Membangun konsepsi perjuangan
Ahmad Syauqi pernah bersayair :
Janganlah ikuti langkah-langkah orang yang tergoda/ menganggap segala yang lama adalah mungkar/ sekiranya mereka berkuasa di tengah masyarakat/ niscaya mereka akan mengingkari nenekmoyang mereka yang sudah tiada/ setiap karya lama hendak di robohkan semua/ namun untuk membangun mereka tiadalah mampu/ peradaban menciptakan karya yang usang bagi mereka/ ilmunya dangkal, keterangannya tidak berdasar/ sungguh demi Tuhan yang menciptakan keenaran/ kebenaran itu sungguh sebuah kepahitan/ ia akan membiarkan masa menjadi sunyi/ dari janji dan darah para penegak kebenaran.
Marilah menjadi penjaga dan pemelihara ! Bangunan perjuangan ini sudah sempurna. Konsepsinya dan tujuannya sudah jelas. Sarana dan Juklaknya juga sudah dipaparkan secara paripurna. Mana yang yang tsawabit dan mana yang mutghayirat juga sudah didedahkan dengan nyata. Pohonnnya sudah mulai besar dan menampakkan keindahan bunga dan buahnya. Inilah pohon perjuangan itu. Pohon perjuangan menajdi pemimpin dan mengelola kepemimpinan.
Dunia saat ini dalam sklala global dan tatanan wilayah yang lebih kecil membutuhkan konsepsi-konsepsi yang aplikatif dan membumi. Bukan hanya brilian dari segi opini dan wacana. Tidak dibutuhkan janji muluk yang melenakan. Tetapi tindakan yang bisa dibuktyikan secara nyata. Karena perjuangan kita, ummat yang kita perjuangkan butuh bukti bukan janji.
Setiap konsesi yang kita bukan hanya disesuaikan dengan kondisi, situasi dan realita zaman. Sudah saatnya situasi, kondisi dan realita zaman mengikuti konsesi yang kita buat. Bukankah kita sudah menyatakan sebagai direct of change ? karena idealis menurut kamus saya adalah : ”bukan mengikuti apa yang terjadi pada zaman kita hidup. Tetapi membuat zaman itu berprilaku dengan keyakinan yang kita yakini kebenarannya.”
Karena kalau berperilaku sebaliknya itu bukan idealis. Lebih tepat disebut sebagai orang yang lemah,pragmatis dan oportunis. Sebagai penjaga dan pemelihara bangunan dakwah ini, seharusnya kita tidak hanya membangun tataran konsep yang terfokus pada proyeksi sisi-sisi tertentu saja Sebagaimana yang dipahami oleh orang awam. Cakupannya harus melampaui pranata-pranata politis kehidupan..
Fathi Yakan pernah mendiagnosa penyakit yang dialami oleh umat manusia saat ini adalah krisis identitas, kurangnya referensi, keterbelakangan di semua bidang, pembangunan masyarakat yang pincang, pemerintah yang otoritarian, isu gender dan moralitas serta keimanan. Sehinga Eric Fromm mengatakan bahwa masyarakat modern tidak bisa lagi memimpin diri mereka sendiri. Mereka dipimpin mode dan model.
Oleh karena itu, sebagai penjaga dan pemelihara bangunan perjuangan ini, kita harus bisa menciptakan berbagai konsepsi pergerakan yang integral, komprehensif dan gradual. Kita harus mendorong terciptanya konsepsi yang tidak hanya indah dalam opini dan wacana. Konsisten dalam prakteknya menjadi lebih penting.
Kekuatan Aktualisasi
Inti kekuatan diri adalah keyakinan. Keyakinan yang bersumber dari perasaan. Perasaan yang melahirkan pengharapan. Tepat sekali Ibnu Qoyyim menyatakan manusia adalah jiwa itu sendiri. Sehingga Imam syafii bahkan menyebutkan tubuh yang ringkih itu tidak akan sanggup mengikuti kehendak jiwa yang bergelora.
Kita butuh perasaan yang melahirkan pengharapan. Kehancuran perasaan adalah awal kelemahan. Bagiku dunia politik adalah dunia pertarungan psikologis. Siapa yang paling tenang dan cermat akan mendapatkan kemenangan. Harapan ini akan melahirkan cinta dan tanggungjawab. Kehancuran perasaan akan mengakibatkan porakporandanya inti kekuatan. Maka berhati-hatilah menjaga perasaan.
Tepat sekali pemecahan yang diberikan umar Ibnul Khattab ketika seorang suami datang mengadu sudah tidak mencintai istrinya lagi. Umar dengan filosofi kepemimpinan yang luar biasa menyatakan , rumah tangga dibangun dengan tiang cinta dan tiang tanggungjawab. Apakah tidak mungkin rumah itu bertahan hanya dengan satu tiang. Tiang itu adalah tanggungjawab. Karena keluarga adalah organisasi kepemimpinan paling kecil dalam membangun.
Keyakinan harus banyak diuji. Karena cinta butuh pemahaman, pengertian dan pengorbanan. Karena tanggungjawab butuh keikhlasan, kasihsayang dan kesabaran. Ingat hari ini tidak dimulai pagi tadi. Sehingga dengan mengabadikan ungkapan Rasyid Ridha, Asy-syahid Hasan Al-banna menyatakan; realita hari ini adalah mimpi hari kemarin. Mimpi hari ini adalah realita masa depan. Makanya jangan berhenti bermimpi !
Semua kita punya cinta yang sama. Namun punya amanah dan tanggungjawab yang berbeda. Maka percayalah pada diri sendiri. Karena kita dilahirkan bukan untuk bertahan. Tapi untuk bertarung. Maka jadilah pejuang. Pejuang dalam arti sejatinya seorang pejuang kebenaran. Ingat keyakinan adalah produk dari cinta dan tanggungjawab. Sungguh ia akan menjadi cahaya dan melahirkan cahaya.
Sentuhan Cinta dan Kesabaran
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan : “ Tuhan kami adalah ALLAH,” Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka , maka malaikat akan turun kepada mereka ( dengan mengatakan) : “ janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih ; Dan bergembiralah kamu dengan ( memperoleh ) sorga yang telah dijanjikan ALLAH kepadamu ( Q.S 41 Al-Fushshilat : 30)
Sabar adalah kata yang sangat berat aplikasinya. Entah mengapa akhir-akhir ini saya sangat berkeinginan menuliskan semua apa yang saya dengarkan. Saya sangat berharap semua yang saya dengar juga dapat dinikmati oleh orang yang lain. Terutama sekali orang-orang yang saya cintai di jalan dakwah ini. Semoga semua yang saya tuliskan dapat menambah ladang amal, dianggap ALLAH sebagai amalan yang baik yaitu menyebarkan ilmu di hadapan para manusia. Amien.
Ayyuhal Ikhwah rahimakumullah.
Tidak dipungkuri lagi dalam pandangan kita sebagai kader dakwah bahwa tabiat seorang mukmin sejati adalah berbuat, berbuat dan terus berbuat. Sehingga seluruh waktunya selalu diukur dengan produktivitas amalnya. Ia tidak akan pernah diam karena diam tanpa amal menjadi aib bagi orang beriman. Seorang mukmin akan terus mencermati peluang-peluang untuk selalu berbuat. Maka perlu kita ingat dalam sanubari yang paling dalam bahwa 'nganggur' dapat menjadi pintu kehancuran. Tidaklah mengherankan banyak ayat maupun hadits yang memotivasi agar selalu berbuat dan berupaya untuk menghindari diri dari sikap malas dan lemah. Malas dan lemah berbuat dianggap sebagai sikap dan sifat buruk yang harus dijauhi orang-orang beriman. Jangan Pernah Lelah Beramal
"Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain". (Q.S. Al Insyirah: 7)
Mengingat tugas dan tanggung jawab yang kita emban sangat besar dan masih banyak agenda yang menanti untuk diselesaikan maka segeralah untuk menyiapkan diri menunaikannya. Rasanya perlu dicamkan dalam benak pikiran kita akan nasehat syaikh Abdul Wahab Azzam:
'Pikiran tak dapat dibatasi, lisan tak dapat dibungkam, anggota tubuh tak dapat diam. Karena itu jika kamu tidak disibukan dengan hal-hal besar maka kamu akan disibukkan dengan hal-hal kecil'.
Sangat mudah untuk dipahami bila setiap waktu ada tuntutannya maka kita mesti menyelaraskan diri agar sesuai dengannya. Tuntutan ini selaras dengan amanah yang diembankan kepada kita saat ini. Dan dalam pandangan Islam setiap amanah merupakan sesuatu tugas yang tidak boleh dikhianati atau diabaikan hingga tidak dapat menunaikannya dengan baik. Inilah kesempatan emas bagi kita untuk mengukir ukiran terindah dalam hidup kita secara personal maupun kolektif agar kita mampu memberikan cermin indah bagi orang lain ataupun generasi berikutnya. Inilah saat yang tepat bagi kita mengukir prestasi. Pergunakanlah sebaik-baiknya agar kita memiliki investasi besar dalam dakwah ini.
Maka disaat itulah kita membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Bulan mulia ini adalah bulan tarbiyah. Tarbiyah untuk membentuk kesabaran yang paripurna. Ustadz Yusuf al- Qaradhawi pernah mengatakan :
“ Kesabaran dalam peperangan adalah keberanian
kesabaran dalam kesulitan adalah ketabahan
kesabaran dalam kekurangan adalah merasa cukup
kesabaran dalam kelapangan adalah kesyukuran ….
Ayyuhal Ikhwah rahimakumullah.
Orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “ Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Raji’un “ ( Sesungguhnya kami adalah milik 4JJI, dan sesungguhnya kami hanya kepada-Nya akan kembali) (Q.S al-Baqarah : 155-156)
Disaat musibah datang menerpa. Mimik airmuka segera berubah. Ada kegelapan bagaikan kepingan malam disana. Ada mendung seperti awan hitam yang menggantung. Seakan sebentar lagi kilat akan menyambar dan petirpun menggelegar di dalam jiwanya. Menyambut hujan airmata yang akan tertumpah ruah. Sehingga banjirlah dadanya dengan kesedihan. Terasa sempitlah dunia dengan segala isinya. Seakan sudah kehilangan segalanya.
Ayyuhal Ikhwah rahimakumullah
Maukah engkau merasakan dengan tenang, mengikuti dengan lembut sebuah perjalanan kehdupan manusia-manusia yang penuh kesabaran? Ada Rasulullah Muhammad Saw. ….!!! Bercerita tentang Muhammad Saw, bagai bercerita tentang samudera yang luas membentang. Bagaikan bercerita tentang langit dengan gugusan bintang-bintangnya.
Bagaikan bercerita tentang taman bunga dengan aneka kembang yang indah di dalamnya. Harum mewangi membawa kesegaran. Petiklah setangkai tempatkan di pajangan bunga jiwa sehingga mata hati kita menjadi tenang saat memandangnya, dengan penuh kerinduan untuk bertemu dengannya.
Perasaannya selembut angin pesisir yang semilir. Tubuhnya kokoh bagaikan batukarang di tengah hantaman ombak dan badai cobaan kehidupan. Kehidupan yang mulia dan penuh perjuangan. Kehidupan yang dihiasi birunya rindu dan hitam pekatnya kedukaan. Kehidupan yang penuh dengan kesabaran dan tawakkal. Betapa mempesonanya kalau kita bisa menyelami mutiara keindahan perilakunya. Ucapan dan sikapnya bagaikan air yang menghidupi tanah yang kering. Menumbuhkan bibit-bibit pengharapan. Membawa buah keberkahan dan cinta. Sehingga sampai melewati batas waktu dan keturunan.
Pernah Umar Ibnu Khattaab dan beberapa sahabat menunggunya di suatu tempat. Ia menangis tersedu-sedu. Lupa dengan keadaan sekelilingnya. Sehingga angin seakan diam melihatnya. Pasir-pasir muram karenanya. Tumpah ruah airmatanya. Para sahabatnya seakan tidak percaya, seorang panglima yang gagah itu menangis. Muhammad menghapus airmatanya lalu menghampiri para sahabatnya yang telah lama menunggunya.” Mengapa engkau menangis! “Tanya umar penuh curiga. “ Sehingga sampai-sampai kami ketakutan dan ikut menangis pula.” Sambut Umar sambil mengusap airmatanya.
“Kalian takut mendengar tangisanku?” para sahabat mengangguk dengan serta merta. “Itulah makam ibuku, aku sangat mencintainya.” Kehilangan dan kerinduan terhadap orang yang kita cintai boleh saja. Tapi jangan sampai merusak jiwa. Karena itu adalah kewajaran sebagai seorang insan yang lemah. Namun setelah itu Rasulullah tampak sangat ganas kepada musuh-musuhnya bagaikan badai dengan gelombang yang menggulung. Disinilah terletak jejak-jejak kesabaran itu. Akan meninggalkan guratan keindahan ukirannya bagi tapak sejarah kehidupan. Kehidupan dalam perjalanan panjang perjuangan, menyusuri jalan yang mendaki, berduri dan berat. Wallahu’alam
Bencana Itu Bernama Cinta Yang Membara
Saudara dan Saudari Yang menghendaki dimuliakan ALLAH ! Maukah engkau menyimak apa yang dituliskan Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam kitabnya “ Mukhtashar Zadul Ma’ad Bab ke IV dengan tema Mengobati Cinta Yang Membara.
“ Ini termasuk penyakit hati, yang berbeda dengan penyakit-penyakit yang lain, baik wujud, sebab dan cara penyembuhannya. Jika cinta yang membara ini benar-benar telah mencapai puncaknya, maka dokter dan obat apapun tidak akan mampu menyembuhkannya. Ada dua golongan Manusia yang dijelaskan ALLAH di dalam kitabNya tentang cinta yang membara ini, yaitu istri Al-Aziz terhadap Yusuf As dan kaum Luth yang mencintai anak laki-laki yang tampan.
Ada sebagian orang yang berpendapat, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga terhinggapi cinta yang membara terhadap Zainab bin Jahsy, sehingga mereka menjadikannya sebagai topik kajian buku tentang cinta yang membara, maka ini merupakan kebodohan tentang Al-Qur’an dan diri Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam serta hikmah Ilahi yang terkandung dalam kisah pernikahan beliau dengan Zainab, yang sebelumnya menjadi istri anak angkat beliau Zaid bin Haritsah. Memang tidk dipungkiri Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sangat mencintai para Istri beliau. Dan yang paling beliau cintai adalah Aisyah.
Cinta yang membara adalah gambaran dua perkataan : menganggap bagus orang yang dicintai dan keinganan berhubungan dan berinteraksi dengannya. Cinta itu sendiri bermacam-macam. Yang paling utama dan paling agung adalah cinta karena 4JJI dan bagi ALLAH. Cinta ini mengharuskan cinta terhadap apa yang dicintai 4JJI, mengharuskan cinta kepada ALLAH dan RasulNya.
Ada juga cinta karena kesamaan jalan, agama, madzhab, kerabat, keahlian, tujuan dan lain sebagainya. Ada pula cinta yang ingin mendapatkan keinginan tertentu dari orang dicintai, entah kedudukan, harta, tuntunan atau pengajaran. Yang demikian hanya cinta yang tampak dipermukaan yang terlalu cepat sirna karena sirnanya sebab.
Karena cinta yang membara adalah merupakan suatu penyakit hati, maka ia masih dapat disembuhkan, entah dengan cara apapun. Jika orang yang dilanda cinta yang membara mendapatkan jalan untuk berhubungan dengan orang yang dicintai menurut syariat dan ketetapan, maka itulah cara penyembuhannya.
Jika tidak mendapatkan jalan untuk berhubungan dengan orang yang dicintainya, maka ini merupakan penyakit yang berat. Cara penyembuhannya adalah dengan menimbulkan keputusasaan tentang apa yang hendak diinginkannya, sehingga dia benar-benar putus asa.”
Marilah menggapai cinta sejati kepada ALLAH! Mari lah kita gapai bidadari wahai saudaraku ! Marilah menjadi bidadari dunia wahai Saudariku ! Sesungguhnya cinta kepada ALLAH diatas segalanya. Allahu Ghoyatuna !
Bencana Berikutnya Gangguan Perasaan
Rasa sakit dan kehilangan adalah penghubung kita. Rasa sakit menghubungkan kita dengan sang pencipta. Sakit bisa mengingatkan akan kematian. Sedangkan rasa kehilangan menghubungkan sesama kita dalam keindahan nostalgia persaudaraan dalam perjuangan.
Teman… masa yang kita lalui penuh dengan gangguan perasaan. Masa itu kini merupakan suatu pemandangan yang tidak normal. Kalau kita melihat dalam konteks kekinian dan keyakinan yang kita perjuangkan. Sungguh sungai kehidupan ini terasa semakin keruh dan keruh. Bangsa-bangsa, sesama anak bangsa berselisih, saling memukul, cakar-mencakar dan injak-menginjak untuk menjaga kepentingan pribadi dan golongannya. Mengatasnamakan kepentingan rakyat.
Kita ketahui secara seksama, khutbah-khutbah moral hanya ditujukan kepada oranglain, bukan untuk rakyat dan diri sendiri. Walau bagaimanapun kejahatan yang telah mereka lakukan. Sehingga benarlah yang sudah dinyatakan oleh Abul a’la Al-Maududi; kesadaran kemanusian sudah dibunuh.
Tugas Penjaga Dan Pemelihara Bangunan Perjuangan
Kini bangunan perjuangan ini memerlukan penjaga dan pemelihara. Penjaga yang akan menghadang gangguan dan ancaman dari luar. Pemelihara yang menjaga kemurnian visi perjuangannya. Sesungguhnya membangun itu sulit. Sehingga ada ungkapan apabila ada seribu pembangun dan ada satu yang menghancurkan, sudah cukup untuk menghancurkan bangunan tersebut. Apalagi perjuangan kita saat ini ada seorang pembangun diantara seribu penghancurnya. Hasilnya sudah bisa ditebak. Hancur dan luluhlantak!
Jadilah penjaga dan pemelihara wahai jiwa yang mengembara! Sesungguhnya kita mempunyai keunikan dan ciri khas tersendiri. Karena setiap zaman pasti ada tantangan yang khas dan ada tokoh yang unik untuk menghadapi tantangan tersebut.
Penjaga dan pemelihara dibutuhkan untuk menghadapi tantangan zaman ini. Menjadi ruh perjuangan. Memerdekakan penderitaan ummat dari penghambaan pada manusia, kepada penghambaan kepada pencipta saja.
Memang rasa sakit dan kehilangan adalah penghubung kita. Kadangkala mimpi-mimpi besar kita juga mengharuskan kita mengambil jeda sejenak. Menarik nafas dengan tenang. Mengumpulkan tenaga untuk melanjutkan perjuangan yang masih panjang. Karena kalau kita hanya memperturutkan kepedihan pribadi. Maka kita akan kehilangan akal sehat dan hati nurani. Karena perbedaan setiap kematian hanyalah ketakutan dan ketenangan saat menghadapinya.
Ini adalah perjalanan waktu. Perjalanan cahaya. Perjalanan kehidupan yang kelana kembara. Menggapai hakikat kehidupan yang penuh pengabdian. Pengabdian dalam tuntunan ilahi. Sampai kematian datang menjelang.
Telaga Kekuatan Itu
Kita adalah pemuda karena masih sangat muda. Menjadi pemimpin akan mmengakibatkan banyaknya kehilangan kearifan bagi pemuda. Kata Imam Syafi’I. perpindahan estafet kepemimpinan ke generasi yang lebih muda pasti ada sedikit gejolak. Karena orang muda selalu bergelora.
Ada ungkapan yang sangat indah dari asy-syahid Hasan al Banna mengenai hal ini ; “ada sebuah risalah masa lalu, penuh kobaran semangat jihad, untuk generasi hari ini yang tengah bergejolak dan dilanda kegelisahan, sebuah bekal yang hari ini menjadi tuntutan. Untuk masa depan yang penuh cahaya. Wahai para pemuda! Wahai yang punya cita-cita luhur ! wahai kalian yang rindu kemenangan ! wahai semua yang turun ke medan juang ! menyerahkan nyawa dihadapan Rabbnya. Di sinilah petunjuk itu, disinilah bimbingannya, di sinilah pengorbanannya, dan kenkmatan perjuangannya … “
Inti dari seruan ini adalah jadikanlah perjuangan ini menjadi madrasah kehidupan. Hiruplah air kekuatan itu dari berbagai telaga. Baik itu musuh sendiri. Karena musuh yang cerdas lebih berharga dari teman yang bodoh dan konyol. Karena kita akan lebih mengetahui kelemahan diri kita.
Hidup ini adalah pilihan dan setiap pilihan punya resiko. Takut resiko jangan hidup. Inilah telaga kekuatan tersebut. Karena orang yang sukses adalah orang yang bersabar melewati kesulitan demi kesulitan dengan hati lapang, ikhtiar dan doa. Karena bumi selalu berputar dan alam selalu berubah.
Standar Keberhasilan Kepemimpinan Seorang Pemimpin
Masa transisi memimpin adalah tikungan tajam. Karena kepemimpinan dan pemimpin tidaklah sesederhana sebuah parody orkestra dalam panggung kehidupan yang serba terbatas. Terbatas ruangannya. Terbatas waktu pertunjukannya. Terbatas personilnya. Terbatas kursi pengunjungnya. Terbatas juga perangkat alat musiknya. Lalu apakah tepukan tangan dari penonton itu tanda kesuksesan ?
Tepukan tangan bukan tanda harga mati sebuah kesuksesan. Karena Luqman al Hakim pernah membuktikannya. Dalam sebuah perjalanan luqman al Hakim mengajak salah seorang anaknya melakukan perjalanan. Membawa seekor keledai sebagai tunggangan.
Ketika memasuki sebuah perkampungan Luqman menaiki keledainya dan meminta anaknya yang masih kecil itu menuntunnya. Orang-orang kampung itu berkata;” sungguh ayah yang zhalim terhadap anaknya”.
Ketika memasuki perkampungan berikutnya Luqman meminta anaknya yang menunggangi keledai dan ia menuntunnya. Orang-orang kampung itu berseru;” Dasar anak tidak berbakti dan durhaka kepada orangtuanya.”
Perjalanan berlanjut memasuki perkampungan yang ketiga. Kali ini mereka menaiki keledai bersama-sama. Komentar pemduduk kampung adalah;” Ayah dan anak sama saja, masa keledai yang begitu kecil dan lemah itu dinaiki berdua.”
Sesampainya di kampong yang keempat. Luqman dan anaknya menuntun keledainya bersama-sama. Komentar penduduk kampung adalah;” Alangkah bodohnya ayah dan anak ini, punya kendaraan malah jalan kaki.”
Memang manusia hanya bisa dipuaskan kalau mulutnya disumbat dengan tanah. Mati sendiri atau kita bunuh. Namun pemimpin menghidupi rakyatnya tidak mungkin membunuh rakyatnya. Karena itu ia harus memegang ruh rakyatnya bukan ketakutan rakyatnya.
Rahasia Kesuksesan
Rahasia kesuksesan seorang pemimpin adalah seperti yang dinyatakan asy-syahid Hasan al Banna berikut ini. “ Dari seorang pemimpin pejuang, anda dapat membaca pada raut wajahnya dan kilauan matanya dan mendengar dari gerakan lidahnya, semua yang bergelora dalam hatinya, kesengsaraan dalam batinnya. Semua tujuannya benar dan sungguh-sungguh pelaksanaannya. Sasarannya tinggi dan sasarannya juga jauh memenuhi jiwanya.”
Maka kesadaran yang akan dapat kita ambil adalah pemimpin memang dilahirkan bukan untuk menuntut banyak, tapi dituntut banyak. Bukan meminta banyak tetapi memberi banyak. Keadaan ini mengharuskan kita untuk memahami banyak hal.
Memahami kekuatan adalah kesakitan itu sendiri. Motivasi adalah kepayahan yang kita dapatkan. Kesyukuran adalah wujud kesabaran yang panjang. Keteguhan adalah tempaan penderitaan. Kebijaksanaan adalah produk amarah yang tertahan. Lapang dada adalah rasa bosan dan jenuh yang senantiasa kita bendung.
Keberanian adalah ketakutan yang kita kendalikan. Keramaian hati adalah hasil renungan dalam kesendirian. Ketenangan adalah karena terbiasa kesepian. Kesepian adalah waktu mengharap pada pencipta kita. Karena wujud perjuangan ada dalam alunan sendu doa kita.
Maka marilah kita lalui perjalanan kehidupan yang menakjubkan. Membuka lebar-lebar mata dan pikiran. Tentang aroma rumput yang basah. Tentang belukar yang mengakar. Tentang pohon yang menjulang. Bahkan tentang sosok mungil pipit diantara batang padi. Dihembus angin pesisir yang semilir. Karena memimpin itu adalah seni. Dan seni itu indah…! Wallahu’alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar