Kamis, Desember 13, 2007

Memperbesar Ruang Jiwa (Tanggapan adakah lokus diri )

Kembara waktu telah menghantarkan kita di titik-titik persinggahan jiwa. Ya ALLAH engkau tahu jiwa ini seringkali gelisah dan resah. Sungguh kehidupan adalah waktu pengabdian. Pengabdian abadi. Pengabdian Hakiki. Pengabdian sejati. Pengabdian pada-Mu ya Ilahi. Pengabdian yang didasari cinta. Cinta suci nan sejati. Cinta yang murni. Sebening embun pagi yang disinari mentari pagi.

Ya ALLAH beruntun masalah dan guncangan yang kami hadapi.Beruntun pula nampaknya permasalahan yang sedang dan akan kami hadapi. Sungguh berat rasanya mengalami kehidupan yang penuh guncangan. Kelihatan tenggelam dan ditenggelamkan. Namun, Jannah- Mu begitu indah.

Datanglah ….. datanglah ….. ke taman surga
Taman kediamanmu semula, taman tempat bersuka ria
Walau kita merasa lemah dan tak berdaya dihadapan musuh …
Haruskah kita pulang ke rumah dan menyerah …

Kawan … harus kita sekarang pulang dan menyerah? Ke rumah mana kita kan pulang ? kawan sambutlah semua guncangan itu. Sungguh watak kepemimpinan itu akan tumbuh ditengah konflik yang berat.

Apabila seseorang biasa menghadapi badai- topan yang dahsyat
Gelombang besar baginya hanyalah permainan belaka
Riak gelombang adalah senda-gurau
Pengobat resah dan gelisah
Disaat kalbu sedang mendesah

Kawan sesungguhnya setiap guncangan itun akan meniup balon ruang jiwa kita semakin besar. Semakin luas untuk menerima setiap permasalahan. Ruang jiwa kita akan terus mengembang dan memberikan ketentraman kepada relung kalbu kita. Saya sepakat dengan SPK ada lokus diri dalam jiwa kita. Saya hanya akan membuat bayan ( penjelasan mengenai lokus perasaan, lokus jiwa dan lokus emosional).

Saya namakan mereka itu ruang jiwa. Pernahkah kita mempelajari bagaimana foto sintesis itu terjadi. Fotosintesis itu terjadi butir-butir hijau daun. Di dalam butir-butir daun itu ada kloroplas. Di dalam kloroplas itu banyak sekali membran-membran. Baik yang permeable maupun yang semi permeable. Membran inilah yang bekerja. Jadi di dalam ruang jiwa ada lokus perasaan, lokus jiwa dan lokus emosional. Mereka itu satu tetapi tidak tercampur. Tetapi mereka bekerja dengan satu kesatuan.

Pernahkah antum nonton film kartun Three Musketer. Mereka punya semboyan. ONE FOR ALL. ALL FOR ONE. Satu untuk semua dan semua untuk satu. Apabila ini terjadi maka kita akan saling meneguhkan.

Bagi mereka yang meneguhkan diri
Mendapatkan keteguhan hati …
Bagi mereka yang mulia
Dianugrahi perbuatan yang mulia

Dimata yang lemah …
Sedikit kemalangan terlihat dahsyat
Dimata mereka yang kuat …
Kekurangan sungguh suatu kesukaran ….

Kita lihat bagaimana tanah islam ini subur dan menumbuhkan. Memberikan hasil sepanjang zaman. Bersama kita lihat para pemuda yang shaleh. Insya ALLAH kita termasuk di dalamnya tumbuh dan terus tumbuh bertunas dan berdaun.Kita ibarat kumpualan bunga dan kepala putik bakal buah yang sedang disinari cahaya Allah .

Sungguh celupan ALLAH, maka celupan ALLAH lah yang terbaik
Mereka ingin memadamkan cahaya ALLAH tetapi cahaya itu tetap gemilang
Cahaya diatas cahaya, bagaikan minyak zaitun
Bercahaya dan memancarkan cahaya
Cahaya diatas cahaya
Mulia diatas mulia
Seharusnya ruang jiwa kita
Seperti minyak zaitun
Sehingga kehidupan ini berguna
Tidak seperti punggur di tengah hutan
Yang gugur layu sendirian
Dalam ketermanguan
Melamunkan angan dalam lamunan
Bukan mimpi yang akan membawa kepada kenyataan

Subhanallah, kata-kata ini terlontar begitu saja. Mungkin ini adalah curhat dan ungkapan perasaan ane kepada antum semua. Terutama untuk SPK KAMMI DAERAH RIAU.
Wahai saudara seperjuangan, kita tumbuh dan mekar bersama ditempa riuhnya medan pertempuran. Sehingga nantinya kita akan menjadi buah yang masak dan ranum. Bunga yang cantik, tampan dan gagah, ramah, sederhana, sopan, lemah lembut, penuh dengan sifat terpuji. Subahanallah !!!

Kawan … marilah arahkan pandangan kita pada sebuah negeri ..
Negeri yang telah membuat lidah kelu dan hati terkunci …
Kawan … dinegeri mana sekarang ini kita berada..
Negeri hantu yang penuh dengan syetan durjana…
Dipenuhi kebohongan dan dusta
Banyak sumpah serapah yang bersepah
Membuat negeri ini semakin parah dan renta
Tapi mungkin buah dan bunga ini merubah asa
Meninggalkan benih pengganti yang akan membangun kembali asa yang hampir sirna
Kawan… mari kita bergerak bersama
Walaupun Indonesia sudah tiada dan hancur karenanya
Insya ALLAH kita akan tetap berdakwah… !!!

Kawan … jangan salahkan musuh yang datang ….
Datang berbekal kekuatan dan persiapan
Sedangkan kita hanya seorang Ghuraba
Sedang kita hanya punya jiwa kita dan ALLAH
Ketika musuh mencengkram dan merampas …
Jalan kita adalah bersiap dan bangkit
Bangkit …. Lawan …. Hancurkan … Tirani ….

Kawan… betapa puitisnya syair yang didendangkan oleh Al-ja’di menanggapi harapan istrinya untuk tetap tinggal dirumah disaat jihad memangil :

Duduk menghabiskan malamnya, ku teringat akan ALLAH…
Deras mengalir air mata, bercucuran bagikan air bah …
Wahai jantung hatiku! Kitabullah memerintahkan ku untuk maju …
Haruskah aku menentang ALLAH atas apa yang dianugerahkan ALLAH …?
Jika aku kembali…
Tuhan maha penciptalah yang akan mengembalikanku
Jika aku menghadap-Nya…
Ditempatku akan digantikan orang lain
Engkau takkan sendiri …
Tidaklah aku cacat…
Tidaklah ALLAH membebaskanku dari kewajibanku…
Juga tidaklah sakit menyebabkan aku tak mampu …

Sangupkah kita sekarang mengucapkan syair ini dihadapan saudara dan keluarga kita ..? tak usah dijawab… hati kitalah yang akan berbicara dengan selaksa makna.

Saudaraku … ku ingin bertanya bukankah cambuklah yang menodai kewibawaan seorang raja..? lalu kepada siapakah kilauan pedang ini mau kita arahkan ? jangan berpikir kejayaan adalah didapat dengan bersenang hati dan bersukaria. Namun, saudaraku yang mulia, kejayaan harus kita rengkuh dengan sengitnya pertempuran.

Saudaraku … marilah kita berangkat menantang bahaya yang mulia …
Kawan …. Janganlah tujuan kita hanya sebatas tingginya bintang..
Karena tujuan kita adalah ALLAH yang lebih tinggi dari bintang….
Kawan … mari kita belajar mencintai kematian …
Karena kematian adalah urusan yang fana dan remeh …
Saudaraku ingatkah kita saat sang Khalilullah
Ibrahim alahissalam dikala ajal menjemput berkata …
Tegakah seorang kekasih mencabut nyawa seorang kekasihnya…
Kekasih itu menjawab :” Tidakkah seorang kekasih merindukan pertemuan dengan kekasih-Nya?”

Saudaraku yang mulia, sungguh kematian adalah pintu perjumpaan dengan sang kekasih abadi, kekasih hakiki, kekasih sejati yang dilandasi cinta. Cinta yang yang jernih dan suci. Mahabbah ….
Akh mahabbah hanya didapat pabila kita bisa memperluas ruang jiwa kita. Ku tutup rangkaian kata ini dengan doa semoga ALLAH meridhai semua langkah kita. Salam untuk sang pujangga kebenaran. Wallahu’alam.

Saudaramu pujangga dakwah yang sedang kesepian.
Abu Jundii

Markazud jihad, Ahad 6 Juni 2004
01. 22 WIB

Tidak ada komentar: