Menu tulisan kita pagi ini masih berkaitan dengan syekh @Abdul Rauf,A.Md mengapa beliau saya anggap layak untuk menjadi teman seperjuangan. Kami sering sekali berdiskusi segala tema sesuatu. Kadang serius, kadang ngalor-ngidul, kadang romantis dan kadang juga agak “naka.l” Ini adalah salah satu yang pernah saya rekam, mohon #Bersabar kalau agak panjang….
Pernahkah engkau wahai sahabat berpikir untuk
menjadi orang biasa saja? Disaat beban datang begitu bertubi-tubi. Tekanan
menambah kesesakan di dada. Pernahkah
engkau ingin menjadi orang biasa saja? Tinggal di tempat yang hijau, dekat
dengan sebuah oase yang subur? lalu menikmati kehidupan yang bahagia tanpa
gangguan seorang pun? Menikmati hembusan semilir angin setiap pagi dan sore.
Menyambut sinaran mentari yang hangat tetapi tidak membakar. Alangkah indahnya.
Bahagia. Inilah yang pernah diungkapkan oleh seorang sahabat sepulang dari
perang Tabuk. Namun Syurga lebih indah dari semua itu. Yah syurga lebih indah
dari semua itu. Syurga berada di bawah kilatan pedang. Syurga berada di dalam
riuhnya perjuangan.
Kadangku membayangkan bagaimanakah syurga
itu ada di bawah kilatan pedang. Imajinasiku bermain dan seakan semua itu
tergambar dengan jelas dihadapan mataku. Pemandangan permainan pedang yang
indah. Menampakkan kilatan-kilatan cahaya dan percikan bunga api. Indah sekali.
Kita membutuhkan seorang teman, bahkan lebih
dalam perjalanan panjang ini. Kita berjuang bersama bukan hanya untuk
menghancurkan pasungan egoisme yang membelenggu kita. Karena kadang kapasitas
kita untuk #Bersabar dalam perjuangan menipis. Sehingga kita tak merasa kokoh dengan kesendirian kita. Berpikir
kita dapat berbuat apapun sesuai dengan
apa yang kita pikirkan dan kita inginkan. Tapi ingatlah wahai para saudara
seperjuangan.Kita hanya akan berjalan-jalan di tempat saja. Seperti seekor
keledai yang sedang memutar penggilingan gandum atau penggilingan tebu. Apakah
engkau bisa membayangkannya.
Karena selain sebagai seorang hamba yang
terikat dengan ketentuan Allah kita juga adalah makhluk sosial. Kalau kita
berputar hanya di suatu tempat sampai membuat empat yang kita buat pijakan
menjadi becek dan berlumpur. Sesungguhnya kita tidak kemana-mana. Walaupun
keringat sudah membanjir dan engkau merasakan sudah melakukan perjalanan
panjang. Engkau masih jalan di tempat. Pengetahuan kita tidak sebanding dengan
pengetahuan Allah SWT. Rasa pengangungan kepada Allah yang akan membuat jiwa
kita didominasi oleh ketenangan berada di hadapan Allah SWT. Beribadah
untuk-Nya seperti apa yang disebutkan oleh Abu Faras :
Biarlah Engkau Bahagia
Sekalipun kehidupan ini begitu
pahit
Biaralah engkau Ridha
Sekalipun semua orang marah
Biarlah antara Aku dan Engkau ada
kemesraan
Sekalipun saya dan lainnya
berjauhan
Asalakan engaku cinta
Maka segala sesuatunya akan
enteng
Dan segala sesuatu yang ada di
bumi adalah debu
Kalau mendapatkan seorang teman dalam
perjuangan ini ingatlah apa yang diungkapkan oleh syair Hatim at –Thayib
berikut ini :
Bila anda mengendarai seekor Unta
Jangan biarkan kawan anda yang
berada di belakang hanya bisa berjalan
Rendahkanlah untamu dan naikkan
dia
Bila unta itu sanggup naikilah
berdua
Bila tidak maka saling
bergantianlah
Saya memandang @abdul Rauf, A.Md persis seperti syair Hatim
at-Thayib diatas. Tawadhu, rendah hati #Bersabar memperlakukan sahabat dan
teman seperjuangannya. Sehingga ada kesan indah dan selesa setiap bertemu
dengannya. Dan selalu teringat dengan senyuman manisnya. Saya berlindung kepada
Allah SWT semoga ini penilaian yang tidak berlebihan. Kalau tidak percaya,
cobalah bercengkerama dengannya.
Namun apabila engkau meragukan ketulusan
seseorang tanyakanlah dengan bijak kepadanya dan berlemah-lembut seperti syair
Mustaqib al-“abdi berikut ini :
Jadilah saudaraku dalam arti
sesungguhnya
Sehingga aku bisa membedakan
keburukanku dan kebaikanku
Bila tidak
Jauhilah aku dan jadikan aku
musuhmu
Sehingga aku mewaspadaiku
Dan engkau mewaspadaiku
Manfaat seorang teman adalah memberikan
pilihan di saat kita membutuhkannya. Walaupun yang mereka berikan itu bukan
pemecahan masalah tetapi itu membuat kita berpikir untuk menyelesaikan suatu
masalah. Jadi teman bukanlah setiap orang yang sepakat dengan apapun yang kita
inginkan. Itulah seorang teman yang
sejati. Orang yang selalu dapat mengingatkan kita di saat lupa. Teman sejati
adalah orang-oraqng yang mengingatkan kita bahwa kita adalah hanya manusia
biasa. Bahwa kita semua dalah hamba.
Siapa yang sepakat silahkan saya
tidak memaksa. Siapa yang tidak sepakat tidak mengapa karena saya dan anda
adalah orang-orang yang sedang mencari siapakah yang layak untuk dijadikan teman.
Sehingga saling belajar untuk saling memahami. Tulisan ini adalah hanya tulisan
hasil perenungan. Dan refleksi setelah saya membaca buku syaikh yusuf
al-Qaradhawi yang berjudul : “ Syaikh
al-Ghazali Kamaa Araftuhu : Rihlatu Qarnin “ ( ini judul aslinya : siapa
yang ingin baca ada kok yang edisi Indonesia) Ini adalah tulisan apa
adanya. Jadi marilah jangan berpikir
jangan jadi orang yang biasa-biasa saja. Selalu #Bersabar menghadapi serba-serbi kehidupan dunia ini. Wallahu ‘alam.
Intanshurullaha
yansurkum wayutsabbit aqdamakum
(Pekanbaru,
Ruang Kerjaku, pagi 15 Muharram 1442 H,
03 September 2020H. 07.06 WIB)