Saya tulis tulisan ini dalam tajuk pernik kehidupan, dan akan ada serial lanjutannya Insha Allah setelah membuka-buka kembali catatan kenangan, terutama yang berhubungan erat dengan saudara saya Abdul Rauf, A.Md. saya mendapatkan banyak hasil dialog dan renungan kami masih ada yang terekam dalam catatan harian saya. Maka agar tidak lapuk dan lekang di telan zaman saya coba untuk menuliskan kembali pernik-pernik pemikiran tersebut dengan tajuk "Pernik Kehidupan."
temanya saat ini adalah Qona'ah (#Bersabar Melalui kehidupan)
Sesungguhnya
orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari
neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi
mereka. Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang
teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena
Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah
akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar (Q.S An-Nisa’ [4]: 145-146)
Mereka
menjawab: "(Itu) adalah mimpi-mimpi yang kosong dan kami sekali-kali tidak
tahu menta'birkan mimpi itu." (Q.S Yusuf [12]: 44)
Belajar dari Nabi Yusuf
Nabi Yusuf As sebenarnya dengan menakwilkan mimpi sang raja mengajarkan kepada kita fungsi perencanaan dalam suatu komunitas. Perencanaan yang baik inilah yang nantinya akan membawa kita pada sifat qonaah, menerima ketetapan Allah Swt. Perencanaan bukan hanya dalam komunitas, tetapi juga ada dalam level pribadi setiap individu. Perencanaan pribadi itu adalah sunnah dan disyariatkan.
Teladan bagaimana #Bersabar paling baik dalam menjalani kehidupan ada pada kisah nabi Yusuf as, bahkan sudah disertifikasi oleh Allah SWT dalam Al Qur'an sebagai kisah yang paling baik dan paling lengkap di dalam Al Qur'an yang mulia.
Allah juga melakukan perencanaan dengan pentahapan pencitaan alam
semesta, pentahapan penciptaan makhluk. Padahal Allah berkuasa untuk tidak
melakukan pentahapan. Sebenarnya ini menunjukkan kepada kita bahwa perencanaan
itu penting.
Bahkan musuh manusia yang paling besar, Iblis, juga menyampaikan
perencanaan makarnya kepada Allah Swt dan meminta waktu sampai hari kiamat
untuk melaksanakan proyek perencanaannya tersebut. Sebagaimana yang kita tahu Iblis juga #Bersabar, tekun dan ulet, tapi ini disebabkan oleh dendamnya yang membara kepada anak cucu Adam as.
Semangat Ilmu
Dalam bersikap qonaah ini perlu ilmu. Denganilmu itulah
perencanaan akan terwujud dengan baik. Dengan bekal ilmu itulah maka nabi Yusuf
memberanikan diri menawarkan tugas sebagai bendahara setelah ditawarkan oleh
sang Raja bahwa ia akan menjadi orang kepercayaannya. Sehingga dapat kita ambil pelajaran bahwa
semangat kita bekerja akan sebanding dengan ilmu yang kita punyai mengenai
pekerjaan tersebut.
Sehingga benarlah perkataan Imam Hasan Al Banna,” Batas semangat
pada ilmu adalah pada sosok yang ahli dengan ilmunya.” Maksudnya kita
betul-betul mengetahui apa yang kita kerjakan. Sehingga kalau hasilnya kurang
memuaskan kita dapat memahami bahwa itulah hasil dari ilmu yang kita miliki.
Dan semangat inilah yang disebut qona’ah.
Kehidupan berjamaah ini berat. Maka kita harus memperbanyak #Bersabar
dan menerima segala sesuatu apa adanya. Karena kehidupan berjamaah itu adalah
nikmat. Dan itu adalah nikmat yang besar. Nikmat ini tidak akan dapat
dimengerti dan dinikmati oleh orang yang tidak berjamaah.
Oleh karena itu, perbanyaklah sikap qona’ah. Tentu dengan membuat
perencanaan terlebih dahulu. Dan perencanaan itu memerlukan ilmu yang sesuai
dengan pekerjaan yang akan kita lakukan. Selanjutnya #Bersabar dengan ketetapan Allah SWT
Intanshurullaha yansurkum wayutsabbit aqdamakum
(kamar
kostku, Rabu, 10 Jumadil Tsani 1430 H/ 03 Juni 2009 M 22:05 WIB)