Kamis, Desember 13, 2007

Memperbesar Ruang Jiwa (Tanggapan adakah lokus diri )

Kembara waktu telah menghantarkan kita di titik-titik persinggahan jiwa. Ya ALLAH engkau tahu jiwa ini seringkali gelisah dan resah. Sungguh kehidupan adalah waktu pengabdian. Pengabdian abadi. Pengabdian Hakiki. Pengabdian sejati. Pengabdian pada-Mu ya Ilahi. Pengabdian yang didasari cinta. Cinta suci nan sejati. Cinta yang murni. Sebening embun pagi yang disinari mentari pagi.

Ya ALLAH beruntun masalah dan guncangan yang kami hadapi.Beruntun pula nampaknya permasalahan yang sedang dan akan kami hadapi. Sungguh berat rasanya mengalami kehidupan yang penuh guncangan. Kelihatan tenggelam dan ditenggelamkan. Namun, Jannah- Mu begitu indah.

Datanglah ….. datanglah ….. ke taman surga
Taman kediamanmu semula, taman tempat bersuka ria
Walau kita merasa lemah dan tak berdaya dihadapan musuh …
Haruskah kita pulang ke rumah dan menyerah …

Kawan … harus kita sekarang pulang dan menyerah? Ke rumah mana kita kan pulang ? kawan sambutlah semua guncangan itu. Sungguh watak kepemimpinan itu akan tumbuh ditengah konflik yang berat.

Apabila seseorang biasa menghadapi badai- topan yang dahsyat
Gelombang besar baginya hanyalah permainan belaka
Riak gelombang adalah senda-gurau
Pengobat resah dan gelisah
Disaat kalbu sedang mendesah

Kawan sesungguhnya setiap guncangan itun akan meniup balon ruang jiwa kita semakin besar. Semakin luas untuk menerima setiap permasalahan. Ruang jiwa kita akan terus mengembang dan memberikan ketentraman kepada relung kalbu kita. Saya sepakat dengan SPK ada lokus diri dalam jiwa kita. Saya hanya akan membuat bayan ( penjelasan mengenai lokus perasaan, lokus jiwa dan lokus emosional).

Saya namakan mereka itu ruang jiwa. Pernahkah kita mempelajari bagaimana foto sintesis itu terjadi. Fotosintesis itu terjadi butir-butir hijau daun. Di dalam butir-butir daun itu ada kloroplas. Di dalam kloroplas itu banyak sekali membran-membran. Baik yang permeable maupun yang semi permeable. Membran inilah yang bekerja. Jadi di dalam ruang jiwa ada lokus perasaan, lokus jiwa dan lokus emosional. Mereka itu satu tetapi tidak tercampur. Tetapi mereka bekerja dengan satu kesatuan.

Pernahkah antum nonton film kartun Three Musketer. Mereka punya semboyan. ONE FOR ALL. ALL FOR ONE. Satu untuk semua dan semua untuk satu. Apabila ini terjadi maka kita akan saling meneguhkan.

Bagi mereka yang meneguhkan diri
Mendapatkan keteguhan hati …
Bagi mereka yang mulia
Dianugrahi perbuatan yang mulia

Dimata yang lemah …
Sedikit kemalangan terlihat dahsyat
Dimata mereka yang kuat …
Kekurangan sungguh suatu kesukaran ….

Kita lihat bagaimana tanah islam ini subur dan menumbuhkan. Memberikan hasil sepanjang zaman. Bersama kita lihat para pemuda yang shaleh. Insya ALLAH kita termasuk di dalamnya tumbuh dan terus tumbuh bertunas dan berdaun.Kita ibarat kumpualan bunga dan kepala putik bakal buah yang sedang disinari cahaya Allah .

Sungguh celupan ALLAH, maka celupan ALLAH lah yang terbaik
Mereka ingin memadamkan cahaya ALLAH tetapi cahaya itu tetap gemilang
Cahaya diatas cahaya, bagaikan minyak zaitun
Bercahaya dan memancarkan cahaya
Cahaya diatas cahaya
Mulia diatas mulia
Seharusnya ruang jiwa kita
Seperti minyak zaitun
Sehingga kehidupan ini berguna
Tidak seperti punggur di tengah hutan
Yang gugur layu sendirian
Dalam ketermanguan
Melamunkan angan dalam lamunan
Bukan mimpi yang akan membawa kepada kenyataan

Subhanallah, kata-kata ini terlontar begitu saja. Mungkin ini adalah curhat dan ungkapan perasaan ane kepada antum semua. Terutama untuk SPK KAMMI DAERAH RIAU.
Wahai saudara seperjuangan, kita tumbuh dan mekar bersama ditempa riuhnya medan pertempuran. Sehingga nantinya kita akan menjadi buah yang masak dan ranum. Bunga yang cantik, tampan dan gagah, ramah, sederhana, sopan, lemah lembut, penuh dengan sifat terpuji. Subahanallah !!!

Kawan … marilah arahkan pandangan kita pada sebuah negeri ..
Negeri yang telah membuat lidah kelu dan hati terkunci …
Kawan … dinegeri mana sekarang ini kita berada..
Negeri hantu yang penuh dengan syetan durjana…
Dipenuhi kebohongan dan dusta
Banyak sumpah serapah yang bersepah
Membuat negeri ini semakin parah dan renta
Tapi mungkin buah dan bunga ini merubah asa
Meninggalkan benih pengganti yang akan membangun kembali asa yang hampir sirna
Kawan… mari kita bergerak bersama
Walaupun Indonesia sudah tiada dan hancur karenanya
Insya ALLAH kita akan tetap berdakwah… !!!

Kawan … jangan salahkan musuh yang datang ….
Datang berbekal kekuatan dan persiapan
Sedangkan kita hanya seorang Ghuraba
Sedang kita hanya punya jiwa kita dan ALLAH
Ketika musuh mencengkram dan merampas …
Jalan kita adalah bersiap dan bangkit
Bangkit …. Lawan …. Hancurkan … Tirani ….

Kawan… betapa puitisnya syair yang didendangkan oleh Al-ja’di menanggapi harapan istrinya untuk tetap tinggal dirumah disaat jihad memangil :

Duduk menghabiskan malamnya, ku teringat akan ALLAH…
Deras mengalir air mata, bercucuran bagikan air bah …
Wahai jantung hatiku! Kitabullah memerintahkan ku untuk maju …
Haruskah aku menentang ALLAH atas apa yang dianugerahkan ALLAH …?
Jika aku kembali…
Tuhan maha penciptalah yang akan mengembalikanku
Jika aku menghadap-Nya…
Ditempatku akan digantikan orang lain
Engkau takkan sendiri …
Tidaklah aku cacat…
Tidaklah ALLAH membebaskanku dari kewajibanku…
Juga tidaklah sakit menyebabkan aku tak mampu …

Sangupkah kita sekarang mengucapkan syair ini dihadapan saudara dan keluarga kita ..? tak usah dijawab… hati kitalah yang akan berbicara dengan selaksa makna.

Saudaraku … ku ingin bertanya bukankah cambuklah yang menodai kewibawaan seorang raja..? lalu kepada siapakah kilauan pedang ini mau kita arahkan ? jangan berpikir kejayaan adalah didapat dengan bersenang hati dan bersukaria. Namun, saudaraku yang mulia, kejayaan harus kita rengkuh dengan sengitnya pertempuran.

Saudaraku … marilah kita berangkat menantang bahaya yang mulia …
Kawan …. Janganlah tujuan kita hanya sebatas tingginya bintang..
Karena tujuan kita adalah ALLAH yang lebih tinggi dari bintang….
Kawan … mari kita belajar mencintai kematian …
Karena kematian adalah urusan yang fana dan remeh …
Saudaraku ingatkah kita saat sang Khalilullah
Ibrahim alahissalam dikala ajal menjemput berkata …
Tegakah seorang kekasih mencabut nyawa seorang kekasihnya…
Kekasih itu menjawab :” Tidakkah seorang kekasih merindukan pertemuan dengan kekasih-Nya?”

Saudaraku yang mulia, sungguh kematian adalah pintu perjumpaan dengan sang kekasih abadi, kekasih hakiki, kekasih sejati yang dilandasi cinta. Cinta yang yang jernih dan suci. Mahabbah ….
Akh mahabbah hanya didapat pabila kita bisa memperluas ruang jiwa kita. Ku tutup rangkaian kata ini dengan doa semoga ALLAH meridhai semua langkah kita. Salam untuk sang pujangga kebenaran. Wallahu’alam.

Saudaramu pujangga dakwah yang sedang kesepian.
Abu Jundii

Markazud jihad, Ahad 6 Juni 2004
01. 22 WIB

Rabu, Desember 12, 2007

Wahai Mujahid Marilah Bersenandung !!

Amanah bisa jadi adalah beban yang berat
Amanah boleh jadi adalah sesuatu yang menyesakkan dada
Amanah boleh jadi ada yang melukai jiwa
Amanah boleh jadi mambuat pikulan itu patah dan rengkah
Oh … amanah boleh jadi menyakitkan menyusahkan raga
Oah amanah tanpa mu diri hidup ini bagai tak bermaya
Oh amanah engkaulah yang menjadi pelita
Oh amanah setiap saat kita selalu bersua
Bergumul bersama dalam suka dan duka
Amanah bolehkahkah ku bertanya mengapa dikau selalu turut serta
Amanah mengapa engkau selalu turut serta ?
Amanah untuk apakah engkau dicipta
Oh amanah jawablah daku ingin bertanya
Amanah aku ingin bertanya
Mengapa kerja ini tidak pernah selesai ?
Setiap ku buka sebuah pintu
Berjumpa dengan pintu berikutnya
Amanah kadang ku merasakan kelelahan yang luar biasa
Karena aku memang hanya manusia biasa
Manusia yang terbiasa dengan keluh kesah
Amanah salahkah kalau aku bertanya
Sedangkan engkau bukanlah sebuah dosa ?
Amanah marilah kita melangkah bersama
Membuat suatu pekerjaan yang bermakna
Amanah marilah kita bergandengan bersama
Sampai perjanjian itu menjadi nyata
Amanah marilah kita menghadap-Nya
Dengan senyum yang penuh makna
Amanah… amanah …. Oh amanah …
Engkau ajarkanku kehidupan dengan penuh bijaksana
Dalam musim dan tingkap kehidupan yang senantiasa pancaroba
Karena kita inginkan Jannah dan keridhaan-Nya
Amanah marilah kita bersenandung bersama
Lupakan duka dan lara
Sampai waktu perjanjian itu sampai sudah
Amanah ……………………………
Sunguh terkadang engkau memberikan senandung
Senandung sendu dengan selaksa makna dan asa
Amanah karena jiwa dan raga ini memang terasa renta dan papa
Amanah inilah senandung kita
Senandung yang di dasari dengan mahabbah
Amanah akan kuterima engkau sebagai sahabat dengan lapang dada
Amanah mari kita belangkah bersama menghadap-Nya
Amanah karena kita selalu jadi Ghuroba

Sang pujangga dakwah yang sedang mengurai makna amanah
Abu Jundii
Markazud jihad saat kelelahan melanda
Ahad 13 Juni 2004 18.09 WIB

Mencari Arah, Menapakkan Langkah, Mewujudkan Cita

Bismillahirrahmanirrohim

Yaa ayyuhal Ikhwatifillah
Attentions :
Don’t believe your eyes , … Don’t believe what you see
Don’t believe what you read ,… Don’t believe what you hear
Just believing God, ALLAH Swt and The Messenger
And your Heart

Sahabat yang sedang kebingungan, ALLAH Swt berikan kita kekuatan menentang kezaliman
Amanah yang diberikan kepada kita adalah bagian dari rahmat-Nya.
Dipundak ini begitu besar tanggung jawab yang kita pikul.
Di dada kita terdengar gemuruh semangat yang begitu dahsyat.
Terlihat wajah yang menyejukkan pandangan.
Yang lisannya sarat dengan untaian doa dan ajakan kebaikan.
Satu diantaranya adalah kita.
Semoga kita tidaklah lagi bingung serta senantiasa berada dalam hidayahnya.
Sampai kematian menghampiri kita.

Sahabat seperjuangan sungguh, kematian adalah sesuatu yang harus direncanakan dengan sempurna dan paripurna. Akhirnya adalah kebaikan, awalnya adalah perjuangan dan tengahnya adalah ujian, fitnah dunia.
Duh, sahabat yang mulia yang sedang kebingungan, Ane rindu dengan Rasulullah. Mungkinkah kita akan bersama beliau di Jannah-Nya?

Saudaraku, yang kucintai karena ALLAH Swt !! Perputaran roda kehidupan begitu cepat berlalu.Sehingga tak terasa akhir perjalanan kehidupan akan segera berakhir. Sungguh, kuulangi kembali, Kehidupan adalah penggalan waktu pengabdian. Pengabdian sejati. Pengabdian hakiki. Pengabdian yang didasari mahabbah. Dilandasi tadhiyah tanpa henti. Sampai waktu perjanjian yang pasti datang menghampiri. Disitulah kangkah kaki ini akan terhenti. Langkah kaki ini akan dilanjutkan sang generasi pengganti. Sebaik-baik generasi pengganti menurutku adalah yang berasal dari sulbi sendiri.

Saudaraku, pertolongan ALLAH Swt itu sangat dekat kepada orang yang bertakwa. Sebaliknya kekalahan itu sangat dekat … maka berhati-hatilah saat kebingungan melanda. Sepertinya kita harus mengingat kematian agar niatan dakwah kita terjaga sarananya. Sarana Qiaymullail, I’tikaf dan dialog dua hati dengan sang pendamping hidup. Namun di saat pendamping hidup belum datang menghampiri. Cukuplah ALLAH Swt sebagai penawar duka di hati.

Janganlah bingung sahabat, mari kita cari arah kematian yang indah, lalu kita kokohkan tapak langkah ini. Sehingga semua cita kita dapat kita wujudkan. Agar tidak terjadi distorsi sejarah kehidupan karena tidak adanya kesamaan persepsi.

Ya ALLAH Swt jadikanlah kami orang-orang yang mencintai kematian.


Sang pujangga dakwah yang semakin kesepian disaat ada yang kebingungan
Abu Jundii
Markazud jihad, Rabu 9 Juni 2004 09.35 WIB

GURATAN IRAMA JIWA

Kata adalah sepotong hati. Inilah ungkaan yang indah dan menawan dari seorang mujahid dakwah Abul Hasan An-Nadwi . kata adalah sepotong hati … !!! seorang pejuang, seorang mujahid sangat berhati-hati dalam memaknai sebuah kata. Benarlah kiranya ungkapan dari Imam Ibnul qoyyim yang menyatakan kebenaran sebuah kata dari seseorang dapat kita lihat dalam situasi apa ia mengucapkan kata tersebut. Sehingga, bisa saja semua orang mengungkapkan satu kata yang sama, tetapi berbeda kebenarannya karena berbeda maksud dan tujuan mengapa kata itu di ucapkan.

Banyak kita bisa mengetahui keunggulan pribadi seseorang dari susunan kata yang ia suguhkan. Bagaikan hidangan yang bisa kita nikmati. Sehingga dapat dijadikan makanan hati dan penyejuk jiwa. Sehingga menggeloralah semangat saat memaknainya. Kadangkala kata yang mereka ucapkan itu sangatlah sederhana dan tidaklah terlalu tinggi bahasanya. Namun, dapat menghunjam begitu dalam dan terpatri begitu erat dalam kalbu seorang anak manusia.

Seorang orientalist Robert Mitchel memberikan tanggapan yang menawan dalam bukunya “Masyarakat Al-Ikhwan Al-muslimun” mengenai pribadi ustadz Hasan al-Banna.”Ia berbicara dan mengungkapkan kata-kata setelah mengetahui makna yang tersembunyi dibalik kata tersebut. Sehingga kata-katanya merasuk lembut dalam perasaan, menghidupkan jiwa yang hampir mati dan menggelorakan semangat yang mulai pudar”.

Wahai jiwaku yang berkata-kata! Sering kali dirimu menghamburkan kata-kata yang bisa memprovokasi, membangkitkan pertentangan selama ini dalam aktivitas dakwahmu. Apakah engkau tidak sadar dalam dakwah ini bukanlah penokohan pribadi sehingga engkau bisa mengarahkan orang lain mengikuti instruksimu. Membawa mereka ikut dalam kafilahmu? Walaupun itu dianggapsebagai prestasi ketahuilah engkau masih muda. Ajakanmu lebih bersifat pengaruh emosional. Bukan karena kafaah syar’iyyah yang engkau punyai. Sehingga kadangkala di saat engkau diam mereka juga diam dan kebingungan. Itu bukanlah cinta. Itu adalah racun yang di baluti madu.

Kata-kata yang berasal dari hakikat keimanan akan mempunyai ruh. Ruh ini akan melekat selamanya walaupun penyerunya sudah mati berkalang tanah. Kata-kata seperti inilah seharusnya yang engkau punyai. Kata-kata yang berasal dari kedalaman ruhani yang merupakan air yang menyegarkan. Mata airnya berasal dari hidayah 4JJI SWT. Kata-kata dari Jundii Imani. Bagaikan auman keperkasaan dari singa dakwah yang kokoh dan kuat.

