Perjalanan itu sangat melelahkan. Panasnya gurun pasir yang menguning menguji milisi kecil itu. Milisi kecil pimpinan Thalut itu terus bergerak. Kerongkongan mereka telah kering. Panasnya matahari waktu itu telah menguapkan sisa-sisa uap air yang ada dikerongkongan mereka. Bahkan, keringat seperti enggan untuk menetes. Tiba-tiba mereka menemukan sebuah sungai yang sangat bening dan kelihatannya sangat segar sekali airnya. Sang panglima mengeluarkan perintahnya:” Ambillah hanya seteguk saja, sekedar untuk menghilangkan harus janganlah kalian berlebihan, ini hanyalah ujian ALLAH semata!”
Namun, apa yang terjadi ? kaumnya banyak yang tidak sabar dengan ujian air bening yang menyegarkkan. Akibatnya sebagian besar mereka tertahan di sungai tersebut.Disungai itu mereka telah menggadaikan imannya. Mereka berpikir apa ruginya meminum 2 teguk air atau lebih. Toh, kita sudah kehausan dan kelelahan dengan perjalanan yang menyusahkan ini, sebentar lagi kita akan bertemu dengan musuh.
Disinilah mereka menggadaikan kesabarannya. Saat perjalanan terasa mencekam, berat dan melelahkan mereka banyak bertanya. Saat pasukan musuh sudah dihadapan masih banyak yang butuh argumentasi. Mereka hanya ingin dakwah penuh dengan kesenangan. Menikmati air suangai dengan tenang. Mereka menggadaikan keindahan surga dengan segala kesenangan dan kemudahannya dengan kecipak air sungai yang kelak membawa petaka.
Wahai saudara seperjuangan sekali lagi kuingatkan pada diriku sendiri dan kita semua bahwa kemenangan hanya diberikan kepada orang yang beriman dan bersabar. Dakwah hari ini sudah mencapai kondisi yang lebih baik. Wajihahnya sudah beragam, manhajnya sudah sangat jelas dan selalu disempurnakan. Namun, sekarang belum waktunya menepuk dada perjuangan masih panjang. Latihan dan penegakan disiplin harus terus dibangun.
Jargon satu komando satu perjuangan jangan hanya dalam demonstrasi saja. Dalam keseharian seorang kader kedisiplinan terhadap perintah pemimpin harus selalu terpatri.hingga barisan ini menjadi rapi dan kokoh. Pertanyaan-pertanyaan mengapa begini dan begitu itu wajar. Namun sekali lagi kuingatkan diriku dan kita semua. Seaneh apapun perintah itu tetaplah perintah. Tidak layak seorang kader mempertanyakan sebuah perintah seaneh apapun perintah itu. Selagi masih dalam kondisi yang syar’iyah.
Akhirnya milisi kecil yang sudah sangat berkurang jumlahnya karena menolak perintah aneh dari Thalut itu dimenangkan ALLAH. Dan diababdikan di dalam Al-Qur’an :
“ Berapa banyak golongan yang sedikit mengalahkan golongan yang banyak dengan seizin ALLAH. Dan ALLAH beserta orang-orang yang sabar (Q.S Al-Baqarah:249)”
ALLAH telah menetapkan dakwah ini misi abadi. Sunnahnya tidak begitu banyak orang yang sanggup menanggung bebannya. Inilah misi yang abadi. Kapanpun, dimanapun, kondisi damai atau perang. Perintah ALLAH, Rasulullah dan pemimpin yang kita pilih diantara kita selalu harus ditaati dengan sabar dan perintah itu memang memerlukan konsekuensi dan pengorbanan. Baik jasad, harta, waktu, jiwa dan bahkan kehidupan kita. Wallahu’alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar