Jumat, Desember 14, 2007

Motivasi Beramal

Menanam pohon amal dengan pondasi yang kokoh
Wahai mujahid muda atau Kepada siapa saja yang selalu merasa masih muda
Semua orang ingin mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sebagaimana doa kita: Ya Allah berikan keberkahan di dunia dan di akhirat kepada kami. Bahagia adalah buah dari sebuah amal dan keridhaan Allah, namun sebelum memetik buah atau hasil kebahagiaan tersebut orang harus mulai menanam. Tanam itu adalah tanaman amal kebaikan. Tanaman yang baik akan menghasilkan buah yang baik, tanaman yang memiliki akar yang kuat maka akan membuat tanaman lebih subur.

Setiap amal memiliki motif

Akhi fillah,
Semua petani amal dapat memetik buah yang sama, yaitu seperti setiap akhir bulan orang mendapatkan gaji. Namun kalau kita lihat lebih jauh, maka motif kenapa seseorang mau bekerja dan berusaha untuk mendapatkan gaji memiliki motif, alasan dan nilai-nilai keyakinan yang berbeda-beda.

Ada orang ingin mendapatkan gaji dengan berbagai motif. Kemungkinan motif kenapa orang bekerja, pertama karena untuk mencari makan semata, kedua ada yang ingin membeli HP baru setelah mendapatkan uang lebih, ketiga ada yang ingin membeli sesuatu, keempat ada yang lain untuk berfoya-foya mengumbar nafsu, tetapi ada orang yang rela bekerja dan berkorban karena penuh kepahaman, kesadaran dan tumbuhnya tanggung jawab sebagai kepala rumah tangga yang harus bekerja untuk menghidupi keluarga sebagaimana diperintahkan Allah.

Akhi fillah, camkan: ‘innam al ‘amalu bin niyati’. Ini pentingnya dalam beramal memiliki sihhatun niyah dan sihatul ghoyah.
Kekokohan niat

Akhi fillah,
Dalam kondisi tidak ada halangan dan cuaca baik, maka pohon tidak memiliki akar yang kuat pun akan tetap tumbuh dengan baik. Namun jika dalam kondisi lingkungan buruk dan banyak angin maka hanya pohon yang kuat akan tetap tumbuh.

Akhi fillah. Semakin kuat akan motivasi seseorang dalam bekerja, maka bagaikan pohon yang semakin kokoh akarnya. Memang akar dalam pohon, atau motif dalam beramal tidak terlihat. Namun kita akan dapat menerka bagaimana niat dari kondisi pohon atau ketika pohon itu harus beradaptasi dengan cobaan. Ketika ada angin besar datang, maka kita baru melihat apakah akan pohon kuat atau tidak. Jika akarnya kuat maka pohon tidak akan tumbang apalagi tercabut akarnya. Jika akar pohon kuat, sementara ujian dari luar sangat kuat, maka sering pohon akan patah rantingnya dan tidak sampai pohon roboh karena tercabut akarnya.

Dalam kondisi yang sulit dan antum masih dapat bekerja dan terus tumbuh dengan amal kebaikan, itu menunjukkan kekuatan niat antum dan kekokohan akar antum.
Pada umumnya jika orang beramal kurang kuat niat dan prinsipnya, maka dalam kondisi sulit cenderung orang akan pasif dan hanya menunggu. Mari kita kuatkan niat kita untuk mencari keridhaan Allah.

Menguatkan akar pohon

Akhi fillah
Pohon tidak tiba-tiba kuat akarnya, itu merupakan suatu proses. Untuk itu dalam rangka menguatkan akar tersebut, maka pohon harus mendapatkan nutrisi dari dalam tanah yang sangat mengandalkan pohon itu sendiri untuk terus mencari makanan baru dan bantuan dari pihak eksternal berupa cahaya matahari sebagai fungsi control.

Akhi fillah, untuk menguatkan motivasi amal kita, maka kita membutuhkan keterbukaan diri, selalu belajar dari pengalaman pribadi, menajamkan kecerdasan fitrah diri, kecerdasan spiritual melalui penelusuran sumber nilai-nilai kebenaran yang abadi kitab Allah dan sunah Rasul. Nilai ini dapat kita cari melalui apa yang telah bertebaran di muka bumi sebagai ayat kauniyah maupun ceramah para alim ulama atau kita dapat membukanya sendiri dari buku sumbernya. Ini mengandalkan mutabaah dakhiliyah kita kepada hati nurani dan kekuatan hubungan kita dengan Allah.

Namun cahaya matahari adalah bagian dari control yang sangat kita butuhkan untuk menguatkan akar. Ini merupakan kekuatan mutabaah kharijiyah kita dari ikhwah yang lain untuk mengontrol aktivitas amal kita.

Pesan ikatan amal dan amal

Akhi fillah, jangan biarkan jika antum melihat ikhwah kita bagaikan pohon yang tidak tumbuh amalannya, tidak berbuah pohonnya. Jadilah antum seperti sinar matahari yang selalu memberikan kebaikan kepadanya sebagai fungsi control. Ikatan kita adalah ikatan kebaikan yang saling menutup kekurangan dan bukan mencari kekurangan.

Untuk sukses kerja pribadi, maka camkan berikut ini
  • Bekerjalah dengan kekuatan spiritual kita dengan penuh kerja ikhlas (miliki kekuatan aqidah –salimul aqidah (arkanul Islam), kekuatan ibadah – shahihul ibadah (arkanul Islam) dan kekuatan diri (mati’nul khuluq)
  • Bekerjalah dengan kekuatan emosional kita dengan penuh kerja mawas (serius, sungguh-sungguh – munazham fii syu’nihi)
  • Bekerjalah dengan kekuatan intelektual dan skill kita dengan penuh kerja cerdas (kreatif, cerdik dan mampu memecahkan kesulitan hidup – mustaqoful fikr, qodirun ‘ala kasbi)
  • Bekerjalah dengan penuh kekuatan fisik kita dengan penuh kerja keras (qowiyul jism)
  • Bekerjalah dengan penuh kekuatan idari dan teknologi yang dibutuhkan (manajerial) kita dengan penuh kerja tuntas (munazham fii syu’nihi –manajemen aktifitas, harisun ‘ala waqtihi – manejemen waktu).

SEMOGA ANDA MENJADI POHON YANG BANYAK BERMANFAAT DAN MEMBERIKAN KEBERKAHAN BAGI ORANG LAIN (nafi’un li ghoirihi).
Selamat beramal agar dapat membuahkan hasil yang diridhai oleh Allah SWT. Sukses selalu. Dan kepada Allah kita semua dikembalikan.

Siapakah yang layak di sebut Teman Perjuangan ?

Pernahkah engkau wahai sahabat berpikir untuk menjadi orang biasa saja ? Disaat beban datang begitu bertubi-tubi. Tekanan menambah kesesakan di dada. Pernahkah engkau ingin menjadi orang biasa saja ? Tinggal di tempat yang hijau, dekat dengan sebuah oase yang subur ? lalu menikmati kehidupan yang bahagia tanpa gangguan seorang pun? Menikmati hembusan semilir angin setiap pagi dan sore. Menyambut sinaran mentari yang hangat tetapi tidak membakar. Langkah indahnya. Bahagia. Inilah yang pernah diungkapkanoleh seorang sahabat sepulang dari perang tabuk. Namun Syurga lebih indah dari semua itu. Yah syurga lebih indah dari semua itu. Syurga beraada di bawah kilatan pedang.

Kadangku ku membayangkan bagaimanakah syurga itu ada di bawah kilatan pedang. Imajinasiku bermain dan seakan semua itu tergambar dengan jelas dihadapan mataku. Pemandangan permainan pedang yang indah. Menampakkan kilatan-kilatan cahaya dan percikan bunga api. Indah sekali.

Kita membutuhkan seorang teman, bahkan lebih dalam perjalanan panjang ini. Kita berjuang bersama bukan hanya untuk menghancurkan pasungan egoisme yang membelenggu kita. Sehingga kita merasa kokoh dengan kesendirian kita. Karena kita dapat berbuat apapun sesuai dengan apa yang kita pikirkan dan kita inginkan. Tapi ingatlah wahai para saudara seperjuangan.Kita hanya akan berjalan-jalan di tempat saja. Seperti seekor keledai yang sedang memutar penggilingan gandum atau penggilingan tebu. Apakah engkau bisa membayangkannya.
Karena selain sebagai seorang hamba yang terikat dengan ketentuan ALLAH kita juga adalah makhluk sosial. Kalau kita berputar hanya di suatu tempat sampai membuat empat yang kita buat pijakan menjadi becek dan berlumpur. Sesungguhnya kita tidak kemana-mana. Walaupun keringat sudah membanjir dan engkau merasakan sudah melakukan perjalanan panjang. Engkau masih jalan di tempat. Pengetahuan kita tidak sebanding dengan pengetahuan ALLAH. Rasa pengangungan kepada ALLAHlah yang akan membuat jiwa kita didomonasi oleh ketenangan berada di hadapan ALLAH. Beribadah untuk-Nya seperti apa yang disebutkan oleh Abu Faras :

Biarlah Engkau Bahagia
Sekalipun kehidupan ini begitu pahit
Biaralah engkau Ridha
Sekalipun semua orang marah
Biarlah antara Aku dan Engkau ada kemesraan
Sekalipun saya dan lainnya berjauhan
Asalakan engkau cinta
Maka segala sesuatunya akan enteng
Dan segala sesuatu yang ada di bumi adalah debu

Kalau mendapatkan seorang teman dalam perjuangan ini ingatlah apa yang diungkapkan oleh syair Hatim at –Thayib berikut ini :

Bila anda mengendarai seekor Unta
Jangan biarkan kawan anda yang berada di belakang hanya bisa berjalan
Rendahkanlah untamu dan naikkan dia
Bila unta itu sanggup naikilah berdua
Bila tidak maka saling bergantianlah

Namun apabila engkau meragukan ketulusan seseorang tanyakanlah dengan bijak kepadanya dan berlemah-lembut seperti syair Mustaqib al-“abdi berikut ini :

Jadilah saudaraku dalam arti sesungguhnya
Sehingga aku bisa membedakan keburukanku dan kebaikanku
Bila tidak
Jauhilah aku dan jadikan aku musuhmu
Sehingga aku mewaspadaiku
Dan engkau mewaspadaiku
Manfaat seorang teman adalah memberikan pilihan di saat kita membutuhkannya. Walaupun yang mereka berikan itu bukan pemecahan masalah tetapi itu membuat kita berpikir untuk menyelesaikan suatu masalah. Jadi teman bukanlah setiap orang yang sepakat dengan apapun yang kita inginkan. Itulah seorang teman yang sejati. Orang yang selalu dapat mengingatkan kita di saat lupa. Teman sejati adalah orang-oraqng yang mengingatkan kita bahwa kita adalah hanya manusia biasa. Bahwa kita semua dalah hamba.

Siapa yang sepakat silahkan saya tidak memaksa. Siapa yang tidak sepakat tidak mengapa karena saya dan anda adalah orang-orang yang sedang mencari siapakah yang layak untuk dijadikan teman. Sehingga saling belajar untuk saling memahami. Tulisan ini adalah hanya tulisan hasil perenungan. Dan refleksi setelah saya membaca buku syaikh yusuf al-Qaradhawi yang berjudul : “ Syaikh al-Ghazali Kamaa Araftuhu : Rihlatu Qarnin “ ( ini judul aslinya : siapa yang ingin baca ada kok yang edisi Indonesia) Ini adalah tulisan apa adanya. Jadi marilah jangan berpikir jangan jadi orang yang biasa-biasa saja. Wallahu ‘alam.

Kamis, Desember 13, 2007

Menjadilah Penjaga Dan Pemelihara



Membangun konsepsi perjuangan

Ahmad Syauqi pernah bersayair :
Janganlah ikuti langkah-langkah orang yang tergoda/ menganggap segala yang lama adalah mungkar/ sekiranya mereka berkuasa di tengah masyarakat/ niscaya mereka akan mengingkari nenekmoyang mereka yang sudah tiada/ setiap karya lama hendak di robohkan semua/ namun untuk membangun mereka tiadalah mampu/ peradaban menciptakan karya yang usang bagi mereka/ ilmunya dangkal, keterangannya tidak berdasar/ sungguh demi Tuhan yang menciptakan keenaran/ kebenaran itu sungguh sebuah kepahitan/ ia akan membiarkan masa menjadi sunyi/ dari janji dan darah para penegak kebenaran.

Marilah menjadi penjaga dan pemelihara ! Bangunan perjuangan ini sudah sempurna. Konsepsinya dan tujuannya sudah jelas. Sarana dan Juklaknya juga sudah dipaparkan secara paripurna. Mana yang yang tsawabit dan mana yang mutghayirat juga sudah didedahkan dengan nyata. Pohonnnya sudah mulai besar dan menampakkan keindahan bunga dan buahnya. Inilah pohon perjuangan itu. Pohon perjuangan menajdi pemimpin dan mengelola kepemimpinan.

Dunia saat ini dalam sklala global dan tatanan wilayah yang lebih kecil membutuhkan konsepsi-konsepsi yang aplikatif dan membumi. Bukan hanya brilian dari segi opini dan wacana. Tidak dibutuhkan janji muluk yang melenakan. Tetapi tindakan yang bisa dibuktyikan secara nyata. Karena perjuangan kita, ummat yang kita perjuangkan butuh bukti bukan janji.

Setiap konsesi yang kita bukan hanya disesuaikan dengan kondisi, situasi dan realita zaman. Sudah saatnya situasi, kondisi dan realita zaman mengikuti konsesi yang kita buat. Bukankah kita sudah menyatakan sebagai direct of change ? karena idealis menurut kamus saya adalah : ”bukan mengikuti apa yang terjadi pada zaman kita hidup. Tetapi membuat zaman itu berprilaku dengan keyakinan yang kita yakini kebenarannya.”

Karena kalau berperilaku sebaliknya itu bukan idealis. Lebih tepat disebut sebagai orang yang lemah,pragmatis dan oportunis. Sebagai penjaga dan pemelihara bangunan dakwah ini, seharusnya kita tidak hanya membangun tataran konsep yang terfokus pada proyeksi sisi-sisi tertentu saja Sebagaimana yang dipahami oleh orang awam. Cakupannya harus melampaui pranata-pranata politis kehidupan..

Fathi Yakan pernah mendiagnosa penyakit yang dialami oleh umat manusia saat ini adalah krisis identitas, kurangnya referensi, keterbelakangan di semua bidang, pembangunan masyarakat yang pincang, pemerintah yang otoritarian, isu gender dan moralitas serta keimanan. Sehinga Eric Fromm mengatakan bahwa masyarakat modern tidak bisa lagi memimpin diri mereka sendiri. Mereka dipimpin mode dan model.
Oleh karena itu, sebagai penjaga dan pemelihara bangunan perjuangan ini, kita harus bisa menciptakan berbagai konsepsi pergerakan yang integral, komprehensif dan gradual. Kita harus mendorong terciptanya konsepsi yang tidak hanya indah dalam opini dan wacana. Konsisten dalam prakteknya menjadi lebih penting.

Kekuatan Aktualisasi

Inti kekuatan diri adalah keyakinan. Keyakinan yang bersumber dari perasaan. Perasaan yang melahirkan pengharapan. Tepat sekali Ibnu Qoyyim menyatakan manusia adalah jiwa itu sendiri. Sehingga Imam syafii bahkan menyebutkan tubuh yang ringkih itu tidak akan sanggup mengikuti kehendak jiwa yang bergelora.

Kita butuh perasaan yang melahirkan pengharapan. Kehancuran perasaan adalah awal kelemahan. Bagiku dunia politik adalah dunia pertarungan psikologis. Siapa yang paling tenang dan cermat akan mendapatkan kemenangan. Harapan ini akan melahirkan cinta dan tanggungjawab. Kehancuran perasaan akan mengakibatkan porakporandanya inti kekuatan. Maka berhati-hatilah menjaga perasaan.

Tepat sekali pemecahan yang diberikan umar Ibnul Khattab ketika seorang suami datang mengadu sudah tidak mencintai istrinya lagi. Umar dengan filosofi kepemimpinan yang luar biasa menyatakan , rumah tangga dibangun dengan tiang cinta dan tiang tanggungjawab. Apakah tidak mungkin rumah itu bertahan hanya dengan satu tiang. Tiang itu adalah tanggungjawab. Karena keluarga adalah organisasi kepemimpinan paling kecil dalam membangun.

Keyakinan harus banyak diuji. Karena cinta butuh pemahaman, pengertian dan pengorbanan. Karena tanggungjawab butuh keikhlasan, kasihsayang dan kesabaran. Ingat hari ini tidak dimulai pagi tadi. Sehingga dengan mengabadikan ungkapan Rasyid Ridha, Asy-syahid Hasan Al-banna menyatakan; realita hari ini adalah mimpi hari kemarin. Mimpi hari ini adalah realita masa depan. Makanya jangan berhenti bermimpi !

Semua kita punya cinta yang sama. Namun punya amanah dan tanggungjawab yang berbeda. Maka percayalah pada diri sendiri. Karena kita dilahirkan bukan untuk bertahan. Tapi untuk bertarung. Maka jadilah pejuang. Pejuang dalam arti sejatinya seorang pejuang kebenaran. Ingat keyakinan adalah produk dari cinta dan tanggungjawab. Sungguh ia akan menjadi cahaya dan melahirkan cahaya.

Sentuhan Cinta dan Kesabaran

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan : “ Tuhan kami adalah ALLAH,” Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka , maka malaikat akan turun kepada mereka ( dengan mengatakan) : “ janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih ; Dan bergembiralah kamu dengan ( memperoleh ) sorga yang telah dijanjikan ALLAH kepadamu ( Q.S 41 Al-Fushshilat : 30)

Sabar adalah kata yang sangat berat aplikasinya. Entah mengapa akhir-akhir ini saya sangat berkeinginan menuliskan semua apa yang saya dengarkan. Saya sangat berharap semua yang saya dengar juga dapat dinikmati oleh orang yang lain. Terutama sekali orang-orang yang saya cintai di jalan dakwah ini. Semoga semua yang saya tuliskan dapat menambah ladang amal, dianggap ALLAH sebagai amalan yang baik yaitu menyebarkan ilmu di hadapan para manusia. Amien.

Ayyuhal Ikhwah rahimakumullah.

Tidak dipungkuri lagi dalam pandangan kita sebagai kader dakwah bahwa tabiat seorang mukmin sejati adalah berbuat, berbuat dan terus berbuat. Sehingga seluruh waktunya selalu diukur dengan produktivitas amalnya. Ia tidak akan pernah diam karena diam tanpa amal menjadi aib bagi orang beriman. Seorang mukmin akan terus mencermati peluang-peluang untuk selalu berbuat. Maka perlu kita ingat dalam sanubari yang paling dalam bahwa 'nganggur' dapat menjadi pintu kehancuran. Tidaklah mengherankan banyak ayat maupun hadits yang memotivasi agar selalu berbuat dan berupaya untuk menghindari diri dari sikap malas dan lemah. Malas dan lemah berbuat dianggap sebagai sikap dan sifat buruk yang harus dijauhi orang-orang beriman. Jangan Pernah Lelah Beramal

"Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain". (Q.S. Al Insyirah: 7)

Mengingat tugas dan tanggung jawab yang kita emban sangat besar dan masih banyak agenda yang menanti untuk diselesaikan maka segeralah untuk menyiapkan diri menunaikannya. Rasanya perlu dicamkan dalam benak pikiran kita akan nasehat syaikh Abdul Wahab Azzam:

'Pikiran tak dapat dibatasi, lisan tak dapat dibungkam, anggota tubuh tak dapat diam. Karena itu jika kamu tidak disibukan dengan hal-hal besar maka kamu akan disibukkan dengan hal-hal kecil'.

Sangat mudah untuk dipahami bila setiap waktu ada tuntutannya maka kita mesti menyelaraskan diri agar sesuai dengannya. Tuntutan ini selaras dengan amanah yang diembankan kepada kita saat ini. Dan dalam pandangan Islam setiap amanah merupakan sesuatu tugas yang tidak boleh dikhianati atau diabaikan hingga tidak dapat menunaikannya dengan baik. Inilah kesempatan emas bagi kita untuk mengukir ukiran terindah dalam hidup kita secara personal maupun kolektif agar kita mampu memberikan cermin indah bagi orang lain ataupun generasi berikutnya. Inilah saat yang tepat bagi kita mengukir prestasi. Pergunakanlah sebaik-baiknya agar kita memiliki investasi besar dalam dakwah ini.

Maka disaat itulah kita membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Bulan mulia ini adalah bulan tarbiyah. Tarbiyah untuk membentuk kesabaran yang paripurna. Ustadz Yusuf al- Qaradhawi pernah mengatakan :

“ Kesabaran dalam peperangan adalah keberanian
kesabaran dalam kesulitan adalah ketabahan
kesabaran dalam kekurangan adalah merasa cukup
kesabaran dalam kelapangan adalah kesyukuran ….


Ayyuhal Ikhwah rahimakumullah.

Orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “ Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Raji’un “ ( Sesungguhnya kami adalah milik 4JJI, dan sesungguhnya kami hanya kepada-Nya akan kembali) (Q.S al-Baqarah : 155-156)

Disaat musibah datang menerpa. Mimik airmuka segera berubah. Ada kegelapan bagaikan kepingan malam disana. Ada mendung seperti awan hitam yang menggantung. Seakan sebentar lagi kilat akan menyambar dan petirpun menggelegar di dalam jiwanya. Menyambut hujan airmata yang akan tertumpah ruah. Sehingga banjirlah dadanya dengan kesedihan. Terasa sempitlah dunia dengan segala isinya. Seakan sudah kehilangan segalanya.

Ayyuhal Ikhwah rahimakumullah

Maukah engkau merasakan dengan tenang, mengikuti dengan lembut sebuah perjalanan kehdupan manusia-manusia yang penuh kesabaran? Ada Rasulullah Muhammad Saw. ….!!! Bercerita tentang Muhammad Saw, bagai bercerita tentang samudera yang luas membentang. Bagaikan bercerita tentang langit dengan gugusan bintang-bintangnya.

Bagaikan bercerita tentang taman bunga dengan aneka kembang yang indah di dalamnya. Harum mewangi membawa kesegaran. Petiklah setangkai tempatkan di pajangan bunga jiwa sehingga mata hati kita menjadi tenang saat memandangnya, dengan penuh kerinduan untuk bertemu dengannya.

Perasaannya selembut angin pesisir yang semilir. Tubuhnya kokoh bagaikan batukarang di tengah hantaman ombak dan badai cobaan kehidupan. Kehidupan yang mulia dan penuh perjuangan. Kehidupan yang dihiasi birunya rindu dan hitam pekatnya kedukaan. Kehidupan yang penuh dengan kesabaran dan tawakkal. Betapa mempesonanya kalau kita bisa menyelami mutiara keindahan perilakunya. Ucapan dan sikapnya bagaikan air yang menghidupi tanah yang kering. Menumbuhkan bibit-bibit pengharapan. Membawa buah keberkahan dan cinta. Sehingga sampai melewati batas waktu dan keturunan.

Pernah Umar Ibnu Khattaab dan beberapa sahabat menunggunya di suatu tempat. Ia menangis tersedu-sedu. Lupa dengan keadaan sekelilingnya. Sehingga angin seakan diam melihatnya. Pasir-pasir muram karenanya. Tumpah ruah airmatanya. Para sahabatnya seakan tidak percaya, seorang panglima yang gagah itu menangis. Muhammad menghapus airmatanya lalu menghampiri para sahabatnya yang telah lama menunggunya.” Mengapa engkau menangis! “Tanya umar penuh curiga. “ Sehingga sampai-sampai kami ketakutan dan ikut menangis pula.” Sambut Umar sambil mengusap airmatanya.
“Kalian takut mendengar tangisanku?” para sahabat mengangguk dengan serta merta. “Itulah makam ibuku, aku sangat mencintainya.” Kehilangan dan kerinduan terhadap orang yang kita cintai boleh saja. Tapi jangan sampai merusak jiwa. Karena itu adalah kewajaran sebagai seorang insan yang lemah. Namun setelah itu Rasulullah tampak sangat ganas kepada musuh-musuhnya bagaikan badai dengan gelombang yang menggulung. Disinilah terletak jejak-jejak kesabaran itu. Akan meninggalkan guratan keindahan ukirannya bagi tapak sejarah kehidupan. Kehidupan dalam perjalanan panjang perjuangan, menyusuri jalan yang mendaki, berduri dan berat. Wallahu’alam

Bencana Itu Bernama Cinta Yang Membara

Saudara dan Saudari Yang menghendaki dimuliakan ALLAH ! Maukah engkau menyimak apa yang dituliskan Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam kitabnya “ Mukhtashar Zadul Ma’ad Bab ke IV dengan tema Mengobati Cinta Yang Membara.

“ Ini termasuk penyakit hati, yang berbeda dengan penyakit-penyakit yang lain, baik wujud, sebab dan cara penyembuhannya. Jika cinta yang membara ini benar-benar telah mencapai puncaknya, maka dokter dan obat apapun tidak akan mampu menyembuhkannya. Ada dua golongan Manusia yang dijelaskan ALLAH di dalam kitabNya tentang cinta yang membara ini, yaitu istri Al-Aziz terhadap Yusuf As dan kaum Luth yang mencintai anak laki-laki yang tampan.

Ada sebagian orang yang berpendapat, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga terhinggapi cinta yang membara terhadap Zainab bin Jahsy, sehingga mereka menjadikannya sebagai topik kajian buku tentang cinta yang membara, maka ini merupakan kebodohan tentang Al-Qur’an dan diri Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam serta hikmah Ilahi yang terkandung dalam kisah pernikahan beliau dengan Zainab, yang sebelumnya menjadi istri anak angkat beliau Zaid bin Haritsah. Memang tidk dipungkiri Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sangat mencintai para Istri beliau. Dan yang paling beliau cintai adalah Aisyah.

Cinta yang membara adalah gambaran dua perkataan : menganggap bagus orang yang dicintai dan keinganan berhubungan dan berinteraksi dengannya. Cinta itu sendiri bermacam-macam. Yang paling utama dan paling agung adalah cinta karena 4JJI dan bagi ALLAH. Cinta ini mengharuskan cinta terhadap apa yang dicintai 4JJI, mengharuskan cinta kepada ALLAH dan RasulNya.

Ada juga cinta karena kesamaan jalan, agama, madzhab, kerabat, keahlian, tujuan dan lain sebagainya. Ada pula cinta yang ingin mendapatkan keinginan tertentu dari orang dicintai, entah kedudukan, harta, tuntunan atau pengajaran. Yang demikian hanya cinta yang tampak dipermukaan yang terlalu cepat sirna karena sirnanya sebab.

Karena cinta yang membara adalah merupakan suatu penyakit hati, maka ia masih dapat disembuhkan, entah dengan cara apapun. Jika orang yang dilanda cinta yang membara mendapatkan jalan untuk berhubungan dengan orang yang dicintai menurut syariat dan ketetapan, maka itulah cara penyembuhannya.

Jika tidak mendapatkan jalan untuk berhubungan dengan orang yang dicintainya, maka ini merupakan penyakit yang berat. Cara penyembuhannya adalah dengan menimbulkan keputusasaan tentang apa yang hendak diinginkannya, sehingga dia benar-benar putus asa.”

Marilah menggapai cinta sejati kepada ALLAH! Mari lah kita gapai bidadari wahai saudaraku ! Marilah menjadi bidadari dunia wahai Saudariku ! Sesungguhnya cinta kepada ALLAH diatas segalanya. Allahu Ghoyatuna !


Bencana Berikutnya Gangguan Perasaan

Rasa sakit dan kehilangan adalah penghubung kita. Rasa sakit menghubungkan kita dengan sang pencipta. Sakit bisa mengingatkan akan kematian. Sedangkan rasa kehilangan menghubungkan sesama kita dalam keindahan nostalgia persaudaraan dalam perjuangan.

Teman… masa yang kita lalui penuh dengan gangguan perasaan. Masa itu kini merupakan suatu pemandangan yang tidak normal. Kalau kita melihat dalam konteks kekinian dan keyakinan yang kita perjuangkan. Sungguh sungai kehidupan ini terasa semakin keruh dan keruh. Bangsa-bangsa, sesama anak bangsa berselisih, saling memukul, cakar-mencakar dan injak-menginjak untuk menjaga kepentingan pribadi dan golongannya. Mengatasnamakan kepentingan rakyat.

Kita ketahui secara seksama, khutbah-khutbah moral hanya ditujukan kepada oranglain, bukan untuk rakyat dan diri sendiri. Walau bagaimanapun kejahatan yang telah mereka lakukan. Sehingga benarlah yang sudah dinyatakan oleh Abul a’la Al-Maududi; kesadaran kemanusian sudah dibunuh.


Tugas Penjaga Dan Pemelihara Bangunan Perjuangan

Kini bangunan perjuangan ini memerlukan penjaga dan pemelihara. Penjaga yang akan menghadang gangguan dan ancaman dari luar. Pemelihara yang menjaga kemurnian visi perjuangannya. Sesungguhnya membangun itu sulit. Sehingga ada ungkapan apabila ada seribu pembangun dan ada satu yang menghancurkan, sudah cukup untuk menghancurkan bangunan tersebut. Apalagi perjuangan kita saat ini ada seorang pembangun diantara seribu penghancurnya. Hasilnya sudah bisa ditebak. Hancur dan luluhlantak!

Jadilah penjaga dan pemelihara wahai jiwa yang mengembara! Sesungguhnya kita mempunyai keunikan dan ciri khas tersendiri. Karena setiap zaman pasti ada tantangan yang khas dan ada tokoh yang unik untuk menghadapi tantangan tersebut.
Penjaga dan pemelihara dibutuhkan untuk menghadapi tantangan zaman ini. Menjadi ruh perjuangan. Memerdekakan penderitaan ummat dari penghambaan pada manusia, kepada penghambaan kepada pencipta saja.

Memang rasa sakit dan kehilangan adalah penghubung kita. Kadangkala mimpi-mimpi besar kita juga mengharuskan kita mengambil jeda sejenak. Menarik nafas dengan tenang. Mengumpulkan tenaga untuk melanjutkan perjuangan yang masih panjang. Karena kalau kita hanya memperturutkan kepedihan pribadi. Maka kita akan kehilangan akal sehat dan hati nurani. Karena perbedaan setiap kematian hanyalah ketakutan dan ketenangan saat menghadapinya.

Ini adalah perjalanan waktu. Perjalanan cahaya. Perjalanan kehidupan yang kelana kembara. Menggapai hakikat kehidupan yang penuh pengabdian. Pengabdian dalam tuntunan ilahi. Sampai kematian datang menjelang.

Telaga Kekuatan Itu

Kita adalah pemuda karena masih sangat muda. Menjadi pemimpin akan mmengakibatkan banyaknya kehilangan kearifan bagi pemuda. Kata Imam Syafi’I. perpindahan estafet kepemimpinan ke generasi yang lebih muda pasti ada sedikit gejolak. Karena orang muda selalu bergelora.

Ada ungkapan yang sangat indah dari asy-syahid Hasan al Banna mengenai hal ini ; “ada sebuah risalah masa lalu, penuh kobaran semangat jihad, untuk generasi hari ini yang tengah bergejolak dan dilanda kegelisahan, sebuah bekal yang hari ini menjadi tuntutan. Untuk masa depan yang penuh cahaya. Wahai para pemuda! Wahai yang punya cita-cita luhur ! wahai kalian yang rindu kemenangan ! wahai semua yang turun ke medan juang ! menyerahkan nyawa dihadapan Rabbnya. Di sinilah petunjuk itu, disinilah bimbingannya, di sinilah pengorbanannya, dan kenkmatan perjuangannya … “
Inti dari seruan ini adalah jadikanlah perjuangan ini menjadi madrasah kehidupan. Hiruplah air kekuatan itu dari berbagai telaga. Baik itu musuh sendiri. Karena musuh yang cerdas lebih berharga dari teman yang bodoh dan konyol. Karena kita akan lebih mengetahui kelemahan diri kita.

Hidup ini adalah pilihan dan setiap pilihan punya resiko. Takut resiko jangan hidup. Inilah telaga kekuatan tersebut. Karena orang yang sukses adalah orang yang bersabar melewati kesulitan demi kesulitan dengan hati lapang, ikhtiar dan doa. Karena bumi selalu berputar dan alam selalu berubah.


Standar Keberhasilan Kepemimpinan Seorang Pemimpin

Masa transisi memimpin adalah tikungan tajam. Karena kepemimpinan dan pemimpin tidaklah sesederhana sebuah parody orkestra dalam panggung kehidupan yang serba terbatas. Terbatas ruangannya. Terbatas waktu pertunjukannya. Terbatas personilnya. Terbatas kursi pengunjungnya. Terbatas juga perangkat alat musiknya. Lalu apakah tepukan tangan dari penonton itu tanda kesuksesan ?

Tepukan tangan bukan tanda harga mati sebuah kesuksesan. Karena Luqman al Hakim pernah membuktikannya. Dalam sebuah perjalanan luqman al Hakim mengajak salah seorang anaknya melakukan perjalanan. Membawa seekor keledai sebagai tunggangan.
Ketika memasuki sebuah perkampungan Luqman menaiki keledainya dan meminta anaknya yang masih kecil itu menuntunnya. Orang-orang kampung itu berkata;” sungguh ayah yang zhalim terhadap anaknya”.

Ketika memasuki perkampungan berikutnya Luqman meminta anaknya yang menunggangi keledai dan ia menuntunnya. Orang-orang kampung itu berseru;” Dasar anak tidak berbakti dan durhaka kepada orangtuanya.”

Perjalanan berlanjut memasuki perkampungan yang ketiga. Kali ini mereka menaiki keledai bersama-sama. Komentar pemduduk kampung adalah;” Ayah dan anak sama saja, masa keledai yang begitu kecil dan lemah itu dinaiki berdua.”

Sesampainya di kampong yang keempat. Luqman dan anaknya menuntun keledainya bersama-sama. Komentar penduduk kampung adalah;” Alangkah bodohnya ayah dan anak ini, punya kendaraan malah jalan kaki.”

Memang manusia hanya bisa dipuaskan kalau mulutnya disumbat dengan tanah. Mati sendiri atau kita bunuh. Namun pemimpin menghidupi rakyatnya tidak mungkin membunuh rakyatnya. Karena itu ia harus memegang ruh rakyatnya bukan ketakutan rakyatnya.

Rahasia Kesuksesan

Rahasia kesuksesan seorang pemimpin adalah seperti yang dinyatakan asy-syahid Hasan al Banna berikut ini. “ Dari seorang pemimpin pejuang, anda dapat membaca pada raut wajahnya dan kilauan matanya dan mendengar dari gerakan lidahnya, semua yang bergelora dalam hatinya, kesengsaraan dalam batinnya. Semua tujuannya benar dan sungguh-sungguh pelaksanaannya. Sasarannya tinggi dan sasarannya juga jauh memenuhi jiwanya.”

Maka kesadaran yang akan dapat kita ambil adalah pemimpin memang dilahirkan bukan untuk menuntut banyak, tapi dituntut banyak. Bukan meminta banyak tetapi memberi banyak. Keadaan ini mengharuskan kita untuk memahami banyak hal.
Memahami kekuatan adalah kesakitan itu sendiri. Motivasi adalah kepayahan yang kita dapatkan. Kesyukuran adalah wujud kesabaran yang panjang. Keteguhan adalah tempaan penderitaan. Kebijaksanaan adalah produk amarah yang tertahan. Lapang dada adalah rasa bosan dan jenuh yang senantiasa kita bendung.

Keberanian adalah ketakutan yang kita kendalikan. Keramaian hati adalah hasil renungan dalam kesendirian. Ketenangan adalah karena terbiasa kesepian. Kesepian adalah waktu mengharap pada pencipta kita. Karena wujud perjuangan ada dalam alunan sendu doa kita.

Maka marilah kita lalui perjalanan kehidupan yang menakjubkan. Membuka lebar-lebar mata dan pikiran. Tentang aroma rumput yang basah. Tentang belukar yang mengakar. Tentang pohon yang menjulang. Bahkan tentang sosok mungil pipit diantara batang padi. Dihembus angin pesisir yang semilir. Karena memimpin itu adalah seni. Dan seni itu indah…! Wallahu’alam

Memperbesar Ruang Jiwa (Tanggapan adakah lokus diri )

Kembara waktu telah menghantarkan kita di titik-titik persinggahan jiwa. Ya ALLAH engkau tahu jiwa ini seringkali gelisah dan resah. Sungguh kehidupan adalah waktu pengabdian. Pengabdian abadi. Pengabdian Hakiki. Pengabdian sejati. Pengabdian pada-Mu ya Ilahi. Pengabdian yang didasari cinta. Cinta suci nan sejati. Cinta yang murni. Sebening embun pagi yang disinari mentari pagi.

Ya ALLAH beruntun masalah dan guncangan yang kami hadapi.Beruntun pula nampaknya permasalahan yang sedang dan akan kami hadapi. Sungguh berat rasanya mengalami kehidupan yang penuh guncangan. Kelihatan tenggelam dan ditenggelamkan. Namun, Jannah- Mu begitu indah.

Datanglah ….. datanglah ….. ke taman surga
Taman kediamanmu semula, taman tempat bersuka ria
Walau kita merasa lemah dan tak berdaya dihadapan musuh …
Haruskah kita pulang ke rumah dan menyerah …

Kawan … harus kita sekarang pulang dan menyerah? Ke rumah mana kita kan pulang ? kawan sambutlah semua guncangan itu. Sungguh watak kepemimpinan itu akan tumbuh ditengah konflik yang berat.

Apabila seseorang biasa menghadapi badai- topan yang dahsyat
Gelombang besar baginya hanyalah permainan belaka
Riak gelombang adalah senda-gurau
Pengobat resah dan gelisah
Disaat kalbu sedang mendesah

Kawan sesungguhnya setiap guncangan itun akan meniup balon ruang jiwa kita semakin besar. Semakin luas untuk menerima setiap permasalahan. Ruang jiwa kita akan terus mengembang dan memberikan ketentraman kepada relung kalbu kita. Saya sepakat dengan SPK ada lokus diri dalam jiwa kita. Saya hanya akan membuat bayan ( penjelasan mengenai lokus perasaan, lokus jiwa dan lokus emosional).

Saya namakan mereka itu ruang jiwa. Pernahkah kita mempelajari bagaimana foto sintesis itu terjadi. Fotosintesis itu terjadi butir-butir hijau daun. Di dalam butir-butir daun itu ada kloroplas. Di dalam kloroplas itu banyak sekali membran-membran. Baik yang permeable maupun yang semi permeable. Membran inilah yang bekerja. Jadi di dalam ruang jiwa ada lokus perasaan, lokus jiwa dan lokus emosional. Mereka itu satu tetapi tidak tercampur. Tetapi mereka bekerja dengan satu kesatuan.

Pernahkah antum nonton film kartun Three Musketer. Mereka punya semboyan. ONE FOR ALL. ALL FOR ONE. Satu untuk semua dan semua untuk satu. Apabila ini terjadi maka kita akan saling meneguhkan.

Bagi mereka yang meneguhkan diri
Mendapatkan keteguhan hati …
Bagi mereka yang mulia
Dianugrahi perbuatan yang mulia

Dimata yang lemah …
Sedikit kemalangan terlihat dahsyat
Dimata mereka yang kuat …
Kekurangan sungguh suatu kesukaran ….

Kita lihat bagaimana tanah islam ini subur dan menumbuhkan. Memberikan hasil sepanjang zaman. Bersama kita lihat para pemuda yang shaleh. Insya ALLAH kita termasuk di dalamnya tumbuh dan terus tumbuh bertunas dan berdaun.Kita ibarat kumpualan bunga dan kepala putik bakal buah yang sedang disinari cahaya Allah .

Sungguh celupan ALLAH, maka celupan ALLAH lah yang terbaik
Mereka ingin memadamkan cahaya ALLAH tetapi cahaya itu tetap gemilang
Cahaya diatas cahaya, bagaikan minyak zaitun
Bercahaya dan memancarkan cahaya
Cahaya diatas cahaya
Mulia diatas mulia
Seharusnya ruang jiwa kita
Seperti minyak zaitun
Sehingga kehidupan ini berguna
Tidak seperti punggur di tengah hutan
Yang gugur layu sendirian
Dalam ketermanguan
Melamunkan angan dalam lamunan
Bukan mimpi yang akan membawa kepada kenyataan

Subhanallah, kata-kata ini terlontar begitu saja. Mungkin ini adalah curhat dan ungkapan perasaan ane kepada antum semua. Terutama untuk SPK KAMMI DAERAH RIAU.
Wahai saudara seperjuangan, kita tumbuh dan mekar bersama ditempa riuhnya medan pertempuran. Sehingga nantinya kita akan menjadi buah yang masak dan ranum. Bunga yang cantik, tampan dan gagah, ramah, sederhana, sopan, lemah lembut, penuh dengan sifat terpuji. Subahanallah !!!

Kawan … marilah arahkan pandangan kita pada sebuah negeri ..
Negeri yang telah membuat lidah kelu dan hati terkunci …
Kawan … dinegeri mana sekarang ini kita berada..
Negeri hantu yang penuh dengan syetan durjana…
Dipenuhi kebohongan dan dusta
Banyak sumpah serapah yang bersepah
Membuat negeri ini semakin parah dan renta
Tapi mungkin buah dan bunga ini merubah asa
Meninggalkan benih pengganti yang akan membangun kembali asa yang hampir sirna
Kawan… mari kita bergerak bersama
Walaupun Indonesia sudah tiada dan hancur karenanya
Insya ALLAH kita akan tetap berdakwah… !!!

Kawan … jangan salahkan musuh yang datang ….
Datang berbekal kekuatan dan persiapan
Sedangkan kita hanya seorang Ghuraba
Sedang kita hanya punya jiwa kita dan ALLAH
Ketika musuh mencengkram dan merampas …
Jalan kita adalah bersiap dan bangkit
Bangkit …. Lawan …. Hancurkan … Tirani ….

Kawan… betapa puitisnya syair yang didendangkan oleh Al-ja’di menanggapi harapan istrinya untuk tetap tinggal dirumah disaat jihad memangil :

Duduk menghabiskan malamnya, ku teringat akan ALLAH…
Deras mengalir air mata, bercucuran bagikan air bah …
Wahai jantung hatiku! Kitabullah memerintahkan ku untuk maju …
Haruskah aku menentang ALLAH atas apa yang dianugerahkan ALLAH …?
Jika aku kembali…
Tuhan maha penciptalah yang akan mengembalikanku
Jika aku menghadap-Nya…
Ditempatku akan digantikan orang lain
Engkau takkan sendiri …
Tidaklah aku cacat…
Tidaklah ALLAH membebaskanku dari kewajibanku…
Juga tidaklah sakit menyebabkan aku tak mampu …

Sangupkah kita sekarang mengucapkan syair ini dihadapan saudara dan keluarga kita ..? tak usah dijawab… hati kitalah yang akan berbicara dengan selaksa makna.

Saudaraku … ku ingin bertanya bukankah cambuklah yang menodai kewibawaan seorang raja..? lalu kepada siapakah kilauan pedang ini mau kita arahkan ? jangan berpikir kejayaan adalah didapat dengan bersenang hati dan bersukaria. Namun, saudaraku yang mulia, kejayaan harus kita rengkuh dengan sengitnya pertempuran.

Saudaraku … marilah kita berangkat menantang bahaya yang mulia …
Kawan …. Janganlah tujuan kita hanya sebatas tingginya bintang..
Karena tujuan kita adalah ALLAH yang lebih tinggi dari bintang….
Kawan … mari kita belajar mencintai kematian …
Karena kematian adalah urusan yang fana dan remeh …
Saudaraku ingatkah kita saat sang Khalilullah
Ibrahim alahissalam dikala ajal menjemput berkata …
Tegakah seorang kekasih mencabut nyawa seorang kekasihnya…
Kekasih itu menjawab :” Tidakkah seorang kekasih merindukan pertemuan dengan kekasih-Nya?”

Saudaraku yang mulia, sungguh kematian adalah pintu perjumpaan dengan sang kekasih abadi, kekasih hakiki, kekasih sejati yang dilandasi cinta. Cinta yang yang jernih dan suci. Mahabbah ….
Akh mahabbah hanya didapat pabila kita bisa memperluas ruang jiwa kita. Ku tutup rangkaian kata ini dengan doa semoga ALLAH meridhai semua langkah kita. Salam untuk sang pujangga kebenaran. Wallahu’alam.

Saudaramu pujangga dakwah yang sedang kesepian.
Abu Jundii

Markazud jihad, Ahad 6 Juni 2004
01. 22 WIB

Rabu, Desember 12, 2007

Wahai Mujahid Marilah Bersenandung !!

Amanah bisa jadi adalah beban yang berat
Amanah boleh jadi adalah sesuatu yang menyesakkan dada
Amanah boleh jadi ada yang melukai jiwa
Amanah boleh jadi mambuat pikulan itu patah dan rengkah
Oh … amanah boleh jadi menyakitkan menyusahkan raga
Oah amanah tanpa mu diri hidup ini bagai tak bermaya
Oh amanah engkaulah yang menjadi pelita
Oh amanah setiap saat kita selalu bersua
Bergumul bersama dalam suka dan duka
Amanah bolehkahkah ku bertanya mengapa dikau selalu turut serta
Amanah mengapa engkau selalu turut serta ?
Amanah untuk apakah engkau dicipta
Oh amanah jawablah daku ingin bertanya
Amanah aku ingin bertanya
Mengapa kerja ini tidak pernah selesai ?
Setiap ku buka sebuah pintu
Berjumpa dengan pintu berikutnya
Amanah kadang ku merasakan kelelahan yang luar biasa
Karena aku memang hanya manusia biasa
Manusia yang terbiasa dengan keluh kesah
Amanah salahkah kalau aku bertanya
Sedangkan engkau bukanlah sebuah dosa ?
Amanah marilah kita melangkah bersama
Membuat suatu pekerjaan yang bermakna
Amanah marilah kita bergandengan bersama
Sampai perjanjian itu menjadi nyata
Amanah marilah kita menghadap-Nya
Dengan senyum yang penuh makna
Amanah… amanah …. Oh amanah …
Engkau ajarkanku kehidupan dengan penuh bijaksana
Dalam musim dan tingkap kehidupan yang senantiasa pancaroba
Karena kita inginkan Jannah dan keridhaan-Nya
Amanah marilah kita bersenandung bersama
Lupakan duka dan lara
Sampai waktu perjanjian itu sampai sudah
Amanah ……………………………
Sunguh terkadang engkau memberikan senandung
Senandung sendu dengan selaksa makna dan asa
Amanah karena jiwa dan raga ini memang terasa renta dan papa
Amanah inilah senandung kita
Senandung yang di dasari dengan mahabbah
Amanah akan kuterima engkau sebagai sahabat dengan lapang dada
Amanah mari kita belangkah bersama menghadap-Nya
Amanah karena kita selalu jadi Ghuroba

Sang pujangga dakwah yang sedang mengurai makna amanah
Abu Jundii
Markazud jihad saat kelelahan melanda
Ahad 13 Juni 2004 18.09 WIB

Mencari Arah, Menapakkan Langkah, Mewujudkan Cita

Bismillahirrahmanirrohim

Yaa ayyuhal Ikhwatifillah
Attentions :
Don’t believe your eyes , … Don’t believe what you see
Don’t believe what you read ,… Don’t believe what you hear
Just believing God, ALLAH Swt and The Messenger
And your Heart

Sahabat yang sedang kebingungan, ALLAH Swt berikan kita kekuatan menentang kezaliman
Amanah yang diberikan kepada kita adalah bagian dari rahmat-Nya.
Dipundak ini begitu besar tanggung jawab yang kita pikul.
Di dada kita terdengar gemuruh semangat yang begitu dahsyat.
Terlihat wajah yang menyejukkan pandangan.
Yang lisannya sarat dengan untaian doa dan ajakan kebaikan.
Satu diantaranya adalah kita.
Semoga kita tidaklah lagi bingung serta senantiasa berada dalam hidayahnya.
Sampai kematian menghampiri kita.

Sahabat seperjuangan sungguh, kematian adalah sesuatu yang harus direncanakan dengan sempurna dan paripurna. Akhirnya adalah kebaikan, awalnya adalah perjuangan dan tengahnya adalah ujian, fitnah dunia.
Duh, sahabat yang mulia yang sedang kebingungan, Ane rindu dengan Rasulullah. Mungkinkah kita akan bersama beliau di Jannah-Nya?

Saudaraku, yang kucintai karena ALLAH Swt !! Perputaran roda kehidupan begitu cepat berlalu.Sehingga tak terasa akhir perjalanan kehidupan akan segera berakhir. Sungguh, kuulangi kembali, Kehidupan adalah penggalan waktu pengabdian. Pengabdian sejati. Pengabdian hakiki. Pengabdian yang didasari mahabbah. Dilandasi tadhiyah tanpa henti. Sampai waktu perjanjian yang pasti datang menghampiri. Disitulah kangkah kaki ini akan terhenti. Langkah kaki ini akan dilanjutkan sang generasi pengganti. Sebaik-baik generasi pengganti menurutku adalah yang berasal dari sulbi sendiri.

Saudaraku, pertolongan ALLAH Swt itu sangat dekat kepada orang yang bertakwa. Sebaliknya kekalahan itu sangat dekat … maka berhati-hatilah saat kebingungan melanda. Sepertinya kita harus mengingat kematian agar niatan dakwah kita terjaga sarananya. Sarana Qiaymullail, I’tikaf dan dialog dua hati dengan sang pendamping hidup. Namun di saat pendamping hidup belum datang menghampiri. Cukuplah ALLAH Swt sebagai penawar duka di hati.

Janganlah bingung sahabat, mari kita cari arah kematian yang indah, lalu kita kokohkan tapak langkah ini. Sehingga semua cita kita dapat kita wujudkan. Agar tidak terjadi distorsi sejarah kehidupan karena tidak adanya kesamaan persepsi.

Ya ALLAH Swt jadikanlah kami orang-orang yang mencintai kematian.


Sang pujangga dakwah yang semakin kesepian disaat ada yang kebingungan
Abu Jundii
Markazud jihad, Rabu 9 Juni 2004 09.35 WIB

GURATAN IRAMA JIWA

Kata adalah sepotong hati. Inilah ungkaan yang indah dan menawan dari seorang mujahid dakwah Abul Hasan An-Nadwi . kata adalah sepotong hati … !!! seorang pejuang, seorang mujahid sangat berhati-hati dalam memaknai sebuah kata. Benarlah kiranya ungkapan dari Imam Ibnul qoyyim yang menyatakan kebenaran sebuah kata dari seseorang dapat kita lihat dalam situasi apa ia mengucapkan kata tersebut. Sehingga, bisa saja semua orang mengungkapkan satu kata yang sama, tetapi berbeda kebenarannya karena berbeda maksud dan tujuan mengapa kata itu di ucapkan.

Banyak kita bisa mengetahui keunggulan pribadi seseorang dari susunan kata yang ia suguhkan. Bagaikan hidangan yang bisa kita nikmati. Sehingga dapat dijadikan makanan hati dan penyejuk jiwa. Sehingga menggeloralah semangat saat memaknainya. Kadangkala kata yang mereka ucapkan itu sangatlah sederhana dan tidaklah terlalu tinggi bahasanya. Namun, dapat menghunjam begitu dalam dan terpatri begitu erat dalam kalbu seorang anak manusia.

Seorang orientalist Robert Mitchel memberikan tanggapan yang menawan dalam bukunya “Masyarakat Al-Ikhwan Al-muslimun” mengenai pribadi ustadz Hasan al-Banna.”Ia berbicara dan mengungkapkan kata-kata setelah mengetahui makna yang tersembunyi dibalik kata tersebut. Sehingga kata-katanya merasuk lembut dalam perasaan, menghidupkan jiwa yang hampir mati dan menggelorakan semangat yang mulai pudar”.

Wahai jiwaku yang berkata-kata! Sering kali dirimu menghamburkan kata-kata yang bisa memprovokasi, membangkitkan pertentangan selama ini dalam aktivitas dakwahmu. Apakah engkau tidak sadar dalam dakwah ini bukanlah penokohan pribadi sehingga engkau bisa mengarahkan orang lain mengikuti instruksimu. Membawa mereka ikut dalam kafilahmu? Walaupun itu dianggapsebagai prestasi ketahuilah engkau masih muda. Ajakanmu lebih bersifat pengaruh emosional. Bukan karena kafaah syar’iyyah yang engkau punyai. Sehingga kadangkala di saat engkau diam mereka juga diam dan kebingungan. Itu bukanlah cinta. Itu adalah racun yang di baluti madu.

Kata-kata yang berasal dari hakikat keimanan akan mempunyai ruh. Ruh ini akan melekat selamanya walaupun penyerunya sudah mati berkalang tanah. Kata-kata seperti inilah seharusnya yang engkau punyai. Kata-kata yang berasal dari kedalaman ruhani yang merupakan air yang menyegarkan. Mata airnya berasal dari hidayah 4JJI SWT. Kata-kata dari Jundii Imani. Bagaikan auman keperkasaan dari singa dakwah yang kokoh dan kuat.

Maka kata yang kita ucapkan seharusnya mengandung pikiran dan emosi keyakinan yang menggelora, menciptakan gelombang semangat perjuangan seperti api membara, atau gelombang yang membadai.Membuat setiap jiwa terpesona dan akal yang menantangnya tertunduk karena logika dan ruh keimanannya. Karena kata seharusnya dapat menjadikan kita menjadi ruh baru dalam umat ini. Maka bangunlah kesadaranmu wahai diriku mengapa kadang kala ucapan kita seakan hilang begitu saja ditiup angin. Hampa ? karena kita masih banyak dosa dan maksiat itu jawaban yang pastinya.

Maka dapatlah disimpulkan kata-kata, etika dan metoda adalah suatu pola dan potongan pribadi sang jundii Imani. Sangat unik mempengaruhi sisi-sisi insani seseorang. Sehingga lontaran katanya bisa menguatkan iman, menyegarkan pemikiran, menajamkan pemahaman, mengikhlaskan amal, meningkatkan tadhiyah, menguatkan diri dalam jihad, tsabat dalam sikap tajarrudnya melaksanakan amanah, tsiqoh dengan keimanan dan nilai-nilai ukhuwah.

Sehingga walaupun dirimu dalam kesakitan wahai Jundii Imani ! ranjang kepedihan memenuhi hatimu karena musuh yang datang membunuh segala jenis burung, mencabut segala jenis rumput serta bunga.Mengambil cahaya hidayah dari mata hati umat Islam. Aumanmu bisa mengbangkitkan rasa takut pada musuh yang masih bermil jauhnya. Dan memberikan motivasi serta semangat bagi saudaramu yang lain.

Seteguh syekh Ahmad Yassin yang lumpuh. Bukti keteguhan kata dan sikap. Syahid yang menghidupkan. Sehingga engkau menyadari wahai diriku yang lemah, muhasabah yang terbaik adalah kata hati dari diri kita sendiri. Kata hati yang mendapatkan pancaran dan naungan cahaya dari mukjizat abadi Al-Qur’an. Sehingga kata-kata kita adalah kumpulan potongan hati yang membentuk kalimat. Manifestasi dari guratan irama jiwa dalam diri kita masing-masing. Wallahu’alam.

“4JJI adalah pelindung bagi orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya. Sedangkan orang-orang kafir pelindung mereka adalah thagut, mengeluarkan mereka dari cahaya menuju kegelapan. Mereka adalah Penghuni neraka dan mereka kekal di dalamnya (Q.S Al-Baqarah :257)

Ada sebuah kisah yang menarik dapat kita jadikan contoh bagaimana seorang kakek menuliskan guratan irama jiwa seorang cucunya yang dibesarkan dalam naungan tarbiyah Rabbani. DR. Mahmud Jami’ dalam bukunya yang berjudul :” Wa’raftu al-Ikhwan “ ( Ikhwanul Muslimin yang Saya Kenal terbitan Pustaka Al-Kautsar) menuliskan sebagai berikut :

“CUCUKU YANG MENGAJARIKU PELAJARAN”

Cucuku, Thariq Jami’ baru berusia dua belas tahun, kelas dua I’dadiyah (2SMP) dan dilahirkan di Inggris. Dia selalu bolak-balik Mesir-Inggris setiap datang musim panas untuk menghadiri muktamar-muktamar Ilmiah di luar Mesir. Pada Minggu yang lalu, dia menghadapi ujian mengarang. Judul yang disodorkan dalam soal itu adalah siswa disuruh mengungkapkan kecintaannya kepada negerinya dan keindahan negerinya. Maka dia menulis dengan mengatakan :” saya tidak mempunyai kata-kata untuk mengungkapkan keindahan negeriku. Negeri ini berada pada kondisi yang buruk. Setiap kali saya berusaha untuk merasakan keindahannya, saya tidak menemukannya. Udaranya tercemar, airnya tercemar, jalan-jalannya tercemar, generasinya sakit, negaranya ricuh dan pemuda-pemudanya selalu untuk bekerja di negara-negara asing untuk mencari pekerjaan yang tidak pantas. Saya melihat sendiri, mereka berdesak-desakan di pintu kedutaan dan mereka memperlakukannya dengan buruk.

Gurunya kaget ketika mengoreksi jawaban anak ini. Lalu dia mendiskusikan tulisannya itu dengannya dan menghadirkan salah seorang guru lainnya. Cucuku tetap pada pendapatnya dengan penuh kepuasan dan pantang menyerah. Dia berkata kepada gurunya : “Saya tidak menulis kecuali dengan kebenaran dan saya tidak mau berbohong.” Maka guru itu menyobek kertas jawabannya dan membuangnya. Saya mengetahui kejadian itu pada hari itu juga dan saya kaget. Namun, saya hadapi masalah itu dengan tenang dan mengajaknya berdiskusi. Dia berkata kepadaku :” Wahai kakekku, apakah engkau bisa mengingkari realitas yang tampak jelas di depan kita dalam masyarakat Mesir.Apakah engkau merasakan apa yang saya renungkan di tengah malam karena awan hitam dan udara yang tercemar yang saya rasakan di dada saya seperti racun yang menghentikan nafasku, merusak jantungku dan memucatkan wajahku. Saya hampir tercekik hingga engkau menolong dengan tabung pernafasan. Bahkan, saya selalu disuntik dengan cortezon di urat setiap hari untuk menyelamatkan hidupku. Mengapa krisis ini masih terjadi sejak bertahun-tahun yang lalu dan mengapa sekarang pemerintah tidak mampu memecahkan masalah ini ? Karena sekarang adalah sekarang.

Apakah engkau bisa melihat pesawat di langit Kairo yang kesulitan mendarat di Bandara Kairo ?Mengapa langit menutupinya dan menutupi pemandangannya yang indah dengan awan hitam tebal ketika datang kepada kita ? Apakah ada perbedaan antara keindahan langit Kairo dan langit Eropa yang jernih ?

Apakah Engkau lupa wahai kakekku ?Tentang nyamuk-nyamuk jahat yang menggigit kita di malam hari dan membangunkan kita tidur di Ajma’, Marina, atau di kota kita, Tonto. Ingatkah kamu tentang kegagalan racun-racun pembunuh nyamuk yang kita gunakan, walaupun bahan-bahan kimia itu membahayakan kesehatan dan jantung kita ?

Apakah engkau lupa nasehat-nasehatmu yang berulangkali kepada saya agar tidak minum air langsung dari kran karena tercemar dengan mikroorganisme, bercampur dengan kuman, kotoran dan garam yang berbahaya, yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan hati ?

Apakah engkau lupa pemandangan sebagian orang yang membuang sampah, kencing dan mandi bersama hewan-hewan mereka di sungai Nil serta mencemarkannya ?

Apakah engkau membaca apa yang ditulis oleh salah seorang wartawan beberapa hari lalu bahwa seorang warga menemukan coro mati di air yang keluar dari kran dan setelah para ahli kimia meneliti air tersebut dengan mikroskop, ternyata penuh dengan mikroorganisme, zat garam yang berbahaya dan zat-zat aneh lainnya.

Bagaimana menurutmu wahai kakekku tentang jalan-jalan yang tergenang air karena banjir di musim dingin dan panas ?A palagi terjadi hujan beberapa hari. Seakan-akan tidak ada usaha untuk menyelesaikan permasalahan ini, sehingga kejadian ini terjadi di jalan-jalan kita.
Begitu juga anarkisme yang terjadi di jalan-jalan,tikus-tikus yang berlarian di jalan-jalan, naik di atas dinding hingga sampai ke rumah tingkat atas,masuk ke dalam rumah melalui jendela-jendela dan teras-terasnya.

Sedangkan pemandangan warganya saya dapati selalu gaduh di depan kios-kios roti dan keramaian karena adanya keributan dan pertengkaran. Hal ini seakan-akan menjadi drama-drama sinetron harian yang saya lihat dan saya dengar sejak pagi.

Dia berkata kepadaku:”Wahai kakekku, saya punya dua teman di kelas yang mengatakan bahwa mobil kami tidak akan ditilang oleh polisi sama sekali, sehingga bebas melanggar lalu lintas, karena pada mobil itu ada plat hakim atau polisi di bagian depan dan belakangnya. Karena salah seorang dari anak itu adalah anaknya anggota DPR dan yang satunya lagi anaknya perwira polisi.”

Akhirnya dia berkata kepadaku dengan tajam : “wahai kakekku, setiapkali saya ke Mesjid untuk belajar menghapal al-Qur’an dan melaksanakan shalat Jum’at. Saya mendengar imam mengingatkan jamaah sebelum shalat dengan keras agar setiap orang meletakkan sandal di depannya agar tidak dicuri orang. Saya juga menemukan pamplet-pamplet yang bertuliskan di atas dinding masjid, pintu-pintu san tiang-tiangnya agar berhati-hati dari pencuri sepatu. Namun, demikian wahai kakekku, masih ada juga sepatu yang dicuri.”

Akhirnya selesai sudah dialog saya dengan cucu saya yang berterus-terang dan sadar itu. Jujur kepada dirinya dengan penuh keberanian. Akhirnya, saya melihatnya berpegangan pada pundakku dalam keadaan tenang dan kasih sayang. Dia merangkulku dan memelukku seraya berkata :”Wahai kakekku, jangan banyak berpikir dan jangan banyak capek, tidakkah engaku melihatku, semua tidak ada gunanya. Sesungguhnya hanya Islam-lah jalan pemecahannya.”

Subhanallah, lama diri ini tercenung dan tiba-tiba tetesan air bening bergulir di pipi. Guratan irama jiwa seorang cucu yang dididik dalam rumah tangga dakwah yang rabbani mampu mengungkapkan kata yang polos melampaui usianya. Tidakkah kita ingin punya generasi seperti ini ? ku bertanya pada diriku. Ingin sekali.

Buah yang manis dan lezat berasal dari pohon yang sehat, kokoh dan kuat. Pohon itu juga berasal benih yang mantap. Sudahkah diri kita menyiapkan diri sebagai benih itu. Sehingga, melahirkan buah berupa generasi yang Rabbani ? jawabannya ada dalam diri kita masing-masing. Maka marilah selalu menyiapkan diri.

Sesungguhnya kata-kata kita tidak akan ada artinya, hingga kita meninggal di jalan-Nya, maka ruh akan masuk di dalamnya dan memberinya kehidupan. Sesungguhnya kata-kata yang dikeluarkan dari mulut dan belum tersambung dengan sumber ilahi yang maha hidup, hanya akan melahirkan kematian. Wallahu’alam


HUD-HUD.Revisi terakhir selasa, 23 Agustus 2005. 10:38 WIB. Markazud Jihad.

Inilah Saatnya Menangis Wahai Mujahid !

Sahabat ! setiap bait yang antum semua tuliskan mampu meneteskan airmata ini mejadi kristal bening lalu membeku. Kristal beku itu akhirnya menjadi berlian yang sangat keras dan mampu menghancurkan apa saja yang menghadang di hadapannya. Bak berlian yang merupakan senyawa yang paling kuat dan bening. Sedangkan ia terjadi dari rangkaian ikatan rantai karbon yang padu. Bukankah ikatan rantai karbon itu memenuhi ruang empat dimensi. Jika hanya dua atau tiga dimensi yang terlihat adalah kehitaman dan kebeningan yang buram. Ruang dimensi akal. Ruang dimensi emosi dan perasaan ruang dimensi spritual yang dlingkupi dimensi keempat yaitu wahyu dan ra’yu dari ALLAH Swt.

Sahabat! Bagiku hanya tiga kesempatan seorang Mujahid pantas untuk menangis!
Pertama, Saat ia melihat kondisi yang tidak sesuai mimpi besarnya. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa karena kelalaian ataupun keterbatasan dari kekuatan dirinya untuk melakukan kerja dan amal dalam menggapai mimpi tersebut.
Kedua, saat ia mengadu kepada Kekasihnya yang hakiki tentang kelemahannya, serta meminta tambahan kekuatan untuk mewujudkan mimpi tersebut.
Ketiga, saat mimpi –mimpi yang dirajutnya diperlihatkan 4JJI. Walaupun tidak terwujud sepenuhnya.

Saat itulah kempat dimensi itu bergerak dan berputar membentuk rotasi dalam kehidupannya, dalam ruang jiwanya dimana terdapat lokus-lokus diri sehingga tanpa sadar tangisannya keluar membentuk berlian yang akan digunakan untuk merajut mimpi yang selanjutnya.

Bukankah ALLAH Swt menyatakan apabila engkau telah selesai dengan satu pekerjaan maka bersiaplah untuk melakukan pekerjaan selanjutnya?

Oh jiwa yang bertualang dalam kesepian
Sekarang engkau sudah mendapatkan teman
Sunguh perjuangan ini sangat panjang jalannya
Ia tidak seusia satu generasi
Ia seusia bumi yang makin renta menuju kematian

Kawan seperjuangan ! boleh jadi tangisan kita ada karena kebencian. Boleh jadi tangisan kita karena ada kecemasan. Boleh jadi tangisan kita karena kesakitan. Boleh jadi tangisan kita karena kelalain. Bahkan boleh jadi tangisan kita karena kemaksiatan yang tak tertahankan. Kawan ini lah pertarungan. Kawan kita hidup dalam riuhnya pertempuran. Pertempuran untuk mencapai suatu kejayaan. Seperti yang dikatakan Sayyid Quthb dengan ungkapan “parade mulia lintas zaman”.

“ Parade mulia lintas zaman ini, sejak dahulu kala, menghadapi sebagaimana tampak jelas di bawah naungan al-Qur’an. Berbagai sikap dan pengalaman sepanjang masa, disetiap waktu, meskipun berlainan tempat dan beragam bangsa. Menghadapi kesesatan, kebutaan hati dan pikiran, kesewenang-wenangan, hawa nafsu, penindasan, peneroran dan pengusiran. Tetapi ia tetap berjalan di jalurnya dengan langkah yang teguh, hati yang lapang, penuh keyakinan akan pertolongan ALLAH, penuh harap pada-Nya,dan senantiasa membenarkan janji 4JJI yang pasti benar dan pasti terjadi. “

Subhanallah! Ungkapan yang begitu dalam, begitu padu dan menyentuh seluruh relung yang ada dalam diri ini. Memenuhi semua ruang jiwa ini.

Pembelajaran demi pembelajaran diberikan oleh ALLAH Swt untuk semua insan yang memdambakan keridhaannya. Jam dinding berdetak dan memberikan kita suatu makna yang menyiratkan betapa banyaknya kebenaran yang selalu tersiakan. Betapa banyak waktu yang tersiakan oleh beberapa insan. Perjalanan waktulah yang sebenarnya membuat kita berkumpul dan berpisah. Ada yang mengatakan ini takdir.

Takdirlah yang telah mempertemukan kita dan membuat kita bekerja bersama. Takdir … akh apa lagi yang ingin kutuliskan.Mungkinkah takdir itu memang sudah dituliskan dan tidak dapat dirubah lagi? … akh jiwa mengapa engkau bertanya dengan pertanyaan yang begitu pelik dan menggelitik? Apakah pertanyaaan ini perlu mendapatkan jawaban? Pernahkah pertanyaan ini mendapatkan jawaban. Pertanyaan ini selalu mengembara di ruang asa dan seakan tidak bermaya meninggalkan sejumput keraguan.

Tidak boleh ada keraguan dalam memahami sebuah takdir. Karena takdir adalah ketetapan dari yang telah menuliskan takdir tersebut. Takdirlah yang telah membuatku membuat tulisan yang pada awalnya hanyalah suatu pengisi waktu senggang saja? tadinya saya juga tidak tahu untuk apa saya menghidupkan komputer ini. lalu mencoba untuk mengetuk tuts-tuts ini untuk menghasilkan kalimat-kalimat yang dapat menghasilkan paragraph-paragraph yang dapat bisa memberikan sedikit kesejukan di dalam jiwa yang sedang resah dan merana ini.

Akh terlalu dipolitisir nampaknya. Namun, inilah takdir dari penulisan ini. Menulislah sebelum menulis itu dilarang. Menulislah… karena dengan menulis banyak asa yang terungkap, banyak makna yang tersingkap. Duh, semakin tidak jelas ke arah mana sebenarnya tulisan ini mau di tujukan. Setelah itu apa sih targetnya.

Biarkan …. Dan biarlah pena ini akan selalu bergerak
Biarkan … dan biarlah tinta ini akan terus menetes
Memberikan tetesan makna
Memberikan tetesan suatu perjuangan
Tetesan yang akan menjadi saksi
Di hadapan sang azali
Dimana semua tanggung jawab kembali
Akh… rupanya semuanya telah padu
Padu dalam kebersamaan yang membawakan sebuah nyanyian
Nyanyian jiwa yang sedang kelana kembara
Menjemput keridhaan Rabbnya.

Sahabat! Sebentar lagi subuh menjelang daku teringat sebuah syair yang sering dilantunkan ibundaku saat memasak di dapur!

Dari jauh terdengar suara azan
Terdengar menjelang subuh
Dari jauh aku kan datang
Membawa diri yang penuh debu zaman

Kalaupun tak sanggup lagi daku berenang
Kurelakan diri hanyut tenggelam ….

Biasanya kami langsung bangun dan menunaikan shalat subuh berjamaah. Akh Aba dan bunda tak terasa air mata ini menetes. Sungguh di saat seperti ini ananda merindukan semua nasehat yang menyejukkan dan menambah ghirah perjuangan. Sehingga kudapat membuktikan. Bila ingin menakar sebuah kasih sayang maka jadilah orang tua. Bukan ku ingin menuliskan kenanganku dengan orang tuaku dengan nada cengeng sahabatku. Masih ku ingat bagaimana ungkapan sayyid Quthb yang mendeskripsikan ibunya sebagai orang yang paling ingin melihat sayyid quthb hanya berbicara tentang al-Qur’an. Dan ayahnya yang senantiasa menceritakan dan memahamkannya tentang keindahan hari akhirat dan pertemuan dengan 4JJI. Maka jadilah sayyid Quthb menjadi sang mujahid dakwah yang senantiasa di bawah naungan al-Qur’an dan rindu akan kematian. Di dalam sebuah buku menyelami keindahan al-Qur’an.

Sahabat kalau ingin menangis, sekaranglah saatnya. Karena dalam perjuangan tidak ada tempat lagi untuk menangis.Marilah kita rubah air mata kita menjadi berlian yang akan menerobos segala tantangan dan hambatan. Sehingga kita keluar sebagai pemenang. Walalhu’alam.

Sang pujangga dakwah yang terbangun di penghujung malam
Markazud jihad , saat subuh menjelang
16 Juni 2004 04.45 WIB

MENIMBANG SABAR DAN PROFESIONALITAS

Masa transisi peralihan generasi dakwah. Perpindahan estafet perjuangan merupakan situasi yang genting dan mencekam dalam sebuah wajihah dakwah. Apalagi wajihah sayap dakwah yang dipenuhi oleh orang muda yang bergelora. Duh… pemuda penjaga dan pemelihara dakwah, inilah seruan dari pembangun kembali tatanan dakwah abad ini. Imam asy-syahid hasan al-Banna yang mengemukakan suatu ungkapan yang menggelorakan jiwa :

“ Ada sebuah risalah masa lalu penuh kobaran semangat jihad, untuk generasi hari ini yang tengah bergejolak dan dilanda kegelisahan … Sebuah bekal hari ini yang sarat tuntutan … Untuk masa depan yang penuh cahaya … Wahai para pemuda … Wahai mereka yang punya cita-cita luhur … Untuk membangun kehidupan … Wahai kalaian yang rindu kemenangan agama 4JJI … Wahai semua yang turun ke medan juang … Demi mempersembahkan nyawa di hadapan Rabb-Nya… di sinilah petujuk itu, disinilah bimbingan-Nya … di sinilah hikmah-Nya dan di sinilah pengorbanannya … dan kenikmatan jihadnya … …”

pagi ini seorang asatidz menyatakan sebuah mutiara hikmah kepadaku :
“ Cukuplah dakwah kita jadikan sebagai sekolah kehidupan “

Ungkapan ini beliau ucapkan saat ane mendesaknya untuk memberikan satu kalimat yang bisa membuatku puas dan tenang si tengah kebimbangan mengambil keputusan untuk tetap mengayunkan langkah atau mengikuti “qoror” dari orang-orang yang sangat menyayangi sosok yang ringkih ini.

Dari awal telah kukatakan kepada dunia hidup ini adalah pilihan. Setiap pilihan pasti punya resiko. Ingin kukatakan sepenuh hati dan kupatrikan kalimat ini dalam jiwaku :
“ Orang yang sukses adalah orang yang bersabar melewati kesulitan demi kesulitan dengan hati lapang, ikhtiar dan doa. Karena bumi selalu berputar dan selalu berubah.”

Masa transisi merupakan tikungan tajam dalam dakwah. Kepemimpinan dan pemimpin memang tidaklah sesederhana sebuah parody orkestra dalam panggung kehidupan yang serba terbatas. Terbatas luas ruangannya. Terbatas waktu pertunjukannya. Terbatas personilnya. Terbatas kapasitas kursi pengunjungnya. Serta terbatas alat musik dan peralatannya. Lalu apakah tepuktangan dari penonton itu adalah pertanda kesuksesan ? tidak juga …. ?!