Maka kata yang kita ucapkan seharusnya mengandung pikiran dan emosi keyakinan yang menggelora, menciptakan gelombang semangat perjuangan seperti api membara, atau gelombang yang membadai.Membuat setiap jiwa terpesona dan akal yang menantangnya tertunduk karena logika dan ruh keimanannya. Karena kata seharusnya dapat menjadikan kita menjadi ruh baru dalam umat ini. Maka bangunlah kesadaranmu wahai diriku mengapa kadang kala ucapan kita seakan hilang begitu saja ditiup angin. Hampa ? karena kita masih banyak dosa dan maksiat itu jawaban yang pastinya.

Maka dapatlah disimpulkan kata-kata, etika dan metoda adalah suatu pola dan potongan pribadi sang jundii Imani. Sangat unik mempengaruhi sisi-sisi insani seseorang. Sehingga lontaran katanya bisa menguatkan iman, menyegarkan pemikiran, menajamkan pemahaman, mengikhlaskan amal, meningkatkan tadhiyah, menguatkan diri dalam jihad, tsabat dalam sikap tajarrudnya melaksanakan amanah, tsiqoh dengan keimanan dan nilai-nilai ukhuwah.

Sehingga walaupun dirimu dalam kesakitan wahai Jundii Imani ! ranjang kepedihan memenuhi hatimu karena musuh yang datang membunuh segala jenis burung, mencabut segala jenis rumput serta bunga.Mengambil cahaya hidayah dari mata hati umat Islam. Aumanmu bisa mengbangkitkan rasa takut pada musuh yang masih bermil jauhnya. Dan memberikan motivasi serta semangat bagi saudaramu yang lain.

Seteguh syekh Ahmad Yassin yang lumpuh. Bukti keteguhan kata dan sikap. Syahid yang menghidupkan. Sehingga engkau menyadari wahai diriku yang lemah, muhasabah yang terbaik adalah kata hati dari diri kita sendiri. Kata hati yang mendapatkan pancaran dan naungan cahaya dari mukjizat abadi Al-Qur’an. Sehingga kata-kata kita adalah kumpulan potongan hati yang membentuk kalimat. Manifestasi dari guratan irama jiwa dalam diri kita masing-masing. Wallahu’alam.

“4JJI adalah pelindung bagi orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya. Sedangkan orang-orang kafir pelindung mereka adalah thagut, mengeluarkan mereka dari cahaya menuju kegelapan. Mereka adalah Penghuni neraka dan mereka kekal di dalamnya (Q.S Al-Baqarah :257)

Ada sebuah kisah yang menarik dapat kita jadikan contoh bagaimana seorang kakek menuliskan guratan irama jiwa seorang cucunya yang dibesarkan dalam naungan tarbiyah Rabbani. DR. Mahmud Jami’ dalam bukunya yang berjudul :” Wa’raftu al-Ikhwan “ ( Ikhwanul Muslimin yang Saya Kenal terbitan Pustaka Al-Kautsar) menuliskan sebagai berikut :

“CUCUKU YANG MENGAJARIKU PELAJARAN”

Cucuku, Thariq Jami’ baru berusia dua belas tahun, kelas dua I’dadiyah (2SMP) dan dilahirkan di Inggris. Dia selalu bolak-balik Mesir-Inggris setiap datang musim panas untuk menghadiri muktamar-muktamar Ilmiah di luar Mesir. Pada Minggu yang lalu, dia menghadapi ujian mengarang. Judul yang disodorkan dalam soal itu adalah siswa disuruh mengungkapkan kecintaannya kepada negerinya dan keindahan negerinya. Maka dia menulis dengan mengatakan :” saya tidak mempunyai kata-kata untuk mengungkapkan keindahan negeriku. Negeri ini berada pada kondisi yang buruk. Setiap kali saya berusaha untuk merasakan keindahannya, saya tidak menemukannya. Udaranya tercemar, airnya tercemar, jalan-jalannya tercemar, generasinya sakit, negaranya ricuh dan pemuda-pemudanya selalu untuk bekerja di negara-negara asing untuk mencari pekerjaan yang tidak pantas. Saya melihat sendiri, mereka berdesak-desakan di pintu kedutaan dan mereka memperlakukannya dengan buruk.

Gurunya kaget ketika mengoreksi jawaban anak ini. Lalu dia mendiskusikan tulisannya itu dengannya dan menghadirkan salah seorang guru lainnya. Cucuku tetap pada pendapatnya dengan penuh kepuasan dan pantang menyerah. Dia berkata kepada gurunya : “Saya tidak menulis kecuali dengan kebenaran dan saya tidak mau berbohong.” Maka guru itu menyobek kertas jawabannya dan membuangnya. Saya mengetahui kejadian itu pada hari itu juga dan saya kaget. Namun, saya hadapi masalah itu dengan tenang dan mengajaknya berdiskusi. Dia berkata kepadaku :” Wahai kakekku, apakah engkau bisa mengingkari realitas yang tampak jelas di depan kita dalam masyarakat Mesir.Apakah engkau merasakan apa yang saya renungkan di tengah malam karena awan hitam dan udara yang tercemar yang saya rasakan di dada saya seperti racun yang menghentikan nafasku, merusak jantungku dan memucatkan wajahku. Saya hampir tercekik hingga engkau menolong dengan tabung pernafasan. Bahkan, saya selalu disuntik dengan cortezon di urat setiap hari untuk menyelamatkan hidupku. Mengapa krisis ini masih terjadi sejak bertahun-tahun yang lalu dan mengapa sekarang pemerintah tidak mampu memecahkan masalah ini ? Karena sekarang adalah sekarang.

Apakah engkau bisa melihat pesawat di langit Kairo yang kesulitan mendarat di Bandara Kairo ?Mengapa langit menutupinya dan menutupi pemandangannya yang indah dengan awan hitam tebal ketika datang kepada kita ? Apakah ada perbedaan antara keindahan langit Kairo dan langit Eropa yang jernih ?

Apakah Engkau lupa wahai kakekku ?Tentang nyamuk-nyamuk jahat yang menggigit kita di malam hari dan membangunkan kita tidur di Ajma’, Marina, atau di kota kita, Tonto. Ingatkah kamu tentang kegagalan racun-racun pembunuh nyamuk yang kita gunakan, walaupun bahan-bahan kimia itu membahayakan kesehatan dan jantung kita ?

Apakah engkau lupa nasehat-nasehatmu yang berulangkali kepada saya agar tidak minum air langsung dari kran karena tercemar dengan mikroorganisme, bercampur dengan kuman, kotoran dan garam yang berbahaya, yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan hati ?

Apakah engkau lupa pemandangan sebagian orang yang membuang sampah, kencing dan mandi bersama hewan-hewan mereka di sungai Nil serta mencemarkannya ?

Apakah engkau membaca apa yang ditulis oleh salah seorang wartawan beberapa hari lalu bahwa seorang warga menemukan coro mati di air yang keluar dari kran dan setelah para ahli kimia meneliti air tersebut dengan mikroskop, ternyata penuh dengan mikroorganisme, zat garam yang berbahaya dan zat-zat aneh lainnya.

Bagaimana menurutmu wahai kakekku tentang jalan-jalan yang tergenang air karena banjir di musim dingin dan panas ?A palagi terjadi hujan beberapa hari. Seakan-akan tidak ada usaha untuk menyelesaikan permasalahan ini, sehingga kejadian ini terjadi di jalan-jalan kita.
Begitu juga anarkisme yang terjadi di jalan-jalan,tikus-tikus yang berlarian di jalan-jalan, naik di atas dinding hingga sampai ke rumah tingkat atas,masuk ke dalam rumah melalui jendela-jendela dan teras-terasnya.

Sedangkan pemandangan warganya saya dapati selalu gaduh di depan kios-kios roti dan keramaian karena adanya keributan dan pertengkaran. Hal ini seakan-akan menjadi drama-drama sinetron harian yang saya lihat dan saya dengar sejak pagi.

Dia berkata kepadaku:”Wahai kakekku, saya punya dua teman di kelas yang mengatakan bahwa mobil kami tidak akan ditilang oleh polisi sama sekali, sehingga bebas melanggar lalu lintas, karena pada mobil itu ada plat hakim atau polisi di bagian depan dan belakangnya. Karena salah seorang dari anak itu adalah anaknya anggota DPR dan yang satunya lagi anaknya perwira polisi.”

Akhirnya dia berkata kepadaku dengan tajam : “wahai kakekku, setiapkali saya ke Mesjid untuk belajar menghapal al-Qur’an dan melaksanakan shalat Jum’at. Saya mendengar imam mengingatkan jamaah sebelum shalat dengan keras agar setiap orang meletakkan sandal di depannya agar tidak dicuri orang. Saya juga menemukan pamplet-pamplet yang bertuliskan di atas dinding masjid, pintu-pintu san tiang-tiangnya agar berhati-hati dari pencuri sepatu. Namun, demikian wahai kakekku, masih ada juga sepatu yang dicuri.”

Akhirnya selesai sudah dialog saya dengan cucu saya yang berterus-terang dan sadar itu. Jujur kepada dirinya dengan penuh keberanian. Akhirnya, saya melihatnya berpegangan pada pundakku dalam keadaan tenang dan kasih sayang. Dia merangkulku dan memelukku seraya berkata :”Wahai kakekku, jangan banyak berpikir dan jangan banyak capek, tidakkah engaku melihatku, semua tidak ada gunanya. Sesungguhnya hanya Islam-lah jalan pemecahannya.”

Subhanallah, lama diri ini tercenung dan tiba-tiba tetesan air bening bergulir di pipi. Guratan irama jiwa seorang cucu yang dididik dalam rumah tangga dakwah yang rabbani mampu mengungkapkan kata yang polos melampaui usianya. Tidakkah kita ingin punya generasi seperti ini ? ku bertanya pada diriku. Ingin sekali.

Buah yang manis dan lezat berasal dari pohon yang sehat, kokoh dan kuat. Pohon itu juga berasal benih yang mantap. Sudahkah diri kita menyiapkan diri sebagai benih itu. Sehingga, melahirkan buah berupa generasi yang Rabbani ? jawabannya ada dalam diri kita masing-masing. Maka marilah selalu menyiapkan diri.

Sesungguhnya kata-kata kita tidak akan ada artinya, hingga kita meninggal di jalan-Nya, maka ruh akan masuk di dalamnya dan memberinya kehidupan. Sesungguhnya kata-kata yang dikeluarkan dari mulut dan belum tersambung dengan sumber ilahi yang maha hidup, hanya akan melahirkan kematian. Wallahu’alam


HUD-HUD.Revisi terakhir selasa, 23 Agustus 2005. 10:38 WIB. Markazud Jihad.

Inilah Saatnya Menangis Wahai Mujahid !

Sahabat ! setiap bait yang antum semua tuliskan mampu meneteskan airmata ini mejadi kristal bening lalu membeku. Kristal beku itu akhirnya menjadi berlian yang sangat keras dan mampu menghancurkan apa saja yang menghadang di hadapannya. Bak berlian yang merupakan senyawa yang paling kuat dan bening. Sedangkan ia terjadi dari rangkaian ikatan rantai karbon yang padu. Bukankah ikatan rantai karbon itu memenuhi ruang empat dimensi. Jika hanya dua atau tiga dimensi yang terlihat adalah kehitaman dan kebeningan yang buram. Ruang dimensi akal. Ruang dimensi emosi dan perasaan ruang dimensi spritual yang dlingkupi dimensi keempat yaitu wahyu dan ra’yu dari ALLAH Swt.

Sahabat! Bagiku hanya tiga kesempatan seorang Mujahid pantas untuk menangis!
Pertama, Saat ia melihat kondisi yang tidak sesuai mimpi besarnya. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa karena kelalaian ataupun keterbatasan dari kekuatan dirinya untuk melakukan kerja dan amal dalam menggapai mimpi tersebut.
Kedua, saat ia mengadu kepada Kekasihnya yang hakiki tentang kelemahannya, serta meminta tambahan kekuatan untuk mewujudkan mimpi tersebut.
Ketiga, saat mimpi –mimpi yang dirajutnya diperlihatkan 4JJI. Walaupun tidak terwujud sepenuhnya.

Saat itulah kempat dimensi itu bergerak dan berputar membentuk rotasi dalam kehidupannya, dalam ruang jiwanya dimana terdapat lokus-lokus diri sehingga tanpa sadar tangisannya keluar membentuk berlian yang akan digunakan untuk merajut mimpi yang selanjutnya.

Bukankah ALLAH Swt menyatakan apabila engkau telah selesai dengan satu pekerjaan maka bersiaplah untuk melakukan pekerjaan selanjutnya?

Oh jiwa yang bertualang dalam kesepian
Sekarang engkau sudah mendapatkan teman
Sunguh perjuangan ini sangat panjang jalannya
Ia tidak seusia satu generasi
Ia seusia bumi yang makin renta menuju kematian

Kawan seperjuangan ! boleh jadi tangisan kita ada karena kebencian. Boleh jadi tangisan kita karena ada kecemasan. Boleh jadi tangisan kita karena kesakitan. Boleh jadi tangisan kita karena kelalain. Bahkan boleh jadi tangisan kita karena kemaksiatan yang tak tertahankan. Kawan ini lah pertarungan. Kawan kita hidup dalam riuhnya pertempuran. Pertempuran untuk mencapai suatu kejayaan. Seperti yang dikatakan Sayyid Quthb dengan ungkapan “parade mulia lintas zaman”.

“ Parade mulia lintas zaman ini, sejak dahulu kala, menghadapi sebagaimana tampak jelas di bawah naungan al-Qur’an. Berbagai sikap dan pengalaman sepanjang masa, disetiap waktu, meskipun berlainan tempat dan beragam bangsa. Menghadapi kesesatan, kebutaan hati dan pikiran, kesewenang-wenangan, hawa nafsu, penindasan, peneroran dan pengusiran. Tetapi ia tetap berjalan di jalurnya dengan langkah yang teguh, hati yang lapang, penuh keyakinan akan pertolongan ALLAH, penuh harap pada-Nya,dan senantiasa membenarkan janji 4JJI yang pasti benar dan pasti terjadi. “

Subhanallah! Ungkapan yang begitu dalam, begitu padu dan menyentuh seluruh relung yang ada dalam diri ini. Memenuhi semua ruang jiwa ini.

Pembelajaran demi pembelajaran diberikan oleh ALLAH Swt untuk semua insan yang memdambakan keridhaannya. Jam dinding berdetak dan memberikan kita suatu makna yang menyiratkan betapa banyaknya kebenaran yang selalu tersiakan. Betapa banyak waktu yang tersiakan oleh beberapa insan. Perjalanan waktulah yang sebenarnya membuat kita berkumpul dan berpisah. Ada yang mengatakan ini takdir.

Takdirlah yang telah mempertemukan kita dan membuat kita bekerja bersama. Takdir … akh apa lagi yang ingin kutuliskan.Mungkinkah takdir itu memang sudah dituliskan dan tidak dapat dirubah lagi? … akh jiwa mengapa engkau bertanya dengan pertanyaan yang begitu pelik dan menggelitik? Apakah pertanyaaan ini perlu mendapatkan jawaban? Pernahkah pertanyaan ini mendapatkan jawaban. Pertanyaan ini selalu mengembara di ruang asa dan seakan tidak bermaya meninggalkan sejumput keraguan.

Tidak boleh ada keraguan dalam memahami sebuah takdir. Karena takdir adalah ketetapan dari yang telah menuliskan takdir tersebut. Takdirlah yang telah membuatku membuat tulisan yang pada awalnya hanyalah suatu pengisi waktu senggang saja? tadinya saya juga tidak tahu untuk apa saya menghidupkan komputer ini. lalu mencoba untuk mengetuk tuts-tuts ini untuk menghasilkan kalimat-kalimat yang dapat menghasilkan paragraph-paragraph yang dapat bisa memberikan sedikit kesejukan di dalam jiwa yang sedang resah dan merana ini.

Akh terlalu dipolitisir nampaknya. Namun, inilah takdir dari penulisan ini. Menulislah sebelum menulis itu dilarang. Menulislah… karena dengan menulis banyak asa yang terungkap, banyak makna yang tersingkap. Duh, semakin tidak jelas ke arah mana sebenarnya tulisan ini mau di tujukan. Setelah itu apa sih targetnya.

Biarkan …. Dan biarlah pena ini akan selalu bergerak
Biarkan … dan biarlah tinta ini akan terus menetes
Memberikan tetesan makna
Memberikan tetesan suatu perjuangan
Tetesan yang akan menjadi saksi
Di hadapan sang azali
Dimana semua tanggung jawab kembali
Akh… rupanya semuanya telah padu
Padu dalam kebersamaan yang membawakan sebuah nyanyian
Nyanyian jiwa yang sedang kelana kembara
Menjemput keridhaan Rabbnya.

Sahabat! Sebentar lagi subuh menjelang daku teringat sebuah syair yang sering dilantunkan ibundaku saat memasak di dapur!

Dari jauh terdengar suara azan
Terdengar menjelang subuh
Dari jauh aku kan datang
Membawa diri yang penuh debu zaman

Kalaupun tak sanggup lagi daku berenang
Kurelakan diri hanyut tenggelam ….

Biasanya kami langsung bangun dan menunaikan shalat subuh berjamaah. Akh Aba dan bunda tak terasa air mata ini menetes. Sungguh di saat seperti ini ananda merindukan semua nasehat yang menyejukkan dan menambah ghirah perjuangan. Sehingga kudapat membuktikan. Bila ingin menakar sebuah kasih sayang maka jadilah orang tua. Bukan ku ingin menuliskan kenanganku dengan orang tuaku dengan nada cengeng sahabatku. Masih ku ingat bagaimana ungkapan sayyid Quthb yang mendeskripsikan ibunya sebagai orang yang paling ingin melihat sayyid quthb hanya berbicara tentang al-Qur’an. Dan ayahnya yang senantiasa menceritakan dan memahamkannya tentang keindahan hari akhirat dan pertemuan dengan 4JJI. Maka jadilah sayyid Quthb menjadi sang mujahid dakwah yang senantiasa di bawah naungan al-Qur’an dan rindu akan kematian. Di dalam sebuah buku menyelami keindahan al-Qur’an.

Sahabat kalau ingin menangis, sekaranglah saatnya. Karena dalam perjuangan tidak ada tempat lagi untuk menangis.Marilah kita rubah air mata kita menjadi berlian yang akan menerobos segala tantangan dan hambatan. Sehingga kita keluar sebagai pemenang. Walalhu’alam.

Sang pujangga dakwah yang terbangun di penghujung malam
Markazud jihad , saat subuh menjelang
16 Juni 2004 04.45 WIB

MENIMBANG SABAR DAN PROFESIONALITAS

Masa transisi peralihan generasi dakwah. Perpindahan estafet perjuangan merupakan situasi yang genting dan mencekam dalam sebuah wajihah dakwah. Apalagi wajihah sayap dakwah yang dipenuhi oleh orang muda yang bergelora. Duh… pemuda penjaga dan pemelihara dakwah, inilah seruan dari pembangun kembali tatanan dakwah abad ini. Imam asy-syahid hasan al-Banna yang mengemukakan suatu ungkapan yang menggelorakan jiwa :

“ Ada sebuah risalah masa lalu penuh kobaran semangat jihad, untuk generasi hari ini yang tengah bergejolak dan dilanda kegelisahan … Sebuah bekal hari ini yang sarat tuntutan … Untuk masa depan yang penuh cahaya … Wahai para pemuda … Wahai mereka yang punya cita-cita luhur … Untuk membangun kehidupan … Wahai kalaian yang rindu kemenangan agama 4JJI … Wahai semua yang turun ke medan juang … Demi mempersembahkan nyawa di hadapan Rabb-Nya… di sinilah petujuk itu, disinilah bimbingan-Nya … di sinilah hikmah-Nya dan di sinilah pengorbanannya … dan kenikmatan jihadnya … …”

pagi ini seorang asatidz menyatakan sebuah mutiara hikmah kepadaku :
“ Cukuplah dakwah kita jadikan sebagai sekolah kehidupan “

Ungkapan ini beliau ucapkan saat ane mendesaknya untuk memberikan satu kalimat yang bisa membuatku puas dan tenang si tengah kebimbangan mengambil keputusan untuk tetap mengayunkan langkah atau mengikuti “qoror” dari orang-orang yang sangat menyayangi sosok yang ringkih ini.

Dari awal telah kukatakan kepada dunia hidup ini adalah pilihan. Setiap pilihan pasti punya resiko. Ingin kukatakan sepenuh hati dan kupatrikan kalimat ini dalam jiwaku :
“ Orang yang sukses adalah orang yang bersabar melewati kesulitan demi kesulitan dengan hati lapang, ikhtiar dan doa. Karena bumi selalu berputar dan selalu berubah.”

Masa transisi merupakan tikungan tajam dalam dakwah. Kepemimpinan dan pemimpin memang tidaklah sesederhana sebuah parody orkestra dalam panggung kehidupan yang serba terbatas. Terbatas luas ruangannya. Terbatas waktu pertunjukannya. Terbatas personilnya. Terbatas kapasitas kursi pengunjungnya. Serta terbatas alat musik dan peralatannya. Lalu apakah tepuktangan dari penonton itu adalah pertanda kesuksesan ? tidak juga …. ?!

Ohya, tadi malam ane dapat mengambil pelajaran dari Film “We are Soldiers” yang mengisahkan kedekatan antara panglima perang Amerika dengan pasukannya di saat berperang dengan tentara Vietnam dan juga di sana diperlihatkan juga bahwa kedekatan panglima Vietnam dengan pasukannya. Adu strategi perang diantara mereka terjadi. Dan tidak ada yang mendapatkan kemenangan. (itu menurut ane) tapi karena filmnya buatan Amerika disana digambarkan pasukan amerika bisa mengalahkan banyak pasukan musuh lalu meninggalkan medan pertempuran sebelum balabantuan Vietnam datang. Sehingga kejadian ini memberikan pukulan yang sangat besar di hati panglima Vietnam. Ketika melihat para mayat pasukannya dikumpulkan menjadi satu dan diletakkan bendera Amerika diatasnya.

Di pihak panglima Amerika juga sempat meledakkan tangisnya di hadapan seorang wartawan perang dengan mengatakan :” kita tidak menang hari ini, seharusnya sayalah yang gugur bukan pasukan ini,” sambil menyadari ini kesalahan komando dari pusat komando yang ambisius.

Ada beberapa beberapa hal yang dapat dijadikan pelajaran yaitu :
1. Setiap orang harus menjaga orang yang bersamanya.
2. Seorang panglima adalah yang pertama maju ke medan pertempuran dan yang terakhir meninggalkannya ( ini dijelaskan ketika sang panglima ingin maju dengan pasukan pembuka jalan seorang serdadu menariknya dan mengatakan kalau panglima tewas akan membuat down anggota pasukan lainnya. Lalu ketika pusat komando menyuruh sang panglima meninggalkan pasukannya, sang panglima mengatakan saya akan tetap bersama pasukan saya. Sehingga moral pasukannya naik kembali. Dan ketika mencari 2 anggota pasukan yang hilang sang panglima yang mencari langsung dan membawa mayatnya. Selain itu, panglima ingin anggota pasukannya diangkut pulang semua baik hidup atau mati dan tidak mau ada yang tertinggal.)
3. Diperlihatkan juga bagaimana kekukuhan hati istri sang panglima ketika harus memberikan telegram yang mengabarkan bahwa anggota pasukan suaminya gugur. Memang pada seorang pahlawan ada wanita besar di belakangnya.
4. Teladan yang paling baik adalah perbuatan.
5. Rasa persaudaraan adalah kekuatan yang sangat efektif dalam menghadapi mihnah yang besar.
6. Ketaatan kepada pemimpin adalah kekuatan yang memersatukan di dalam kekalutan.

Semoga tulisan ini memberikan sesuatu yang berharga bagi ane kedepan dan nonton filmnya bukanlah sesuatu yang sia-sia sehingga tidak ada pelajaran yang didapat daripadanya. Wallahu’alam.

Dari dari dua fenomena ini dihubungkan dengan keluhan seorang ikhwah yang memberikan sms ngajak makan bareng karena katanya ada yang mau dikonsultasikan. Ane langsung sepakat karena tempatnya mengingatkanku dengan sebuah keluarga dalam dakwah yang sering mengajakku ke sana. Namun, sekarang kita dipisahkan untuk sementara. Muncul pertanyaannya yaitu : “ Di manakah beda antara sabar dan profesionalitas ?” seraya mengerutkan keningnya. Ane senyum. Menatapnya dalam-dalam. Lalu kukatakan, “ Akhi ane merasakan apa yang antum rasakan, ane pernah mengalaminya. Sebagai qiyadah kita memang harus mengambil keputusan dalam keadaan yang sangat susah. Mengambil keputusan saat ada kondisi lain yang harus kita pertimbangkan.” Ia mendengarkan dengan tertunduk, setelah menarik nafas baru kulanjutkan lagi.

“Kita bukan hanya pemimpin eksekutif dalam suatu organisasi. Kita adalah pemimpin yang tarbawi. Pemimpin yang mendidik. Maka kesabaran yang kita perlukan adalah memahami kondisi dakwah dan jamaah kita. Bagaimana penilaiannya, sejauh mana perhatiannya dan sebatas apa daya dukungnya kepada kita. Kondisi dakwah sebenarnya memang belum bisa mendukung secara kuat. Namun, tuntutan publik juga harus diakomodir. Marilah kita selesaikan permasalahan kita sendiri, karena saudara kita juga merasakan beban yang mugkin lebih berat dari kita. Bersabar itu bukan menyerah. Bekerjalah dengan cinta dan keimanan. Karena cinta dan keimanan sangat berhubungan erat. Dan sangat menyejukkan.”

Jika iman itu adalah api maka cinta adalah panasnya
Jika iman adalah air maka cinta adalah kesegarannya
Jika iman adalah sungai maka cinta adalah arusnya
Jika cinta adalah samudra maka cinta adalah badainya



Akhirnya kami berbincang-bincang seputar masalah yang dihadapi dan senyumnya mulai mengembang. Ingin kucapkan dan kupatrikan ucapan sang ustadz tadi di dalam hati dalam-dalam :
“ Cukuplah dakwah kita jadikan sebagai sekolah kehidupan “

HUD-HUD.Revisi terakhir selasa, 23 Agustus 2005. 00:21 WIB. Markazud Jihad.

Refleksi 6 Tahun Reformasi

Sulit membayangkan wajah Indonesia saat ini , seandainya pada tahun 1998 Mahasiswa tidak bergerak menunjukkan peran serta tanggungjawabnya secara sosial politik, moral, dan intelektualnya terhadap masa depan bangsa Indonesia yang tercinta ini. Setidaknya ada tiga titik penting dan genting dlam gambar Indonesia yaang sedang berubah sejak tahun 1998 lalu. Pertama, Tekanan politik besar yang diproduksi secara nasional terhadap rezim Soeharto , sejak 8 April sampai 20 mei 1998. Kedua, eksistensi organ gerakan mahasiswa, terutama yang berbasis Islam yang outstanding dan leading di tengah-tengah kelesuan panjang ormas-ormas pergerakan mahasiswa. Ketiga, Performa handal pergerakan mahasiswa yang berbasis Islam sebagai kelompok aksi Demokrasi yang handal, visioner, konsisen dan moderat.

Pergerakan mahsiswa yang berbasis Islam telah menggoreskan tinta sejarahnya dengan kejatuhan inti rezim orde baru yaitu Soeharto pada 21 Mei 1998. Kita tidak boleh surut lagi ke belakang. Kapal perang telah kita bakar. Sekarang musuh birokrasi orde baru masih berada di depan kita semua. Sedangkan gelora laut kejenuhan dan kebosanan berjuang ada di belakang kita. Apabila tidak konsisten lagi berjuang, lalu mundur ke belakang maka badai samudera apatis dan putus asa akan menggulung kita.

Keterlibatan pergerakan mahasiswa berbasis Islam dalam Revolusi Mei bukan saja lembaran saksi peristiwa politik paling penting di Asia dalam 10 tahun terakhir ini.Tapi menunjukkan sebuah karya besar. Angkatan muda Islamdan gerakan mahasiswa lainnya boleh bersyukur telah melakoni peran itu secara baik. Kita tidak tahu apakah esok sebaik kemarin. Yang jelas kita telah menuliskan peran kita dalam lembaran sejarah. Kita telah menuliskansejarah kita sendiri. Sekarang pena dan tinta itu masih di tangan kita marikita terus kita goreskan kembali sejarah tersebut. Jangan titipkan reformasi kepada orang lain.

Karena kita pergerakan mahasiswa yang berbasis Islam yang memulai keran demokrasi ini. Kitalah yang harus bertanggungjawab dengan kelangsungan hidup reformasi. Reformasi bukanlah hadiah dari Pengunduran diri Soeharto. Reformasi adalah hasil perjuangan pergerakan mahasiswa Indonesia. Reformasi telah ditebus dengan keringat, darah, harta, serta jiwa-jiwa yang melayang, bukan saja dari mahasiswa tetapi seluruh nyawa ummat. Karena Kematian seorang manusia disebabkan oleh kezhaliman satu orang atau satu kelompok sama dengan kematian semua penduduk bumi ini.

Sekarang reformasi sedang stagnan. Sekarang reformasi sedang sekarat. Sekarang reformasi sedang mati suri. Anak yang berumur 6 tahun itu sedang mengalami sakit yang berat. Kanak-kanak mungil yang seharusnya menjadi penghibur hati di kala resah itu sekarang sedang terbaring di pembaringan dengan nafas yang sesak, tubuh kurus kering, dehidrasi, diserang oleh virus-virus, kuman-kuman penyakit yang semakin hari semakin menunjukkan keakutan yang tragis.

Enam visi reformasi sekarang sudah menjadi dagelan. Indikator kesehatan kanak-kanak reformasi itu sudah tidak layak dipakai lagi. Sekarang saatnya kita untuk menyelamatkan kanak-kanak reformasi itu. Saatnya kita kembali menyatukan langkah dan gerak. Saat kita menggaungkan kembali semboyan-semboyan pergerakan kebenaran. Saatnya kita kembali menggaungkan simbol-simbol perjuangan dan perlawanan. Kita adalah singa perubahan. Berlakulah sebagai Singa jangan keledai. Jadilah singa yang berhati malaikat.

Mari kita cermati apa yang dikatakan oleh singa dakwah Islam zaman Rasulullah , Umar Ibnul Khatab. “ jika ada seribu orang berjuang , Aku satu diantaranya. Jika ada seratus orang yang berjuang , aku satu diantaranya. Jika ada sepuluh orang yang berjuang, Aku satu diantaranya. Jika hanya ada satu orang yang berjuang, maka itulah Aku.” Namun saya ingin menambahkan, “Jika tidak ada lagi orang yang berjuang, Maka Aku telah syahid menghadap RabbKu.”

Saudara-saudara seperjuangan, sudah 6 tahun reformasi kita gaungkan, namun belum ada perubahan yang signifikan dalam kancah dan ranah perpolitikan, ekonomi, sosial budaya bangsa Indonesia. Saatnya kita sekarang menggaungkan semangat perlawanan untuk menuntuskan perubahan Rabbani. Dengan menggaungkan simbol dan seruan perjuangan : “ Bangkit ….. lawan…. Hancurkan Tirani ….. Tuntaskan Perubahan Rabbani !

Hidup mahasiswa ….. !!! Tuntaskan Perubahan Rabbani!!! Ya Allah sesungguhnya kami telah sampaikan apa yang ingin kami sampaikan karena kecintaan kami terhadap –Mu. Maka saksikanlah Ya Rabb seru sekalian alam. Kokohkanlah langkah kaki kami untuk berjuang di jalan-Mu. Wallahu’alam.

INGAT KONTRAK POLITIK MU WAHAI ANGGOTA DEWAN !

Senin siang (6/9)tahun 2004 ratusan mahasiswa yang tergabung dalam forum bersama untuk masyarakat Riau merupakan himpunan dari berbagai organisasi : HMI Cabang Pekanbaru, KAMMI Daerah Riau, PMII Riau, PMKRI Pekanbaru, GMKI Pekanbaru, PW IRM Riau, Bem UNRI, BEM UIR, BEM Unilak dan BEM UI Susqa, nyaris bentrok dengan aparat keamanan guna mendesak anggota DPRD Riau untuk menandatangani kontrak politik. setelah melakukan negosiasi dari pukul 13.00 WIB baru pukul 14.00 WIB, 21 anggota dewan dari jumlahnya 55 orang bersedia menandatangani kontrak politik yang isinya adalah :
KONTRAK POLITIK
ANGGOTA DPRD RIAU 2004 – 2009

Kami anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPRD) Riau masa bakti 2004-2009, berjanji akan melaksanakan aspirasi masyarakat Riau sebagai berikut :
1. Merealisasikan alokasi anggaran pendidikan 25 persen dari dengan APBD. Dengan titik tekan pada :
A. meningkatkan mutu sarana dan prasarana pendidikan
B. Meningkatkan mutu pendidikan dengan biaya murah untuk rakyat
C. Meningkatkan kualitas dan kesejahteraan guru
2. Bersedia untuk tidak melakukan tindakan pelanggaran hukum dan penyalahgunaan jabatan seperti : Tindakan Amoral, Korupsi, Kolusi, baik secara perorangan maupun kolektif.
3. Meningkatkan pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan rakyat kecil.
4. Proaktif melakukan pemberantasan penyakit masyarakat (PEKAT) seperti : Pelacuran, Pornografi, Pornoaksi dan Perjudian.
5. Bersama-sama pemerintah daerah melakukan peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat dengan biaya murah.
6. Bersama-sama pemerintah dan masyarakat untuk menyelamatkan lingkungan dengan memberantas penebangan hutan secara liar (illegal logging) dan pencemar lingkungan.
7. Menyusun APBD secara transparan, efektif dan efesien.

Untuk membuktikan kesungguhan kami dalam mengemban aspirasi rakyat, kami akan mempublikasikan laporan kerja dewan per enam bulan kepada masyarakat.
Apabila kami melanggar kontrak politik ini, kami bersedia meletakan jabatan sebagai wujud tanggung jawab.

Sengaja kami menyalin teks kontrak politik tersebut sesuai dengan aslinya. selanjutnya kami juga akan merinci nama-nama anggota Dewan Propinsi Riau yang menandatangani kontrak politik tersebut yaitu :
1. Partai Amanat Nasional : Taufan Andoso Yakin SE, MM, Drs. Djuharman Arifin, Apt, Mp ; Ir Yuda Bhati,
2. Partai Buruh Sosial Demokrat : Ir. Bambang Tri Wahyono
3. Partai Demokrasi Indonesia Perjuanagan : H. Suryadi Khusaini;
4. Partai Demokrat : Dr.H.Mohd.Jenu; Tommy Rusly Idar
5. Partai Golongan Karya : H. Syamsul Hidayah Kahar,BA;Drs.Mahlilum;Ir.Arsydjuliandi R;Suparman Ssos; A Rahman Jalil, Sag,MM;Zulfan Heri, Drh, H.Chaidir,MM; H.Ruspan Aman;
6. Partai Keadilan Sejahtera : Taufik Hidayatullah;Hasyim Aliwa, Ir.H. Ilham Msc, Mukti Sunjaya, SPd, Nurdin SE, Ak
7. Partai Persatuan Pembangunan : Ruslan Effendy SE, Sag; H.Syofyan Hamzah, BA;Drs.Azwir Alimuddin;H.Zanzibar Nong; Drs.H.Mursini

Kami ingatkan kembali kepada anggota dewan yang terhormat kontrak politik diatas yang barang kali sudah dilupakan. Kepada masyarakat yang pernah memilih para anggota dewan diatas kami menyerukan, ” Marilah kita tuntut janji-janji mereka, sehingga hak kita sebagai konstituen tidak mereka abaikan.

Eddy syahrizal
Direktur Malay Research Foundation (MRF)
waktu kontrak politik ditandatangani menjabat Ketua Umum KAMMI Daerah Riau 2002-2004

Meneroka Idealisme Melayu

Kekuatan Idiologi

Kekuatan pertama yang membuat suatu bangsa membuat perubahan dan merancang masa depan adalah kekuatan idiologi. Dengan adanya idiologi maka akan tergambar visi,misi dan tujuan yang akan dicapai. Kekuatan idiologilah yang membuat Hitler dan nazinya ingin menguasai dunia, namun sayang dipenuhi dengan kesombongan. Maka setelah adanya kekuatan idiologi yang diperlukan adalah kerendahan hati dari kader-kade idiologi tersebut untuk bisa hidup ajar dan alamiah dalam tatanan idiologi yang sangat mungkin berseberangan. Kekuatan idilogi seperti inilah yang ada dalam idiologi Islam. Banyak contoh kalau kita mau melihat, memperhatikan dan menganalisis sejarah kalau memang mempunyai keinginan untuk.

Dalam sejarah perjalanan Riau sendiri yang sangat diidentikkan dengan melayu. Kekuatan Idiologi inilah yang membuat melayu mampu menunjukkan keberadaan edan marwahnya di saat kejayaannya di masa yang silam. Kekuatan Idiologilah yang bisa menyatukan melayu Riau yang terdiri dari berbagai macam etnis mulai yang dianggap melayu “pribumi” Bugis, Banjar, Arab, Cina Portugis dan lain sebagainya. Maka sangat naiblah sekarang ini melayu digaungkan sebagai suatu etnis atau suku. Pernyataan ini adalah pernyataan yang tidak pada tempatnya. Pernyataan ini adalah suatu sikap egoisme yang sengaja di sulut untuk meruntuhkan melayu itu sendiri. Sungguh, melayu tidak akan pernah hilang di bumi.

Melayu dan Idiologi

Lalu apakah sebenarnya melayu itu ? Kita ingin mendefinisikan melayu maka yang harus diketahui pertama kali adalah idiologi apa yang bisa menyatukan melayu. Idiologi itu adalah Islam. Maka saya memberanikan diri untuk mendefinisikan melayu itu adalah satu set nilai yang sudah mengakar dan menjadi kultur yang diayomo oleh suatu idiologi yaitu Islam.

Mental Idiologi Melayu Kini

Fenomena yang menarik dapat kita ambil dari Konggres Rakyat Riau II yang melahirkan opsi merdeka. Kita perlu menganalisa gaung opsi ini tidak dapat menaikkan posisi tawar Riau ke Pusat. Gerakan ini nampaknya hanya bersifat elitis dan sensational saja. Selain itu, opsi ini kurang mendapatkan dukungan dari pemerintahan daerah riau sendiri yang notabenen orang Riau. Mengapa itu bisa terjadi.

Jaaban pertama dapat kita lihat dari pernyatan Bapak Zulfan Heri dalam peluncuran Buku Prof. DR. Tabrani Rab “ Menuju Riau Merdeka Pilihan Konggres Rakyat Riau II “ . yaitu : gerakan ini belum mempunyai idiologi gerakan dan filosofi gerakan yang jelas. Kita dapat melihat efektivitas suatu gerakan dilihat dari dukungan massa rakyat yang kongkrit. Jangan masyarakat, aktivis mahasiswapun nampaknya masih ogah untuk mendukung gerakan ini. Disebabkan gerakan ini tidak jelas tujuan apa yang akan dicapainya.

Fenomena ini berlanjut dengan realita di lapangan yaitu pernyataan Al-Azhar sendiri yang menyatakan bahwa , “ Dokumentasi KRR II ini masih sangat amburaadul dan adanya ketidak seimbangan atara gerakan politik dan sosial budaya.” Selain itu, dari kalangan birokrat kita dapat melihat bahwa tindakan yang meraka lakukan adalah adalahn tindakan menyelamatkan diri sendiri. Mengapa demikian? Mereka lebih mementingkan kelselamatan diri sendiri darpada memperjuangkan kesejahteraan masyarakat. Lalu idiologi “ perutlah” yang lebih mereka pentingkan. Dari fenomena-fenomena ini kita dapat melihat bahwa mental idiologi melayu sekarang ini sedang terpuruk. Maka dapat disimpulkan sekarang sedang terjadi “pembusukan” dalam bidang idiologi. Hal ini ditunjukkan oleh para-tokoh-tokoh Riau dan kalangan birokrat yang bergerak tanpa idiologi yang jelas dan hanya berdasarkan kepentingan belaka.

Menanti Pejuang Idiologi yang Hilang

Tidak usah terlalu lama bersedih! Saatnyalah kita bangkit membangun negeri ini. Bergerak dalam landasan idiologi yang jelas dan jangan meraba-raba. Memang kita merasakan sudah cukup lama tersiksa dengan keadaan yang memilukan ini. Tampaknya tokoh untuk memperbaiki keadaan ini tidak bisa diharapkan terlalu banyak. Maka saatnyalah sekarang generasi muda negeri ini memotong dan memutus generasi tua dalam segi pemikiran idilogi dan pemikiran yang jelas. Kembali ke resam pemikiran yang Islami.

Memang memerlukan waktu yang cukup lama untuk memutus pemikiran tersebut.Namun kalau bukan sekarang kapan lagi ? Melayu khususnya Riau akan satu dan berkembang serta bangkit hanya dengan menerapkan idiologi Islam sebagai acuan dasar dalam bertindak para organ organiknya. Melahirkan generasi muda melayu yang baru dengan cara mengkaji dan mengaplikasikan Idiologi Islam dan sumber kesejarahan melayu lebih mendalam. Satu hal lagi yang harus ditanamkan dalam pribadi yang ingin menerapapkan idiologi Islam di daerah ini adalah adanya tanggungjawab spritual, moral dan intelektual yang jelas dalam rangka menjalankan tugas mulia ini. Rasa tanggungjawab ini akan melahirkan suatu sikap kedisiplinan pribadi dalam rangka menerapkan idiologi Islam yang telah kita kenal dengan syariat Islam. Rasa tanggungjawab ini harus dilandaskan pada akidah yang benar dan beragama yang lurus.

Kedisiplinan akan melahirkan sosok pribadi yang paling tidak mempunyai lima sifat yaitu :
Pertama, meletakkan syariat Islam sebagai bagian tertinggi hukum, sistem dan nilai sebagai ibadah kepada Allah. Kedua, keluar dari hokum-hukum syariat berarti dari iman, Islam ihsan dan keadilan. Ketiga, menolak sistem yang ada di luar Islam. Keempat tidak mengakui penguasa yang tidak menjalankan hokum-hukum selain syariat Islam. Kelima, menjaga hokum-hukum syariat terhadap orang yang bernai mengubahnya, baik dengan lisan, dann kekuasaan setelah menempuh jalan dakwah berupa hikmah, nasihat dan berargumentasi dengan baik. ( Figh Responsibilitas : DR. Ali Halim Abdul Mahmud)

Siapa yang berani memperjuangkan syariat Islam di Riau ? Sebagai pengugah semangat dengarlah dan pahamilah arti dan makna syair Umar bin Khattab berikut ini :
Apabila ada seribu mujahid berjuang
Aku satu diantaranya !
Apabila ada seratus Mujahid berjuang
Aku satu diantaranya !
Apabila ada sepuluh mujahid berjuang
Aku satu diantaranya !
Apabila hanya satu mujahid berjuang
Itulah aku !
Apabila tidak ada lagi mujahid berjuang
Berati aku telah gugur !

Manifesto Pergerakan Mahasiswa

Kekuatan pergerakan mahasiswa adalah nilai idiologi yang diusungnya. Karena apapun bentuk pergerakan yang ada di muka bumi ini selalu mempunyai landasan idiologis. Karena idiologi adalah suatu sumber keyakinan yang akan mengorientasikan tindakan. Kekuatan idiologilah yang akan menjadi energi yang tidak akan pudar dalam semangat pergerakan mahasiswa. Karena dalam setiap idiologi terdapat semangat perlawanan. Semangat perlawanan inilah yang harus menjadi bahan bakar perjuangan.

Inti dari permasalahan dinilai lemahnya pergerakan mahasiswa di Riau. Oleh kalangan masyarakat dan akademisi adalah lemahnya pembangunan kesadaran idiologi. Sehingga orientasi pergerakannya menjadi kabur. Apabila orientasi kabur, maka akan berefek pada lemahnya Grand Design gerakan, terpolarisasinya gerakan mahasiswa oleh batasan geografis, psikologis, politis dan kebudayaan. Selain itu, akan mengakibatkan kacaunya alur kaderisasi yang dilaksanakan. Karena fungsi dari kaderisasi adalah wadah untuk mewariskan perjuangan idiologi kepada generasi berikutnya.

Apabila idiologi sudah menginternalisasi dalam setiap kader pergerakan mahasiswa maka resiko apapun yang akan dihadapi dalam perjuangan itu adalah biasa. Karena resiko yang teringan dalam suatu pergerakan yang dilandasi idiologi adalah Mati. Sedangkan resiko terberat dalam pergerakan yang dilandasi idiologi adalah tertangkap. Karena tertangkapnya seorang kader idiologis sangat berbahaya pada pergerakan itu sendiri. Karena penjara bisa menjadi pisau yang bermata dua.

Pertama, apabila internalisasi idiologinya sudah mengakar begitu dalam pada kader idiologis maka ia akan menjadi lambang kokohnya perlawanan dari suatu idiologi. Fenomena ini akan menghancurkannkepercayaan diri dari lawan-lawannya. Karena mereka mengetahui bahwa masyarakat akan memberikan simpatinya yang sangat dalam kepada orang yang terzhalimi dan lembaga pergerakan yang dizhalimi. Ia akan menjadi mata pisau yang membelah pihak penguasa yang zhalim itu sendiri.

Kedua, Namun jika internalisasi idiologi pada kader tersebut baru separuh-separuh. Ini akan membahayakan pergerakan itu sendiri. Pertama, rahasia pergerakan akan diketahui oleh pihak musuh. Kedua, pihak penguasa tidak akan memandang lagi pergerakan itu sebagai wadah perjuangan perlawanan. Ketiga, akan ada antipati dari kalangan masyarakat. Keempat, akan mengendorkan jiwa perlawanan dalam pergerakan itu sendiri. Maka ia akan menjadi pisau yang menghancurkan pergerakan itu sendiri. Makanya jangan terlalu jumawalah orang-orang yang sering keluar masuk penjara.

Penguatan idiologilah yang seharusnya menjadi manifesto pergerakan mahasiswa yang ada di Riau. Saya tidak menyebutkan pergerakan mahasiswa Riau . Karena kalimat pergerakan mahasiswa Riau telah menyekat pergerakan mahasiswa dalam suatu sekat geografis keRiauan, sekat psikologis dan kebudayaan yang bersifat keRiauan. Karena pergerakan mahasiswa yang dilandasi oleh idiologi tidak dibatasi oleh semua faktor diatas.
Dengan adanya idiologi yang kuat dalam pergerakan akan menentukan nilai dari Independensi dari sebuah pergerakan mahasiswa. Pergerakan mahasiswa yang dilandasi oleh idiologi yang kokoh akan mampu mempunyai obyektifitas dalam menilai sesuatu permasalahan, Mandiri dalam dalam pergerakan terutama pendanaan, Independensi yang objektif dalam keberpihakan.
Pertama, Obyektif dalam menilai permasalahan artinya pergerakan itu menilai segala sesuatu berdasarkan pada data, fakta, realita yang ada di lapangan tanpa ada tendensi subyektifitas. Data, fakta dan realita inilah yang akan dipergunakan sebagai amunisi untuk melawan kebijakan penguasa yang zhalim.Karena sebuah kebijakan publik juga dilandasi oleh data, fakta dan realita subyektif dalam kepentingan penguasa. Sehingga idiom selama ini bahwa “ Pergerakan mahasiswa sering berteriak dan jarang berhitung” dapat ditepis. Bukankah perhitungan itu didapat dari kajian terhadap data, fakta dan realita yang ada ?

Kedua,Mandiri dalam pergerakan artinya Semangat perlawanan itu akan menghasilkan resistensi perlawanan dalam pergerakan tersebut. Maka sebelum tujuan asasi dari idiologi itu tercapai, pergerakan itu tidak akan berhenti. Semiskin apapun mereka akan tetap bergerak. Karena ada idiom dalam pergerakan idiologi yaitu saku-saku kami adalah bank-bank kami. Maka sarana apapun akan mereka jadikan sebagai modal perjuangan.

Dan mereka akan menampik segala bantuan yang bisa menjebak dan melunturkan idealisme idiologis mereka. Karena modal perjuangan dan kekuatan utama perjuangan mereka adalah diri mereka sendiri. Maka pergerakan mahasiswa yang mempunyai idiologi yang kuat, kekuatan perlawanan yang mereka miliki adalah berapa banyak mereka mempunyai kader yang militan. Kader militan artinya kader yang telah merasakan bahwa dalam pembuluh darah mereka mengalir darah semangat perlawanan. Semangat perlawanan dari suatu keyakinan bahwa idiologi merekalah yang benar.

Ketiga, Indenpendensi obyektif dalam keberpihakan artinya, keberpihakan pergerakan mahasiswa adalah keberpihakan kepada kebenaran universal. Keberpihakan ini akan mengatur secara otomatis posisi pergerakan mahasiswa tersebut dengan Pergerakan Mahasiswa lain, Pemerintah, Partai Politik dan Masyarakat. Dengan pergerakan mahasiswa yang seidiologi posisi yang diambil adalah merasakan bahwa mereka adalah satu bagian yang utuh, sebagai mitra dalam berkhidmat kepada masyarakat dan saudara sepejuangan.

Sedangkan dengan pergerakan mahasiswa yang berbeda idiologi mereka mengembangkan hubungan yang didasarkan pada prinsip mengambil manfaat dan hikmah. Bukankah semua pergerakan mahasiswa bisa bersatu apabila ada kesamaan isu? Walaupun secara diametral idiologi mereka berbeda? Contohnya pada tahun 98 elemen mahasiswa beridiologi Islam, Kiri dan moderat dapat bersatu?

Dengan pemerintah mereka akan mengambil posisi sebagai fungsi kontrol. Dalam mengambil fungsi kontrol inilah sikap mereka akan dipengaruhi oleh idiologinya. Bagi yang mempunyai idiologi pragmatis mereka akan memanfaatkan posisi mereka untuk mengambil keuntungan secara pribadi dan organisasi.

Posisi yang harus diambil pergerakan mahasiswa dengan partai politik adalah posisi yang mengedepankan gerakan moral yang berdimensi politik dan gerakan politik yang berbasis moral dan intelektual, bersifat mandiri, kritis, moralis dan revolusioner. Posisi ini harus dipertahankan oleh pergerakan mahasiswa yang mempunyai basis idiologi yang jelas. Sikap ini akan menjaga kemurnian serta konsistensi pergerakan agar tidak terseret oleh gerakan politik dari partai politik yang sekarang ini banyak yang tidak bermoral.

Sedangkan posisi pergerakan mahasiswa dengan masyarakat adalah ibarat ruh dan tubuh. Karena pergerakan mahasiswa tumbuh dan berkembang ditengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu, pergerakan mahasiswa harus senantiasa berdiri di barisan terdepan dalam membela kepentingan masyarakat, menjadi solusi bagi persoalan mereka, menghubungkan kasih sayang diantara mereka dan sekaligus berusaha keras untuk menjadi sebab kemuliaan mereka. Selain itu pergerakan mahasiswa harus selalu menempatkan diri sebagai penengah dalam setiap konflik yang terjadi ditengah masyarakat.

Hanya dengan kekuatan idiologi yang kokoh pergerakan mahasiswa di Riau akan kembali menunjukkan marwahnya. Karena dengan Idiologi akan membaralah energi dan semangat perlawanan. Bangkit, lawan! Hancurkan tirani! Bergerak tuntaskan perubahan. Hidup Mahasiswa !