan untuk kepentingan umat. Yang dimaksud dengan kepentingan umat dalam hal ini sangat umum dan bisa dikembangkan sesuai kebutuhan umat di suatu tempat pada waktu tertentu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa wakaf, bisa dimanfaatkan untuk apa saja asalkan dalam batas-batas sesuai dan diperbolehkan oleh syariat Islam. Misalnya, pengembangan pendidikan dengan pembangunan sekolah, penelitian yang berkenaan dengan kebutuhan masyarakat dan bermanfaat untuk menyusun srategi pengembangan masyarakat.

Minggu, September 27, 2015

FILANTROPI DALAM MASYARAKAT ISLAM 008



Di Mana Peranan Masjid Dalam Filantropi?
Masjid memainkan peranan penting dan strategis dalam menggerakkan aktivitas filantropi Islam. Setiap tahun, khususnya di bulan Ramadhan, Masjid menghimpun dan mendistribusikan zakat, infak dan sedekah dari masyarakat. Kesibukan yang terlihat di masjid-masjid itu, tidak peduli masjid besar ataupun kecil, memperlihatkan tingginya tingkat kerdermawanan masyarakat kita. Hal ini menjadi tantangan bagaimana masjid-masjid seyogianya mengelola dan mendistribusikan dana filantropi umat itu secara optimal. Artinya, dana yang terkumpul itu bukan saja bermanfaat untuk kepentingan konsumtif sesaat, melainkan juga didayagunakan untuk kepentingan jangka panjang yang bersifat produktif.

Sabtu, September 26, 2015

FILANTROPI DALAM MASYARAKAT ISLAM 007



Kelompok yang Berhak Menerima Zakat
Mereka yang berhak menerima zakat ada delapan asnaf.

Apa yang Dimaksud Delapan Asnaf?
Delapan asnaf maksudnya adalah orang-orang yang berhak menerima zakat yang terdiri dari delapan golongan, sebagaimana disebutkan dalam QS at-Taubah [9]: 60, yaitu kaum fakir (orang yang sangat sengsara), kaum miskin (orang yang kekurangan), ‘amil orang  yang mengumpulkan dan mendistribusikan zakat, mualaf (orang yang baru memeluk Islam), riqab (memerdekakan budak), gharim (orang yang tidak mampu membayar hutang), fi sabilillah (orang yang berjuang di jalan Allah), ibnu as-Sabil (orang yang kehabisan bekal di jalan).