Ohya, tadi malam ane dapat mengambil pelajaran dari Film “We are Soldiers” yang mengisahkan kedekatan antara panglima perang Amerika dengan pasukannya di saat berperang dengan tentara Vietnam dan juga di sana diperlihatkan juga bahwa kedekatan panglima Vietnam dengan pasukannya. Adu strategi perang diantara mereka terjadi. Dan tidak ada yang mendapatkan kemenangan. (itu menurut ane) tapi karena filmnya buatan Amerika disana digambarkan pasukan amerika bisa mengalahkan banyak pasukan musuh lalu meninggalkan medan pertempuran sebelum balabantuan Vietnam datang. Sehingga kejadian ini memberikan pukulan yang sangat besar di hati panglima Vietnam. Ketika melihat para mayat pasukannya dikumpulkan menjadi satu dan diletakkan bendera Amerika diatasnya.

Di pihak panglima Amerika juga sempat meledakkan tangisnya di hadapan seorang wartawan perang dengan mengatakan :” kita tidak menang hari ini, seharusnya sayalah yang gugur bukan pasukan ini,” sambil menyadari ini kesalahan komando dari pusat komando yang ambisius.

Ada beberapa beberapa hal yang dapat dijadikan pelajaran yaitu :
1. Setiap orang harus menjaga orang yang bersamanya.
2. Seorang panglima adalah yang pertama maju ke medan pertempuran dan yang terakhir meninggalkannya ( ini dijelaskan ketika sang panglima ingin maju dengan pasukan pembuka jalan seorang serdadu menariknya dan mengatakan kalau panglima tewas akan membuat down anggota pasukan lainnya. Lalu ketika pusat komando menyuruh sang panglima meninggalkan pasukannya, sang panglima mengatakan saya akan tetap bersama pasukan saya. Sehingga moral pasukannya naik kembali. Dan ketika mencari 2 anggota pasukan yang hilang sang panglima yang mencari langsung dan membawa mayatnya. Selain itu, panglima ingin anggota pasukannya diangkut pulang semua baik hidup atau mati dan tidak mau ada yang tertinggal.)
3. Diperlihatkan juga bagaimana kekukuhan hati istri sang panglima ketika harus memberikan telegram yang mengabarkan bahwa anggota pasukan suaminya gugur. Memang pada seorang pahlawan ada wanita besar di belakangnya.
4. Teladan yang paling baik adalah perbuatan.
5. Rasa persaudaraan adalah kekuatan yang sangat efektif dalam menghadapi mihnah yang besar.
6. Ketaatan kepada pemimpin adalah kekuatan yang memersatukan di dalam kekalutan.

Semoga tulisan ini memberikan sesuatu yang berharga bagi ane kedepan dan nonton filmnya bukanlah sesuatu yang sia-sia sehingga tidak ada pelajaran yang didapat daripadanya. Wallahu’alam.

Dari dari dua fenomena ini dihubungkan dengan keluhan seorang ikhwah yang memberikan sms ngajak makan bareng karena katanya ada yang mau dikonsultasikan. Ane langsung sepakat karena tempatnya mengingatkanku dengan sebuah keluarga dalam dakwah yang sering mengajakku ke sana. Namun, sekarang kita dipisahkan untuk sementara. Muncul pertanyaannya yaitu : “ Di manakah beda antara sabar dan profesionalitas ?” seraya mengerutkan keningnya. Ane senyum. Menatapnya dalam-dalam. Lalu kukatakan, “ Akhi ane merasakan apa yang antum rasakan, ane pernah mengalaminya. Sebagai qiyadah kita memang harus mengambil keputusan dalam keadaan yang sangat susah. Mengambil keputusan saat ada kondisi lain yang harus kita pertimbangkan.” Ia mendengarkan dengan tertunduk, setelah menarik nafas baru kulanjutkan lagi.

“Kita bukan hanya pemimpin eksekutif dalam suatu organisasi. Kita adalah pemimpin yang tarbawi. Pemimpin yang mendidik. Maka kesabaran yang kita perlukan adalah memahami kondisi dakwah dan jamaah kita. Bagaimana penilaiannya, sejauh mana perhatiannya dan sebatas apa daya dukungnya kepada kita. Kondisi dakwah sebenarnya memang belum bisa mendukung secara kuat. Namun, tuntutan publik juga harus diakomodir. Marilah kita selesaikan permasalahan kita sendiri, karena saudara kita juga merasakan beban yang mugkin lebih berat dari kita. Bersabar itu bukan menyerah. Bekerjalah dengan cinta dan keimanan. Karena cinta dan keimanan sangat berhubungan erat. Dan sangat menyejukkan.”

Jika iman itu adalah api maka cinta adalah panasnya
Jika iman adalah air maka cinta adalah kesegarannya
Jika iman adalah sungai maka cinta adalah arusnya
Jika cinta adalah samudra maka cinta adalah badainya



Akhirnya kami berbincang-bincang seputar masalah yang dihadapi dan senyumnya mulai mengembang. Ingin kucapkan dan kupatrikan ucapan sang ustadz tadi di dalam hati dalam-dalam :
“ Cukuplah dakwah kita jadikan sebagai sekolah kehidupan “

HUD-HUD.Revisi terakhir selasa, 23 Agustus 2005. 00:21 WIB. Markazud Jihad.

Refleksi 6 Tahun Reformasi

Sulit membayangkan wajah Indonesia saat ini , seandainya pada tahun 1998 Mahasiswa tidak bergerak menunjukkan peran serta tanggungjawabnya secara sosial politik, moral, dan intelektualnya terhadap masa depan bangsa Indonesia yang tercinta ini. Setidaknya ada tiga titik penting dan genting dlam gambar Indonesia yaang sedang berubah sejak tahun 1998 lalu. Pertama, Tekanan politik besar yang diproduksi secara nasional terhadap rezim Soeharto , sejak 8 April sampai 20 mei 1998. Kedua, eksistensi organ gerakan mahasiswa, terutama yang berbasis Islam yang outstanding dan leading di tengah-tengah kelesuan panjang ormas-ormas pergerakan mahasiswa. Ketiga, Performa handal pergerakan mahasiswa yang berbasis Islam sebagai kelompok aksi Demokrasi yang handal, visioner, konsisen dan moderat.

Pergerakan mahsiswa yang berbasis Islam telah menggoreskan tinta sejarahnya dengan kejatuhan inti rezim orde baru yaitu Soeharto pada 21 Mei 1998. Kita tidak boleh surut lagi ke belakang. Kapal perang telah kita bakar. Sekarang musuh birokrasi orde baru masih berada di depan kita semua. Sedangkan gelora laut kejenuhan dan kebosanan berjuang ada di belakang kita. Apabila tidak konsisten lagi berjuang, lalu mundur ke belakang maka badai samudera apatis dan putus asa akan menggulung kita.

Keterlibatan pergerakan mahasiswa berbasis Islam dalam Revolusi Mei bukan saja lembaran saksi peristiwa politik paling penting di Asia dalam 10 tahun terakhir ini.Tapi menunjukkan sebuah karya besar. Angkatan muda Islamdan gerakan mahasiswa lainnya boleh bersyukur telah melakoni peran itu secara baik. Kita tidak tahu apakah esok sebaik kemarin. Yang jelas kita telah menuliskan peran kita dalam lembaran sejarah. Kita telah menuliskansejarah kita sendiri. Sekarang pena dan tinta itu masih di tangan kita marikita terus kita goreskan kembali sejarah tersebut. Jangan titipkan reformasi kepada orang lain.

Karena kita pergerakan mahasiswa yang berbasis Islam yang memulai keran demokrasi ini. Kitalah yang harus bertanggungjawab dengan kelangsungan hidup reformasi. Reformasi bukanlah hadiah dari Pengunduran diri Soeharto. Reformasi adalah hasil perjuangan pergerakan mahasiswa Indonesia. Reformasi telah ditebus dengan keringat, darah, harta, serta jiwa-jiwa yang melayang, bukan saja dari mahasiswa tetapi seluruh nyawa ummat. Karena Kematian seorang manusia disebabkan oleh kezhaliman satu orang atau satu kelompok sama dengan kematian semua penduduk bumi ini.

Sekarang reformasi sedang stagnan. Sekarang reformasi sedang sekarat. Sekarang reformasi sedang mati suri. Anak yang berumur 6 tahun itu sedang mengalami sakit yang berat. Kanak-kanak mungil yang seharusnya menjadi penghibur hati di kala resah itu sekarang sedang terbaring di pembaringan dengan nafas yang sesak, tubuh kurus kering, dehidrasi, diserang oleh virus-virus, kuman-kuman penyakit yang semakin hari semakin menunjukkan keakutan yang tragis.

Enam visi reformasi sekarang sudah menjadi dagelan. Indikator kesehatan kanak-kanak reformasi itu sudah tidak layak dipakai lagi. Sekarang saatnya kita untuk menyelamatkan kanak-kanak reformasi itu. Saatnya kita kembali menyatukan langkah dan gerak. Saat kita menggaungkan kembali semboyan-semboyan pergerakan kebenaran. Saatnya kita kembali menggaungkan simbol-simbol perjuangan dan perlawanan. Kita adalah singa perubahan. Berlakulah sebagai Singa jangan keledai. Jadilah singa yang berhati malaikat.

Mari kita cermati apa yang dikatakan oleh singa dakwah Islam zaman Rasulullah , Umar Ibnul Khatab. “ jika ada seribu orang berjuang , Aku satu diantaranya. Jika ada seratus orang yang berjuang , aku satu diantaranya. Jika ada sepuluh orang yang berjuang, Aku satu diantaranya. Jika hanya ada satu orang yang berjuang, maka itulah Aku.” Namun saya ingin menambahkan, “Jika tidak ada lagi orang yang berjuang, Maka Aku telah syahid menghadap RabbKu.”

Saudara-saudara seperjuangan, sudah 6 tahun reformasi kita gaungkan, namun belum ada perubahan yang signifikan dalam kancah dan ranah perpolitikan, ekonomi, sosial budaya bangsa Indonesia. Saatnya kita sekarang menggaungkan semangat perlawanan untuk menuntuskan perubahan Rabbani. Dengan menggaungkan simbol dan seruan perjuangan : “ Bangkit ….. lawan…. Hancurkan Tirani ….. Tuntaskan Perubahan Rabbani !

Hidup mahasiswa ….. !!! Tuntaskan Perubahan Rabbani!!! Ya Allah sesungguhnya kami telah sampaikan apa yang ingin kami sampaikan karena kecintaan kami terhadap –Mu. Maka saksikanlah Ya Rabb seru sekalian alam. Kokohkanlah langkah kaki kami untuk berjuang di jalan-Mu. Wallahu’alam.