Ibu, Bunda, Mama, Ummi, Emak, ! Betapa menggetarkan jiwa panggilan ini. Segar menyejukkan hati.Tatapan matanya yang berbinar membuat jiwa kita tenang tapi menggairahkan gejolak dalam kalbu kita. Tapi aku lebih suka memanggilnya Bunda. Yah Bunda, panggilan ini kurasa lebih mesra. Karena beliau hadir tanpa diminta.Menghidupkan hari-hariku dengan senyumnya, air matanya, belaiannya dan doa-doanya yang tidak pernah putus. Walaupun aku jarang menemuinya.
Ibu adalah satu sosok yang penuh kelembutan, kasih sayang, kehangatan, kecintaan dan keikhlasan. Ibu ... Adalah satu kata yang lekat di hati setiap insan. Dari rahimnyalah lahir generasi umat manusia. Ditangannya sentuhan awal kehidupan setiap insan. Dialah orang yang banyak mewarnai pembentukan awal pribadi setiap orang. Karena sangat wajarlah rasulullah memerintahkan kita menghormati Ibu dibandingkan ayah. Bahkan mengatakan,” surga di bawah telapak kaki Ibu.” Karena Ibu adalah dunia berjuta cinta.
Kisah perjuangan seorang ibu terekam apik dalam sanubari bumi.Ada sesuatu yang nampak dan dianggap biasa di sana oleh para anak. Sesuatu yang amat istimewa. Nun jauh di dalam kedalaman hati seorang ibu. Hanya akan terjangkau oleh mereka-mereka yang bersedia meluangkan sedikit waktunya untuk memahami sebuah arti. Itulah cinta dan untaian kasih sayangnya.
Napoleon pernah mengatakan :” semua yang kudapatkan berasal dari Ibuku. Tanpa Ibu aku tidak akan mendapatkan kesuksesan ini.” Sehingga para ahli sejarah telah menegaskan dibelakang setiap pahlawan besar pasti ada wanita besar juga yaitu seorang ibu atau seorang istri.
Ibu adalah sumber mata air terpenting yang mengalirkan ketenangan, kebahagiaan dan kecintaaan dalam keluarga. Peranan seorang Ibu dalam tujuh tahun pertama usia anak akan sangat mempengaruhi sikap dan tindak tanduk seorang anak. Sekalipun gen manusia berasal dari Ayah dan Ibu, realita pengetahuan menunjukkan peran Ibu sangat menentukan dalam pembentukam janin dan pemindahan sifat-sifat bawaan ketimbang seorang ayah. Sehingga rahim ibu juga bisa memberikan warna tertentu terhadap janinnya.
Bunda ! Sungguh engkau adalah sekolah generasi. Universitas peradaban. Jemarimu yang lembut saat mengelusku, hatimu yang dipenuhi cinta menumbuhkan semangat bagiku. Mampu menghilangkan kesedihan dan meredakan kepiluan hatiku. Kata-katamu yang indah sanggup menidurkanku. Nasehat dan perhatianmu membuatku punya perasaan cinta, ketenangan, serta keharusan untuk berbuat kebajikan bagi orang lain. Kedekatanmu menanamkan rasa percaya diri.
Bumi nusantara ini juga telah menyimpan sejarah tentang perjuangan para ibu yang melahirkan banyak anak bangsa. Poucut Intan Merah yang melahirkan Tengku Nurdin yang menjadi panglima perang melawan belanda pada usia 12 tahun. Cut Nyak Dien sang perindu syurga menjadi Ibu bagi semua mujahid. Nyai Ahmad Dahlan motivator suami dan anak-anak dakwah islam indonesia. Mereka adalah Ibu-Ibu perkasa di serambi kehidupan bangsa ini. Masih banyak lagi yang lainnya.
Kepada Bundaku sediri telah kuucapkan :” Engkau telah membuat jiwa merpatiku berisi semangat singa dan rajawali. Bunda engkaulah yang membuat kuncupku mekar jadi bunga. Maka izinkanlah daku memjadi rembulan di mata hati mu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar