Jumat, Desember 14, 2007

Siapakah yang layak di sebut Teman Perjuangan ?

Pernahkah engkau wahai sahabat berpikir untuk menjadi orang biasa saja ? Disaat beban datang begitu bertubi-tubi. Tekanan menambah kesesakan di dada. Pernahkah engkau ingin menjadi orang biasa saja ? Tinggal di tempat yang hijau, dekat dengan sebuah oase yang subur ? lalu menikmati kehidupan yang bahagia tanpa gangguan seorang pun? Menikmati hembusan semilir angin setiap pagi dan sore. Menyambut sinaran mentari yang hangat tetapi tidak membakar. Langkah indahnya. Bahagia. Inilah yang pernah diungkapkanoleh seorang sahabat sepulang dari perang tabuk. Namun Syurga lebih indah dari semua itu. Yah syurga lebih indah dari semua itu. Syurga beraada di bawah kilatan pedang.

Kadangku ku membayangkan bagaimanakah syurga itu ada di bawah kilatan pedang. Imajinasiku bermain dan seakan semua itu tergambar dengan jelas dihadapan mataku. Pemandangan permainan pedang yang indah. Menampakkan kilatan-kilatan cahaya dan percikan bunga api. Indah sekali.

Kita membutuhkan seorang teman, bahkan lebih dalam perjalanan panjang ini. Kita berjuang bersama bukan hanya untuk menghancurkan pasungan egoisme yang membelenggu kita. Sehingga kita merasa kokoh dengan kesendirian kita. Karena kita dapat berbuat apapun sesuai dengan apa yang kita pikirkan dan kita inginkan. Tapi ingatlah wahai para saudara seperjuangan.Kita hanya akan berjalan-jalan di tempat saja. Seperti seekor keledai yang sedang memutar penggilingan gandum atau penggilingan tebu. Apakah engkau bisa membayangkannya.
Karena selain sebagai seorang hamba yang terikat dengan ketentuan ALLAH kita juga adalah makhluk sosial. Kalau kita berputar hanya di suatu tempat sampai membuat empat yang kita buat pijakan menjadi becek dan berlumpur. Sesungguhnya kita tidak kemana-mana. Walaupun keringat sudah membanjir dan engkau merasakan sudah melakukan perjalanan panjang. Engkau masih jalan di tempat. Pengetahuan kita tidak sebanding dengan pengetahuan ALLAH. Rasa pengangungan kepada ALLAHlah yang akan membuat jiwa kita didomonasi oleh ketenangan berada di hadapan ALLAH. Beribadah untuk-Nya seperti apa yang disebutkan oleh Abu Faras :

Biarlah Engkau Bahagia
Sekalipun kehidupan ini begitu pahit
Biaralah engkau Ridha
Sekalipun semua orang marah
Biarlah antara Aku dan Engkau ada kemesraan
Sekalipun saya dan lainnya berjauhan
Asalakan engkau cinta
Maka segala sesuatunya akan enteng
Dan segala sesuatu yang ada di bumi adalah debu

Kalau mendapatkan seorang teman dalam perjuangan ini ingatlah apa yang diungkapkan oleh syair Hatim at –Thayib berikut ini :

Bila anda mengendarai seekor Unta
Jangan biarkan kawan anda yang berada di belakang hanya bisa berjalan
Rendahkanlah untamu dan naikkan dia
Bila unta itu sanggup naikilah berdua
Bila tidak maka saling bergantianlah

Namun apabila engkau meragukan ketulusan seseorang tanyakanlah dengan bijak kepadanya dan berlemah-lembut seperti syair Mustaqib al-“abdi berikut ini :

Jadilah saudaraku dalam arti sesungguhnya
Sehingga aku bisa membedakan keburukanku dan kebaikanku
Bila tidak
Jauhilah aku dan jadikan aku musuhmu
Sehingga aku mewaspadaiku
Dan engkau mewaspadaiku
Manfaat seorang teman adalah memberikan pilihan di saat kita membutuhkannya. Walaupun yang mereka berikan itu bukan pemecahan masalah tetapi itu membuat kita berpikir untuk menyelesaikan suatu masalah. Jadi teman bukanlah setiap orang yang sepakat dengan apapun yang kita inginkan. Itulah seorang teman yang sejati. Orang yang selalu dapat mengingatkan kita di saat lupa. Teman sejati adalah orang-oraqng yang mengingatkan kita bahwa kita adalah hanya manusia biasa. Bahwa kita semua dalah hamba.

Siapa yang sepakat silahkan saya tidak memaksa. Siapa yang tidak sepakat tidak mengapa karena saya dan anda adalah orang-orang yang sedang mencari siapakah yang layak untuk dijadikan teman. Sehingga saling belajar untuk saling memahami. Tulisan ini adalah hanya tulisan hasil perenungan. Dan refleksi setelah saya membaca buku syaikh yusuf al-Qaradhawi yang berjudul : “ Syaikh al-Ghazali Kamaa Araftuhu : Rihlatu Qarnin “ ( ini judul aslinya : siapa yang ingin baca ada kok yang edisi Indonesia) Ini adalah tulisan apa adanya. Jadi marilah jangan berpikir jangan jadi orang yang biasa-biasa saja. Wallahu ‘alam.

Tidak ada komentar: